Aurora adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkan dia. Ayahnya meninggal karena serangan jantung, syok setelah perusahaannya bangkrut. Aurora kini tinggal dengan om dan tantenya, juga sepupu perempuannya, Chelsea. Ketiganya sering sekali menyiksa Aurora, memperlakukan Aurora seperti pembantu. Padahal rumah dan perusahaan milik omnya itu tak lain adalah milik papanya Aurora dulu. Omnya Aurora bekerja sama dengan seseorang untuk menipu papa ya Aurora dan membuat perusahaan menjadi milik mereka berdua.
"BANGUN! tidur terus. Sudah siang ini, walau Minggu bukan berarti kamu libur ya."
Aurora hanya sedikit tak enak badan. Dia kuliah kalau lagi sampai siang, kadang kelas sampai sore, malamnya dia malah diminta cuci baju, jemur, belum setiap pagi diminta masak, bersihkan kamar semua orang.
"Ya Tante. Sebentar, saya sedikit sakit Tante. Bisa istirahat hari ini tidak Tante?"
"Enak saja. Banyak yang harus kamu kerjakan. Sana belanja untuk makan siang nanti. Karena kamu bangunnya siang kita jadi tak bisa sarapan dengan baik. Kita sarapan beli di luar. Boros tahu."
Aurora mencoba memohon kepada sang Tante. Badan dia bahkan merinding, menggigil. Aurora sedikit demam. Tapi tantenya tak perduli, dia melempar keranjang belanjaannya kepada Aurora.
"Beli semua yang ada di daftar itu."
"Tapi Tante, ini uangnya tidak cukup."
Aurora mengambil daftar kertas yang ada di dalam keranjang belanjaan. Tapi uangnya hanya ada seratus ribu. Ada daging yang harus dia beli, bumbu yang lain, sayuran dan itu diminta untuk stok satu bulan. Biasanya Aurora yang kadang mengambil kerja sampingan, sebagai pelayan di sebuah restoran akan menggunakan uangnya. Bayar kuliah juga dia membayar dengan uangnya sendiri. Om dan Tante mereka tak mau membayar.
"Tante saya sedang tidak punya simpanan. Kemarin baru bayar kuliah Tante."
"Ya saya tidak mau. Kamu mikir dong, kamu itu disini numpang. Kamu-"
"Iya Tante. Saya mandi dulu."
Aurora malas mendengar ocehan tantenya. Dia bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Entah nanti di jalan dia harus bagaimana mencari uang untuk belanja bulanan. Aurora akan memikirkannya nanti, sambil jalan. Tante Aurora pun keluar dari sana.
"Bagus. Lumayan kan jadi ngirit uang belanjaan sebulan."
"Apa ma? Gimana Aurora?"
Chelsea menghampiri mamanya yang terlihat senang setelah keluar dari kamar Aurora. Mamanya menceritakan semua. Keduanya tos dengan puasnya.
"Yuk shooping ma."
"Yuk."
Chelsea yang mengajak mamanya shooping. Keduanya meninggalkan rumah begitu saja, tanpa perduli dengan Aurora. Mereka naik mobil berdua.
Aurora sudah selesai mandi. Dia keluar dengan membawa keranjang belanjaannya. Aurora melihat mobil. Biasanya dia naik mobil, diantar supir. Tapi kok tidak ada.
"Pak, mobilnya dimana?"
"Dibawa nyonya sama Bona Chelsea non. Non mau ke pasar sebrang?"
Aurora menemui supirnya. Dia bertanya kepada sang supir. Aurora harus ke pasar yang cukup jauh dan murah. Biasanya dia naik mobil, nanti uang bensin dia ganti. Tapi Aurora juga tak punya uang bensin kali ini. Jadi sudah lah.
"Ya sudah pak. Gak apa-apa. Saya baik ojek saja. Saya berangkat dulu ya pak."
"Iya non. Hati-hati non."
"Kasihan non itu, kenapa om dan Tante bahkan adik sepupu non Sendiri memperlakukan nona Aurora seperti itu."
Aurora berangkat jalan kaki ke jalan besar di depan. Untuk mencari ojek atau angkot. Bibi, pembantu yang kerjanya pulang-pergi dari rumah, istirnya supir Aurora datang, dia tak sengaja berpapasan dengan Aurora. Dia memberitahu suaminya.
"Iya kasihan ya Bu."
