Permaisuri Modern
Seorang pria mengenakan pakaian kantor, masuk ke dalam kamar. Ia membuka jas kerja yang ia kenakan. Membuangnya sembarangan ke permukaan lantai. Melonggarkan dasi, dan melepaskannya. Membuka satu persatu kancing kemeja putih yang kini ia kenakan.
Tatapan matanya ia fokuskan pada wanita cantik, yang kini tertidur di hadapannya. Wanita itu tidur dengan tenang, mengenakan piyama berbahan satin warna cokelat. Selembar selimut, menutupi tubuhnya. Ia tidak pernah menyadari, kehadiran pria yang kini mendekatinya.
Pria itu menarik selimutnya dengan paksa, melemparkannya ke lantai. Wanita itu terbelalak kaget. Belum sempat ia teriak, pria itu sudah mengunci mulutnya dengan kecupan. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong pria itu namun tidak berhasil.
Pria itu terlalu kuat, untuk menjadi lawannya malam ini. Buliran air mata menetes. Hingga akhirnya, ia menyerah dengan pria itu. Wanita itu duduk di atas tempat tidur, sambil menutupi bagian d**anya. Ia menatap pria yang kini ada disampingnya, dengan penuh kebencian.
Tubuh keduanya tidak lagi mengenakan sehelai benangpun. Wanita itu mengutip semua pakaian yang berserak. Sambil menangis terisak-isak, ia mengenakan pakaiannya lagi. Berlari keluar kamar, dengan rasa takut yang amat dalam.
Ia berlari kencang dengan tatapan mata ke bawah. Buliran air mata semakin deras membasahi pipinya. Ia menabrak satu pria, menatapnya dengan bingung.
“Shu Qi, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?” Pria itu menyentuh pipinya dengan raut wajah khawatir.
“Siapa kau?” Ia menghempas tangan pria itu dengan penuh rasa takut. Melangkah mundur, saat melihat pria asing yang kini ada di hadapannya.
“Aku Dong Ming! apa yang terjadi?” tanyanya penuh rasa curiga.
“Ada pria jahat di dalam situ.” Wanita itu menunjuk ke arah kamar yang tadi ia tiduri.
“Siapa yang jahat? apa ada seseorang yang mengganggumu?” Wajahnya berubah, ia menatap ke arah kamar dengan penuh amarah.
Wanita itu hanya mengangguk takut, “Pria itu memaksaku untuk melakukan … hal yang tidak seharusnya kami lakukan,” ucapnya dengan suara serak.
“Pria itu berani menyentuhmu?” Ia mengepal kuat kedua tangannya, menahan amarah.
“Siapa yang berani masuk ke rumahku!” teriaknya penuh amarah.
Wanita itu menggeleng takut. Ia tidak kenal pria yang di kamar, maupun yang kini ada di hadapannya.
Tanpa banyak tanya, pria itu berjalan ke arah kamar. Wanita itu masih menghapus air matanya yang menetes, ia berlari ke arah pintu. Membuka pintu dengan paksa, ia semakin bingung memperhatikan keadaan sekitar.
“Di mana ini?” tanyanya dengan raut wajah bingung.
Ia berlari ke pinggiran kolam renang. Ia duduk di pinggir kolam sambil melipat kedua kakinya. Memperhatikan sekeliling kolam dengan seksama.
“Apa ini telaga biru? di mana Yang Mulia, di mana Pangeran? kenapa mereka tidak menjemputku!” ucapnya dengan suara yang semakin serak.
***
Pria itu membuka pintu dengan paksa. Ia berjalan cepat ke arah kamar. Menarik selimut seorang pria yang kini tertidur pulas.
“Chen Ming!” Matanya terbelalak kaget, saat melihat pria yang kini ada di hadapannya.
“Kakak. Kenapa kakak menggangguku! ini masih malam.” Ia terduduk dan menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang tidak lagi mengenakan pakaian.
“Apa kau tahu, ada pria asing yang berani menyentuh istrimu?” Mengerutkan dahi.
“Apa? siapa yang berani menyentuh istriku.” Pria itu beranjak dari tidurnya, memakai boxer hitam yang tergeletak di lantai.
“Shu Qi baru aja keluar dari kamar ini. Dia menangis dan bilang ada pria yang memaksanya. Tapi di sini, tidak ada siapapun di kamar. Hanya kau.” Menunjuk pria itu dengan tatapan menuduh.
“Ya, aku memang memaksanya tadi.” Ia kembali duduk di pinggir tempat tidur.
