Matahari kembali tenggelam. Siang sudah berganti malam. Chen Ming masih dalam perjalanan pulang. Saat ini, suasana terasa dingin karena rintikan hujan yang turun.
Beberapa pengguna jalan terlihat mengenakan mantel untuk melindungi diri. Chen Ming memandang paket liburan yang ia pilih untuk mengahbiskan waktu berdua bersama Shu Qi.
“Sayang, kau pasti menyukai Danau ini.” Chen Ming melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Di Rumah.
Shi Jin menata makanan yang di kirim Dong Ming dari restaurant. Selain Mie, Shi Jin belum bisa memasak menu lainnya. Dong Ming sempat pulang pada sore hari untuk mengantar makanan. Ia kembali pergi karena ada urusan penting yang harus ia selesaikan.
Shi Jin duduk di salah satu kursi yang melingkari meja makan. Ia memandang ke arah jendela yang ada di sudut dapur. Kaca jendela itu terlihat berembun, karena udara dingin dari hujan yang menetes di luar. Shi Jin beranjak dari duduknya, berjalan pelan ke arah jendela yang menghubungkan ke arah taman belakang.
“Setiap kali hujan, Aku jadi ingat dengan Pangeran Zhu Qui.” Shi Jin kembali mengingat kebersamaannya dengan Pangeran Zhu Qui waktu dulu. Saat Shi Jin dan Pangeran Zhu Qui masih kecil dan polos.
Shi Jin mendengar teriakan yang meminta tolong. Shi Jin memperhatikan keadaan yang ada di luar. Ia tidak menemukan apapun di sana. Tatapan matanya terus mencari sumber suara, dengan rasa penasaran.
“Suara apa itu? Aku yakin ada yang meminta tolong, tapi dimana.” Shi Jin berjalan ke arah pintu yang menghubungkan dapur dengan halaman belakang.
Shi Jin menemukan seekor burung yang terjebak di dalam sangkar. Shi Jin mendekati sarang burung itu dengan langkah pelan.
“Apa kau yang memanggilku?” tanya Shi Jin pelan.
“Ya, Kau bisa mengerti bahasa kami. Tolong Au, Aku tidak ingin terkurung di dalam sangkar ini.” Burung it uterus berkicau untuk memohon pertolongan Shi Jin.
“Siapa yang melakukan semua ini?” tanya Shi Jin dengan penuh khawatir.
“Tentu saja pria yang ada di rumah ini.”
“Chen Ming? atau Dong Ming? untuk apa mereka melakukan semua ini?” Shi Jin membuka pintu kandang burung.
“Terima kasih. Aku akan membalas kebaikanmu suatu saat nanti.” Burung itu terbang ke arah pohon untuk berlindung dari rintikan hujan.
Shi Jin hanya diam sambil menarik napas, “Kenapa burung itu bisa di kurung di dalam kandang ini. Tapi, kandang ini terlihat sangat bagus. Apa mereka sengaja memberikan rumah untuk burung itu.” Shi Jin terus saja memperhatikan kandang burung yang ada di hadapannya.
Seseorang memeluknya dari belakang, “Apa yang kau lakukan di sini, Sayang.” Chen Ming mencium pipi Shi Jin.
“Aku, Aku hanya melihat pemandangan yang ada di halaman belakang ini. Sangat indah bukan?” Shi Jin menutupi kebenaran yang ada.
“Di sini sangat gelap dan menyeramkan, ayo kita masuk.” Chen Ming melepas pelukannya, ia terus menatap wajah Shi Jin.
“Ada apa?’ Shi Jin menunduk dengan wajah merona malu.
“Kau sangat cantik.” Chen Ming menyentuh dagu Shi Jin, untuk mencium bibir Shi Jin. Matanya melirik sesaat ke arah kandang burung milik Dong Ming.
“Burung itu! Dimana burung itu, sayang?” Wajah Chen Ming berubah panik.
Shi Jin menunjuk ke arah pohon, “Di sana.”
Chen Ming memandang ke arah pohon yang di tunjuk oleh Shi Jin, “Kenapa burung itu bisa lepas. Aku akan di cincang sama Kak Dong Ming.”
“Di cincang?” tanya Shi Jin bingung.
“Iya, sayang. Burung ini pemberian dari Vaula.” Chen Ming berjalan turun ke tanah yang basah.
“Apa yang kau lakukan?” Shi Jin memperhatikan tubuh Chen Ming yang mulai basah karena hujan.