"Semoga nanti segera dipertemukan dengan laki-laki yang baik, yang bisa melindungi non Aurora dan juga menjaga dia, yang bisa memberikan kasih sayang kepada non Aurora."
"Amin."
"Makan pak. Gak ada kerjaan kan disini."
Rumah mereka di sebelah rumah besar Aurora. Istri sang supir sengaja datang untuk mengantar makanan. Karena pagi tadi tak sempat sarapan. Masakannya belum matang. Mereka pun ke belakang dan makan di sana.
***
Aurora naik angkot. Angkotnya mogok di tengah jalan. Tak jauh dari mereka, di sisi kanan jalan ada hutan. Aurora memilih turun di sini.
"Pak, saya turun disini saja."
Dia membayar dengan uang seratus ribuan itu, yang hanya dia miliki satu-satunya. Sisanya tinggal kembaliannya saja. Pasar masih sedikit di depan. Aurora memilih untuk jalan. Aurora melihat hutannya. Kadang hutang yang ditakuti orang malah membuat Aurora tenang. Dia sepanjang jalan menikmati pemandangan hutan itu. Hutan yang masih rimbun dipinggiran kota yang basah.
"Tuan, ada manusia sendirian. Apa dia bisa jadi mangsa kita?"
Berdampingan dengan dunia manusia. Mereka nampak seperti manusia. Tapi sebenarnya bukan. Mereka seorang werewolf, manusia setengah serigala. Mereka sedang berjalan-jalan di hutan untuk mencari mangsa. Ada tiga orang, yang satu yang berdiri di tengah itu yang dipanggil tuan. Dia seperti ketuanya.
"Iya. Cantik, bau dagingnya manis."
Namanya Gabriel, dia gagah dan tampan dalam bentuk manusia. Tapi ketika dia sudah berubah menjadi werewolf, dia bisa sangat menyeramkan, tinggi besar, apalagi kalau dia sedang marah. Dia yang paling menakutkan dari ketiganya.
"Ayo kita tangkap."
Aurora sudah jalan cukup jauh dari angkot. Dia tak sengaja masuk hutan karena ingin melihat lebih dalam. Dia menandai setiap pohon yang dia lewati dengan lipstik yang dia bawa. Tapi kemudian ada yang menyekap dia.
"Tolongggg..."
Aurora berusaha keras berteriak. Berharap ada kendaraan atau orang yang lewat mendengar. Tapi tenaga dan tangan kekar yang membekap dia lebih kuat hingga membuat Aurora kehabisan nafas dan pingsan.
"Biar aku yang bawa dia ke istana."
Gabriel membawa Aurora. Dia suka bau daging Aurora. Entah kenapa ada aroma khas tersendiri, wangi yang berbeda. Sementara keduanya kembali keliling untuk mencari mangsa.
Gabriel membawa Aurora ke kastil tuanya di dalam hutan. Dia membawa aurora ke kamarnya sendiri. Dia melucuti semua pakaian Aurora yang sedang pingsan. Tadinya dia ingin segera menyobek setiap daging Aurora. Tapi entah kenapa Gabriel malah terdiam memandangi betapa cantik dan indah manusia perempuan di hadapan dia itu. Gabriel diam sejenak memandang Aurora. Dia berubah menjadi manusia serigala.
"Siapa kamu? Apa sebenarnya kamu?"
Sampai akhirnya Aurora membuka mata. Dia menatap Gabriel yang masih berwujud manusia serigala. Dia malah tersenyum melihat Gabriel yang berwujud serigala.
"Kalau kamu mau menghabisi saya sekarang. Tolong habisi saya dengan cepat. Saya juga sudah lelah dengan hidup."
Aurora tanpa takut malah mengusap wajah Gabriel yang masih berbentuk serigala. Gabriel heran dengan manusia satu ini, biasanya mereka menangis dan memohon agar tetap hidup. Kenapa dia berbeda. Aurora malah yang memeluk Gabriel. Gabriel terbawa suasana. Dia malah ingin melakukan lebih kepada Aurora. Dia mendengus menciumi leher Aurora. Aurora sangat nikmat. Tanpa mereka sadari, mereka melakukan hubungan. Gabriel perlahan berubah menjadi laki-laki yang tampan. Seharusnya dia tak boleh menunjukkan wujud aslinya kepada manusia. Tapi dia lupa seketika.
Aurora terbangun dari tidurnya. Dia melihat laki-laki yang tampan, dia melihat sekeliling ruangan tempat dia tidur? aurora rasa dia bermimpi, tapi bagaimana bisa?
