Shi Jin dan Chen Ming duduk di meja makan. Memperhatikan Chen Ming, dengan seksama. Sambil menggenggam erat dres yang kini ia kenakan. Hatinya di penuhi rasa yakut, kalau Chen Ming tidak menyukai masakan buatannya.
“Hari ini masakan Kak Dong Ming, sedikit berbeda.” Chen Ming menyelesaikan sarapan, meminum air putih.
“Apa rasanya tidak enak?” tanya Shi Jin dengan penuh harap.
“Enak. Hanya tidak sama seperti biasanya, mungkin tadi ia terlalu terburu-buru memasaknya.” Chen Ming beranjak dari duduknya.
“Aku tidak ada kelas hari ini. Jadi, tidak kuliah.” Shi Jin juga beranjak dari duduknya.
Chen Ming menatap wajah Shi Jin dengan seksama, “Apa ada yang ingin kau katakan lagi?”
“Shi Jin tertunduk takut, “Pagi ini, aku belajar masak bersama Kak Dong Ming.”
“Terima kasih, sayang. Aku sangat suka masakanmu.” Chen Ming tersenyum, ia mencium pucuk kepala Shi Jin.
“Apa kau tidak bohong?” Wajah Shi Jin berubah serius.
“Tentu saja aku tidak bohong, masakanmu sangat enak.” Chen Ming mengukir senyuman penuh arti.
Untung saja Kak Dong Ming memberi tahuku. Kalau tidak, aku akan keceplosan bilang masakan ini terlalu asin.
“Aku akan mengantarmu ke depan.” Shi Jin membawa tas kerja milik Chen Ming.
“Terima kasih, sayang.” Chen Ming merangkul pinggang Shi Jin. Pagi ini hatinya berbunga-bunga mendapat prilaku lembut dari Shi Jin.
Di teras depan. Shi Jin memberikan tas kerja pada Chen Ming. Ia tersenyum manis untuk mengantar Chen Ming pergi kerja pagi itu. Chen Ming mencium pucuk kepala Shi Jin sebelum masuk ke dalam mobil. Shi Jin melambaikan tangan, saat mobil Chen Ming mulai berjalan.
“Kau pria yang sangat menggemaskan.”
Shi Jin masuk ke dalam rumah. Melangkah ke arah dapur untuk membereskan meja makan dan mencuci piring. Pagi ini, ia mendapat banyak pelajaran baru dari Dong Ming. Dengan penuh bahagia, Shi Jin melakukan pekerjaan seorang istri.
***
Di dalam mobil, Chen Ming mengambil handphone yang berdering. Memasang Handsfree di telinga kirinya.
“Hallo, Kak. Terima kasih atas infonya. Aku hampir saja berkata kalau mie goreng itu asin.”
[Aku sangat bahagia, melihat hubungan kalian yang semangkin dekat.]
“Kak, Aku juga sangat bahagia atas sikap lembut Shu Qi akhir-akhir ini. Dia sangat jauh berbeda dari Shu Qi yang dulu aku kenal. Shu Qi yang sekarang, jauh lebih lembut dan sabar dalam menghadapi segala situasi.” Chen Ming membayangkan wajah Shu Qi yang tersenyum manis.
[Chen Ming. Sejak menikah, kalian tidak pernah menghabiskan waktu berdua.]
“Apa yang Kakak maksud? Apa Kakak mengusirku dari rumah itu?” Raut wajah Chen Ming berubah.
[Bukan. Bukan itu maksudku. Tapi, kenapa kalian tidak pergi bulan madu. Jerman memiliki banyak tempat romantis. Kau bisa mengambil cuti dan menghabiskan banyak waktu untuk berdua. Ini kesempatanmu, untuk memperoleh keturunan, Chen Ming.]
“Ide yang bagus. Baiklah, hari ini Aku akan mengurus cuti di kantor. Terima kasih atas ide terbaikmu, Kak.” Chen Ming tersenyum bahagia, matanya sangat berseri.
[Aku sangat menyayangimu, Chen Ming. Kau satu-satunya yang kumiliki saat ini.]
“Kak, kenapa Kakak tidak melamar Vauli? Dia gadis yang cantik, bahkan satu profesi dengan Kakak.” Chen Ming tahu, sejak dulu ada wanita yang selalu menunggu cinta Dong Ming.
[Jangan bahas urusan pribadiku. Aku tidak terlalu suka membahasa hal itu. Sekarang, Aku harus kembali ke dapur.] Dong Ming memutuskan panggilan teleponnya.
Chen melepar Hansfree dari telinganya. Ia menatap jalan lurus yang terbentang. Memikirkan hubungan Dong Ming dan Vauli yang sejak dulu tidak pernah bersatu.
“Mereka sudah kenal dan akrab sejak SMA. Bisa di bilang udah hampir 10 tahun saling kenal dan dekat. Tapi, kenapa Kak dan Dong Ming dan Vauli tidak menikah. Hubungan mereka jauh lebih rumit daripada rumah tanggaku dengan Shu Qi.”
Chen Ming menambah kecepatan mobilnya. Ia ingin segera tiba di kantor untuk mengurus cuti liburannya bersama Shu Qi hari ini.