“Kau memaksanya lagi?” Pria itu mengeryitkan dahinya.
“Kakak, tadi aku menghadiri pesta di kantor. Seseorang memasukkan obat ke dalam minumanku. Hingga aku sangat menginginkannya,” ucapannya terhenti.
“Kau menahannya hingga sampai di rumah?” tanyanya tidak percaya.
“Aku tidak ingin mengkhianati Shu Qi, aku sangat mencintainya. Walaupun, ia tidak pernah mencintai diriku.” Tatapan matanya kosong, ia memandang foto pernikahannya yang terpajang di dinding.
“Aku rasa hanya salah paham. Sekarang kejar Shu Qi, ia menangis terus. Aku tidak tahu kenapa. Tapi tatapan matanya, tidak sama dengan Shu Qi.” Pria itu memutar tubuhnya, meninggalkannya di dalam kamar.
“Sayang, apa kau marah padaku.” Mengacak rambutnya karena frustasi.
Ia beranjak dari duduknya. Mengambil pakaian baru, dari dalam lemari. Berjalan perlahan keluar kamar.
***
“Kenapa aku ada di sini. Di mana ini. Apa ini ada di dalam telaga biru.” Kepalanya terus memutari keadaan sekitar.
“Sayang … untuk apa malam-malam ada di kolam renang?” Chen Ming berdiri di belakang Shi Jin.
“Kau!” Shi Jin melangkah mundur, ia takut melihat pria yang kini berdiri di hadapannya.
Shi Jin terpeleset ke dalam kolam renang, Chen Ming melompat ke dalam kolam renang dengan cepat. Membawa tubuh Shi Jin naik ke atas.
“Apa kau baik-baik saja, Sayang. Apa ada yang terluka?” tanya Chen Ming dengan raut wajah khawatir.
“Menyingkirlah!” Shi Jin mendorong tubuh Chen Ming.
“Maafkan aku. Tadi aku di bawah pengaruh obat, seseorang ingin menjebakku.” Chen Ming memegang tangan Shi Jin.
“Siapa kau? di mana ini?” tanya Shi Jin dengan wajah serius.
Chen Ming diam sejenak, ia memegang kening Shi Jin, “Apa kau sakit?”
“Lepaskan tanganmu. Beraninya kau menyentuh tubuh Permaisuri. Yang Mulia akan memberikanmu hukuman gantung.” Shi Jin berdiri dari duduknya.
Chen Ming tertawa terbahak-bahak. Ia tidak pernah menyangka, kalau Shu Qi akan mengigau hingga separah ini.
“Sayang, aku tahu kau suka membaca komik kerajaan. Tapi ini kita di Jerman, di sini tidak ada kerajaan. Sekarang ayo ikut aku ke kamar. Kau harus mengganti bajumu yang basah.” Chen Ming melangkah mendekat.
“Jangan mendekat!” Shi Jin melangkah mundur.
“Kau bisa jatuh di kolam itu, jika terus mundur.” Chen Ming merayu Shi Jin dengan penuh kesabaran.
“Beri tahu aku, di mana letak Telaga biru.”
Chen Ming menepuk kepalanya, ia melangkah cepat dan membawa tubuh Shi Jin ke dalam gendongannya, “Cukup becandanya! ini sudah hampir pagi, kita harus istirahat. Besok aku akan kembali bekerja.” Chen Ming berjalan santai membawa tubuh Shi Jin yang mungil.
“Lepaskan aku! Yang mulia Raja tolong aku. Ada penyusup kerajaan yang ingin menculikku,” teriak Shi Jin sambil memukul-mukul tubuh Chen Ming.
“Jika kau terus teriak seperti ini, aku akan mencium bibirmu yang manis itu.” Chen Ming tersenyum tipis, ia tahu kalau ancamannya kali ini akan berhasil.
Shi Jin menutup mulutnya. Ia tidak ingin pria asing yang ada di hadapannya, mencium bibirnya lagi. Shi Jin terdiam dan menuruti perkataan Chen Ming saat ini.
Shi Jin harus memulai hidupnya yang baru di jaman modern. Meskipun ia tidak tahu, apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi kehidupan yang baru ini.
Sebelum lanjut baca, Like, dan Komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
IndraAsya
jejak 🐾
2023-10-02
1
fifid dwi ariani
trus sejahtra
2022-11-27
0
Rahmad Diesta
nah yg kaya gini yg gua cari, bosen banget liat Reinkarnasi dari modern ke jaman kuno
2022-11-07
0