“Bangun, sarapan?”
Anak dari tantenya yang membangunkan dia, chelsea yang sudah cantik dengan pakaian kampusnya. Aurora masih bingung dengan mimpi itu, seperti nyata, tapi aurora rasa itu mimpi, tapi terasa nyata, apa harus bertanya kepada orang-orang disekeliling dia mungkin. Orang rumah.
Aurora ke dapur lebih dulu. Dia hanya membuatkan susu lalu menyiapkan roti untuk om dan tantenya, jua chelsea. Mereka sudah ada di ruang makan, sudah duduk di tempat masing-masing. Padahal hanya susu untuk pagi-pagi, tapi mereka bahkan tak bisa membuatnya dengan mandiri.
“sudah selesaikan tugasnya om, tante. Aku ke kamar dulu, aku juga harus siap-siap ke kampus.” kata aurora pada semuanya. Tapi mereka mengabaikan Aurora, seakan dia tak ada.
Aurora tahu, kalau sudah seperti ini dia sudah tak dibutuhkan lagi. Dia pun pegi begitu saja, dengan mengambil dua tumpuk roti yang sudah dia olesi selai strawberry yang dia taruh di meja makan. Aurora memakannya sambil masuk ke kamar. Setelah menghabiskannya dalam sekejap, Aurora bergegas mandi dan juga siap-siap ke kantor. Dia hampir terlambat, ada kuliah pagi juga. Aurora lari keluar, dia tak sengaja bertemu dengan pekerja kebun dan beres-beres rumah.
“bibi, paman, kemarin, atau entah kapan, aku pernah tidak bersikap aneh?”
“Maksudnya?” keduanya malah bingung dengan pertanyaan Aurora.
“Yang aku ke pasar, lamaaa banget. Pernah gak?”
“Biakan kan non, kan pasarnya jauh, nyari yang murah, uangnya dikasih dikit sama tantenya non.”
“Iya juga sih. Ya sudah lah bibi, paman, saya berangkat dulu. Sudah terlambat.”
Mereka mengangguk. Aurora yakin kalau dia melihat laki-laki itu, meniduri dia, dia tampan, tapi sekilas dia melihat manusia serigala. Di jaman sekarang. Aurora menganggap dirinya terlalu banyak menonton film vampir dan seriga saja mungkin.
“Iya, pasti.”
Auroa sudah sampai didepan jalan rumahnya. Dia mencari ojek dan naik ojek ke kampus.
“Pak, cepat ya. Saya sudah terlambat.”
“Siap non.”
Aurora menggunakan helmnya dan berpegangan dengan sang ojek. Ojek itu melesat cepat. Dari balik sebuah pohon, tak jauh dari rumah Aurora, ada tiga laki-laki tampan, dengan tsirtnya yang biasa dan celana jeansya. Mereka mengintip dibalik pohon dan mengawasi Aurora.
“Yakin tuan, anda tidak akan menghabisi wanita itu?”
“Bukankah dia bahaya sudah tahu dunia kita.”
“Biarkan, dia sudah saya buat tak ingat tentang hari ini, dia hanya akan mengingatnya sebagai mimpi.”
Laki-laki yang paling depan itu pergi begitu saja. Kemudian kedua laki-laki dibelakangnya juga ikut pergi meninggalkan mereka. Dalam sekejap mereka hilang.
***
Aurora sudah sampai di kampus. Dia bergegas turun dari ojeknya. Setelah itu melepaskan helmnya lalu membayar. Aurora bergegas lari kedalam kampus. Dug! Auroa kaget, kenapa terasa ada yang menendang perutnya ketika dia lari. Sedikit sakit.
“Apa aku lapar?” pikirnya.
Aurora masih berpikir positif. Dia berhenti dan memilih untuk jalan pelan. Dia mengusap perutnya. Mencoba berdiskusi dengan perutnya.
“Mari bekerja sama perutku sayang, kita masuk ke kelas dulu baru makan siang. ok?” kata Aurora mengusap perutnya sendiri.
Perutnya jauh lebih baik sekarang. Dia kembali berlari. Aurora masuk ke kelas dan mendengarkan pelajaran dengan baik. Sampai siang, tiba jam istirahat di kampus, dia ke kantin kampus. Aurora jarang makan daging, karena dia tak terlalu suka dan juga tak punya uang banyak, mengingat dia harus mengirit, tapi ini, dia sangat ingin makan daging. Sampai dia tanpa sadar memegang daging mentah yang disedaikan di kantin.