Beberapa saat kemudian. Mobil Chen Ming sudah tiba di parkiran kantor. Ia berjalan dengan cepat, menuju ke arah lift. Chen memutar tubuhnya menatap ke pintu lift yang hampir tertutup.
Satu wanita muncul di depan lift, Chen Ming menekan tombol untuk membuka kembali pintu lift itu.
“Terima kasih, Pak.” Wanita itu tersenyum manis memandang Chen Ming.
“Sama-sama.” Chen Ming mengalihkan tatapan matanya dari wanita cantik yang kini berdiri di sampingnya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
“Pak, apa anda kerja di sini juga? Saya Qenin, karyawan baru di PT ini.” Qenin mengulurkan tangan di depan Chen Ming.
“Saya Chen Ming.” Chen Ming tidak membalas uluran tangan wanita itu. Sifatnya terlihat acuh dan tidak bersahabat.
Wajah Qenin berubah malu. Ia menarik cepat tangannya, mengalihkan pandangannya dari Chen Ming.
Pria ini sangat tampan. Tapi dia terlalu sombong dan angkuh.
Pintu lift terbuka, Chen Ming dan Qenin keluar di lantai yang sama. Chen Ming berjalan cepat menuju ruang kerjanya, sedangkan Qenin berjalan ke ruang HRD yang akan mengatur posisinya bekerja hari ini.
Chen Ming menjatuhkan dirinya di atas kursi hitam. Membuka laptop dan memulai pekerjaannya pagi ini. Ia sudah tidak sabar untuk mengurus cuti dan segera pulang ke rumah.
“Aku yakin, Shu Qi akan sangat bahagia bila aku mengajaknya untuk liburan.” Chen Ming menyelesaikan pekerjaannya dengan begitu bersemangat.
Beberapa jam kemudian. Chen Ming memandang jam yang sudah menunjukan jam makan siang. Ia mengambil kesempatan ini, untuk membicarakan niatnya mengambil cuti kepada Pak Antoni.
Hanya Pak Antoni yang bisa memutuskan langsung, segala sesuatu yang berhubungan dengan Chen Ming. Baik itu, gaji, bonus maupun tunjangan perbulan yang di perolah Chen Ming.
Chen Ming berjalan ke arah pintu yang bertuliskan Direktur Utama. Ia mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan itu. Satu suara mengijinkannya masuk, dengan perlahan Chen Ming mendorong pintu dan berjalan masuk.
Di dalam ruangan Pak Antoni, lagi-lagi Chen Ming bertemu dengan Qenin. Qenin tersenyum bahagia saat ia berhasil bertemu dengan Chen Ming lagi saat itu.
“Selamat siang, Pak. Ada sesuatu yang ingin saya katakan.” Chen Ming menunduk hormat.
“Duduklah, Chen Ming,” perintah Pak Antoni.
Chen Ming berjalan ke arah kursi dan duduk berhadapan dengan Pak Antoni.
“Chen Ming, ini Qenin. Mulai sekarang dia akan menjadi sekretaris saya yang baru. Kamu bisa menjalin kerja sama yang baik dengan Qenin. Segala keperluan saya akan di urus oleh Qenin mulai saat ini.” Pak Antoni tersenyum memandang Qenin.
“Baik, Pak.” Chen Ming tidak ingin memandang wajah Qenin. Ini kesekian kalinya Chen Ming bertemu dengan sekretaris pribadi Pak Antoni.
“Qenin, kamu bisa pergi kembali bekerja.” Pak Antoni memandang wajah Qenin dengan tatapan mesum.
“Baik, Pak.” Qenin menunduk dengan senyuman, sebelum pergi meninggalkan ruangan itu.
“Ada apa, Chen Ming? wajahmu terlihat sangat berseri siang ini.” Pak Antoni menyandarkan tubuhnya dengan santai.
“Pak, saya ingin mengambil cuti untuk satu minggu. Saya ingin mengajak istri saya untuk berlibur.”
“Kapan?” Pak Antoni mengerutkan dahinya.
“Jika anda tidak keberatan, cuti saya akan di hitung mulai besok, Pak.” Chen Ming menunduk. Ada sedikit keraguan saat ia mengatakan hal itu.
“Baiklah. Saya menyetujui permohonanmu, Chen Ming. Kau juga butuh refresing.” Pak Antoni tersenyum.
“Terima kasih, Pak.” Chen Ming tersenyum bahagia.
“Saya permisi dulu, Pak.” Chen Ming beranjak dari duduknya.
“Ya,” jawab Pak Antoni.
Chen Ming berjalan meninggalkan ruangan Pak Antoni. Ia berjalan cepat menuju ke ruang kerja miliknya.
Meskipun di depan pintu Pak Antoni ada Qenin yang sejak awal memperhatikan dirinya. Chen Ming tidak ingin memandang wajah Qenin meskipun hanya satu detik.
“Pria ini sungguh sombong. Bahkan jabatannya masih di bawah Pak Antoni.” Qenin membuang tatapan matanya dari Chen ming. Melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Like jangan lupa ya.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
T o R a 21
bau bau pelakor nih...🤔
2022-11-06
0
Ningsih Sweetz
calon pelakor Qenin thor
2022-06-18
0
Oi Min
Keknya Qenin berbau siluman dech......siluman ular rubah betina
2022-02-06
0