“Aku akan berusaha untuk menangkap burung itu.”
“Jangan!” celetuk Shi Jin.
“Jangan?” Chen Ming memandang wajah Shi Jin dengan bingung.
“Iya. Kasihan burung itu jika harus di kurung di dalam sangkar seperti itu. Ia juga ingin bebas, Chen Ming.” Shi Jin berusaha untuk melarang Chen Ming.
Chen Ming kembali jalan mendekati tubuh Shi Jin, “Sayang, jangan bilang kalau kau melepas burung itu dengan sengaja.” Menatap wajah Shi Jin dengan seksama.
Shi Jin mengukir senyuman manis, “Iya, aku yang melepaskannya.”
Chen Ming menepuk pelan keningnya, “Sayang, kenapa kau melakukan hal itu?”
“Kasihan ….”
Chen Ming menarik napas dalam, “Ya sudah. Aku akan memikirkan alasan untuk Kak Dong Ming nanti. Sekarang, ayo kita masuk ke dalam.” Chen Ming merangkul pinggang Shi Jin.
“Apa kau marah padaku?” Shi Jin berjalan sambil memandang wajah Chen Ming.
“Aku gak marah, Sayang. Hanya saja … burung itu adalah hadiah dari seseorang yang special untuk hidup Kak Dong Ming.”
“Seorang wanita?” Shi Jin mengerutkan dahi.
“Ya, namanya Vaula. Mereka sudah dekat selama 10 tahun.” Chen Ming kembali mengingat kedekatan Dong Ming dengan Vaula.
“Kak Dong Ming berpacaran dengannya?”
“Mereka tidak menjalin hubungan apapun. Aku juga tidak tahu kenapa mereka tidak menikah aja.” Chen Ming mendorong handle pintu, berjalan masuk ke dalam kamar.
Shi Jin hanya diam untuk mencerna perkataan Chen Ming.
‘Apa Kak Dong Ming dan Vaula bersahabat seperti Aku dan Pangeran Zhu Qui? Kami juga dekat sudah hampir 10 tahun, dan tidak menikah.
“Sayang, aku mandi dulu.” Chen Ming melepas rangkulannya, berjalan masuk ke kamar mandi.
Shi Jin duduk di ujung tempat tidur, “Semoga Kak Dong Ming gak marah. Apapun alasannya, mengurung burung kecil itu adalah perbuatanyang tidak baik.”
Shi Jin menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Memandang langit-langit kamar. Menghirup aroma wewangian dari pengharum ruangan yang ada.
“Kamar ini sangat jauh berbeda jika di bandingkan kamarku dulu.” Shi Jin membayangkan kamar permaisuri yang besar dengan banyak jendela dan pintu. Semua prabot terbuat dari kayu yang diukir dengan ciri khas kerajaan Dong’e.
“Yang Mulia Raja, apa kita bisa bertemu lagi?” Shi meneteskan air mata karena rindu akan istana.
“Sayang ….” Chen Ming berjalan mendekati Shi Jin.
Shi Jin duduk dari tidurnya, menghapus buliran air mata yang sempat menetes.
“Sayang, apa yang terjadi? kenapa kau menangis?” Chen Ming menyentuh kedua pipi Shi Jin dengan wajah khawatir.
Shi Jin menggeleng pelan, “Aku merindukan masa laluku.”
“Masa lalu?’ Chen Ming mengerutkan dahinya.
“Ya, saat masih kecil sangat bahagia bukan?” Shi Jin mengukir senyuman untuk menutupi kebohongan.
Chen Ming tersenyum, “Aku juga akan membuat hidupmu bahagia di masa sekarang.”
“Ayo kita makan malam.” Shi Jin beranjak dari duduknya.
Chen Ming berdiri menghadap Shi Jin, “Apa kau memasak sesuatu untukku?”
“Gak, Kak Dong Ming membawa makanan dari restoran.”
Tanpa banyak kata lagi, Chen Ming menarik tangan Shi Jin. Membawa tubuh Shi Jin keluar dari kamar untuk makan malam.
Like jangan lupa😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Oi Min
Ke danau?? Kok aq jdi takut dgar kata danau.....takutnya Shi Jin akan kmbli pada raja..... Chen Ming bsa gila
2022-02-06
1
" sarmila"
awal awal mula aku msih lieur sama nama2 pemeranya.ayena mh udah henteu
sukses thor
2021-09-24
0
AliceLin
nice story
2020-08-23
4