“Nona, nona mau apa?” sampai penjaga kantin itu menegur aurora.
“Hah saya? Saya memangnya mau apa?” aurora sadar, tangannya sudah memegang daging. Dia langsung pergi dari sana. Aurora lari ke kamar mandi, bagaimana bisa dia yang tak suak daging bahkan menyentuh daging mentah.
“Bau, amis.” Aurora mencuci tangannya berkali-kali.
DUG! Tiba-tiba dari belakang chelsea datang dengan teman-temannya, dia menarik aurora untuk berbalik menatapnya dan juga mendorong aurora sampai badannya membentur tembok. Aurora kaget, dia meringis kesakitan. Perutnya sedikit sakit karena itu. Tangan chelsea menekan leher Aurora. Biasanya dia tak melawan, tapi kali ini entah kenapa ada dari dalam diri Aurora yang tiba-tiba saja membuat dia melawan. Dia balik mencengkeram leher chelsea hingga mendorong chelsea dengan kuat. Sampai chelsea terpental jauh.
“Chelsea, maaf.” Aurora baru sadar, dia kuat sekali. Aurora mendekati Chelsea, dia mengulurkan tangannya untuk membantu chelsea berdiri.
“Berani melawan sekarang. Awas saja di rumah. kasih tugas kita ke dia.” chelsea memili berdiri sendiri dibantu teman-temannya. Dia menyuruh temannya untuk memberikan tugas mereka kepada aurora.
“Ini, kerjakan. Tiga hari punya kita bertigas.” Mereka melempar kertasnya kepada Auroa. Setelah itu mereka pergi dari sana. Meninggalkan Aurora yang masih bingung, kenapa tadi chelsea sampai bisa terpental jauh.
Dokumen chelsea dan teman-temannya berantakan di lantai. Aurora mengambil dan merapikannya. Dia menyimpannya di tas. Aurora tak punya pilihian selain mengerjakan ini. Dia kembali ke kelas karena ada pelajar lagi.
***
Gabriel dan ke dua anak buahnya sudah sampai kembali ke hutan dan juga istana mereka. Gabriel ke kamarnya untuk istirahat setelah berburu hari ini. Tapi tidurnya terusik, dia bermimpi melihat werewolf kecil yang mendekati dia dan memanggil dia daddy?
“tunggu? Apa arti mimpi itu?”
Gabriel tak bisa tidur lagi. Dia keluar dari kamarnya dan menemui kedua anak buahnya. Gabriel menceritakan tentang mimpinya.
“Apa tuan akan memiliki anak?”
“Anak werewolf? Wah ini pasti sangat mengejutkan dunia kita.”
Terdengar suara aungan yang ketiganya kenali. Mereka keluar untuk melihat itu. Ada serigala besar hitam di depan istana. Dia memberikan kabar baik. Tak lama dia berubah menjadi seorang laki-laki paruh baya, rambutnya sudah putih, tapi dia masih gagah.
“Ada apa paman?” tanya gabriel kepada serigala yang dia panggil paman.
“Tuan, anda sudah menikah? kami di istana utama mendapatkan pertanda dari alam seperti itu, anda akan memiliki anak. Keturunan pertama untuk penerus pemimpin wereweolf.”
“Saya, menikah? dengan siapa? Tidak ada? saya tidak akan memiliki anak?”
“Tunggu tuanku raja gabriel, apa nona yang kemarin?” salah satu pelayan gabriel ingat kejadian itu.
“Anda kawin dengan nona itu kan?” tanya salah satunya lagi.
“Tapi mustahil itu jadi? Tapi apa mungkin benar bisa jadi? Werewolf dengan manusia?” tanya gabriel kepada pamannya, yang sudah seperti penasehat baginya.
“Mungkin tuanku. Apa wanita itu tidak anda musnahkan atau kalian makan?”
Gabriel menggeleng. Dia langsung lari dengan cepat ke tempat Aurora, dia ingin memastikan satu hal. Apa Aurora hamil anaknya?
Gabriel ke rumah Aurora, tapi dia sama sekali tak mencium keberadaan wanita itu di dalam rumahnya. Gabriel mencoba mendekati rumah itu, berdiri di depan gerbang rumah tersebut, dia ingat, tadi gadis itu naik ojek.
“Bagaimana raja?”
Dua anak buah Gabriel, yang selalu bersama dan selalu mengawal Gabriel datang menyusul. Gabriel hanya menggeleng, mereka datang dengan cepat. Gabriel melesat lagi, dia dapat mengikuti bau yang tertinggal dari badan gadis itu. Kedua anak buah Gabriel pun mengikuti sang raja, yang akan menjadi Raja dan pemimpin dari kelompok mereka.
Gabriel berhenti di kampus Aurora. Banyak orang disana, jadi keduanya mencoba seperti manusia bisa. Jalan dengan perlahan. Ketiganya melihat sekeliling, mengikuti Gabriel yang masih mengikuti aroma tubuh Aurora. Tentu dia ingat jelas aroma tubuh Aurora, sangat harum bagi dia, terlebih dia juga sudah tidur dengan Aurora.
***
Aurora ada di kamar mandi, tidak tahu kenapa, dia mual dan muntah-muntah di kamar mandi. Aurora mencuci mulutnya setelah selesai muntah. Dia baru saja mau keluar dari kamar mandi, tapi ada chelsea dan dua temannya datang.
Bruk!
Mereka mendorong Aurora dan juga menahan Aurora yang mau pergi dari sana. Aurora tak sengaja menepis tangan ketiganya, ketiganya malah terpenatl jauh hingga mereka jatuh ke lantai. Aurora kaget sendiri apa sekuat itu dia membela diri dan mendorong mereka?
“Maaf?”
Aurora mendekati ketiganya yang duduk di lantai kamar mandi kampus. Ketiganya juga tak menyangka, bagaimana bisa mereka merasakan dorongan yang sangat kuat hingga mereka terpental jatuh. Aurora kenapa jadi sangat kuat sekali.
“Apa ada hantunya di kamar mandi ini?”
Salah satu teman Chelsea hanya menduga. Tapi mereka pernah dengar cerita kalau ada anak kampus yang hamil, pacaranya kabur dan dia bunuh diri di kamar mandi.
“Ah iya.”
Ketiganya jadi takut. Mereka bergegas berdiri, chelsea menepis tangan Aurora yang terulur kearah dia, sepertinya ingin membantu chelsea berdiri, tapi chelsea yang tak mau. Ketiganya berdiri sendiri.
“Mana makalah kita?”
Chelsea meminta kepada salah satu temannya. Dia memberikan tiga makalan kepada Aurora, bahkan memukul wajah aurora dengan makalah itu. Aurora segera mengambil makalah itu didepan wajahnya.
“Ini, kerjakan, benarkan milik kita. Dalam sebulan ini. Kita baikkan memberikan waktu sebulan.”
“Tapi-“
Aurora juga belum mengerjakan tugas dia, belum mengambil kerja paruh waktunya, bagaimana bisa dia mengerjakan milik mereka bertiga. Tapi ketiganya memang sudah terbiasa menyuruh Aurora, selain dia pintar, dia juga pesuruh Chelsea, tidak di rumah atau di kampus. Chelsea selalu memperlakukan dia seperti itu.
Ketiga pergi begitu saja dari kamar mandi. Mereka bahkan lari karena masih merasa ketakutan mengenai hal tadi. Aurora tak bisa berbuat apa pun. Untung juga satu bulan. Aurora membawa ketiga makalanya. Dia mendapatkan telepon dari orang restoran.
“Halo, iya pak. Ini saya masuk. Ini mau ke sana.”
Aurora sudah selesai kuliah. Sekarang dia harus kerja paruh waktu. Aurora bergegas keluar kamar mandi. Dia keluar kampus untuk mencari angkutan umum. Ketika itu, Gabriel menemukan Aurora, mereka masih diam dan memperhatikan dari jauh.
“Itu raja nonanya?”
“Iya, aku tahu. Kta awasi dari jauh dulu.”
Mereka bersembunyi dibalik pohon besar, terus memperhatikan Aurora yang akan menyebrang jalan. Disisi lain ada Chelsea dan teman-temannya. Dia membawa mobil ke kampus. Chelsea yang menyetir.
“Bagaiman kalau kita main sedikit dengan pesuruh itu?”
Chelsea menghentikan mobilnya, dia melihat Aurora yang mau menyebrang. Kedua temannya yang ada didalam mobil setuju. Chelsea tersenyum bahagia sekali. Dia bersiap menginjak pedal gas mobilnya. Dia sengaja melajukan mobilnya kearah Aurora. Ketika Aurora menyebrang, Chelsea tepat menabrak Aurora. Aurora tak bisa menghindar lagi, mobil Chelsea datang tiba-tiba.
Wuzz!
Dengan sigap, Gabriel menolong Aurora. Dia berlari cepat seperti angin ****** beliung dan membawa aurora pergi dari depan mobil Chelsea. Waktu seakan berhenti, Chelsea terdiam dengan teman-temannya di dalam mobil. Ketika detik jam kembali berjalan, mereka baru sadar. Mereka melirik ke belakang.
“Dimana si pesuruh?”
“Gak tau.”
Ketiganya heran, mereka menoleh ke depan tak ada, di belakang tak ada. Bukannya mereka harusnya menabrak aurora. Ketiganya kembali ketakutan, hari ini banyak yang tak beres dengan aurora.
“Ahh, apa jangan-jangan ada hantu disekitar aurora?”
“Hih..”
Ketiga memilih pergi dari sana. Chelsea menjalankan mobilnya ke cafe untuk hangout dengan kedua temannya, juga belanja nanti. Sementara Aurora dengan laki-laki itu, yang ada didalam mimpinya. Tapi setelah itu dia menghilang. Aurora sudah ada disebrang jalan.
“Bagaimana bisa?”
Aurora bingung. Gabriel langsung pergi begitu sudah menolong Aurora, dia kembali bersembunyi di balik pohon dengan dua anak buahnya.
“Tuan, kenapa tuan raja tak menunjukkan diri saja kepada nona itu?”
“tidak bisa, saya membuat itu terjadi seperti mimpi, agar dia kira benar-benar mimpi, bagaimana saya tiba-tiba muncul di depan dia, dia akan lebih tahu banyak tentang dunia kita, kelompok kita, bagaimana nanti?”
Mereka hanya mengangguk saja. Aurora mencoba berpikir baik. Dia kembali mencari ojek dan menuju ke restoran. Aurora masuk lewat pintu belakang restoran, dia mengganti bajunya dan siap-siap bekerja. Dia baru mau ambil satu pesanan, ternyata yang memesan chelsea dan juga teman-temannya.
“Woo, dunia sempit ya. Ketemunya lo lagi.”
Chelsea juga baru tahu kalau aurora bekerja disana. Chelsea bisik-bisik dengan kedua temannya. Mereka bisa mengerjai aurora disini.
“Mau pesan apa?”
Aurora bersikap seperti biasa. Mereka pun memesan makanan. Aurora juga yang kembali dan mengatarkan makanannya, tap chelsea dengan sengaja menjagal kaki aurora hingga aurora jatuh. Gabriel ada disana, dia mengikuti Aurora seharian. Dia juga menolong Aurora ketika akan jatuh.
Chelsea dan teman-temannya masih bingung. Aurora juga. Dia pikir malaikat masih baik kepada dia. Setidaknya dia tak mengacau atau kehilangan pekerjaan dia hari ini.
“Bagaimana aku tahu dia hamil anakku?”
Gabriel kembali bersembunyi, dengan dua pengawalnya. Gabriel sedang telepati dengan salah satu werewolf yang tak lain adalah seorang dokter dikelompok mereka. Kadang mereka juga menyatu dengan kehidupan manusia.
“Sentuh perutnya, bayi werewolf tumbuh dengan sangat cepat. Tuan akan merasakannya.”
Suara dari sebrang sana menjawab. Gabriel mengangguk. Dia mencoba mencari cara untuk melakukannya.
***
7.00 malam
***
Hari sudah mulai malam. Aurora dapat pekerjaan sampai malam. Gabriel juga sejak tadi mengawasi Aurora, dengan kedua pengawalnya yang setia. Sampai Aurora pulang ke rumah, naik bus. Meeka terus mengikuti hingga naik ke atas bus. Sampai Aurora di rumahnya. Dia bersih-bersih badan dan tidur.
“Kalian pulang saja, saya akan memastikan malam ini disini, sendiri. Kalau saya butuh kalian, saya akan memanggil kalian. Saya butuh privasi.”
“Baik tuan raja.”
Keduanya menunduk dan pergi dengan cepat. Gabriel seperti angin masuk dengan cepat ke rumah keluarga Aurora, hingga dia masuk ke kamar Aurora, Aurora sudah tertidur dengan lelap. Gabriel tadinya hanya ingin menyentuh perut Aurora, tapi Auroa bergerak membuat Gabriel jatuh diatas badan Aurora. Dia mencoba menahan tubuhnya agar tidak menindih dan memberatkan Aurora.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!