Di dalam kamar.
Chen Ming membuka kotak kecil yang berisi kunci rumah. Ia bahkan belum sempat untuk melihat rumah itu. Hadiah rumah yang ia dapatkan dari perusahaan, masih ia rahasiakan dari Shu Qi dan Dong Ming. Ia menunggu waktu yang tepat untuk memberi tahu soal rumah itu.
Chen Ming tidur di atas sofa sambil memandang langit-langit kamar. Ia meletakkan kunci rumah itu kembali ke dalam kotak dan melempar kotak itu ke atas meja.
“Aku selalu bermimpi. Kalau kita memiliki anak dan tinggal bersama dengan bahagia. Kenapa kau terus mengecewakanku Shu Qi. Apa rasa cintaku belum cukup untuk membuat hidupmu bahagia.”
Chen Ming mulai memejamkan matanya. Namun, pikirannya terus saja dipenuhi dengan kebersamaan Shu Qi dan Ricko. Ia duduk sambil mengacak-acak rambutnya.
“Pria itu. Aku harus memberi pelajaran padanya. Aku harus menemuinya saat ini.”
Chen Ming mengambil kunci mobil dan berjalan meninggalkan kamar. Di depan kamar, Chen Ming bertemu dengan Shi Jin. Shi Jin menunduk takut saat melihat wajah Chen Ming.
Chen Ming tidak ingin mengeluarkan kata. Ia pergi meninggalkan Shi Jin tanpa ingin memandang wajahnya.
Shi Jin menunduk sedih. Buliran air mata kembali menetes membasahi pipinya.
Apa yang terjadi dengan perasaan ini. Kenapa hatiku sangat sakit saat Chen Ming bersikap seperti ini. Apa aku sudah jatuh cinta padanya. Tapi apa perasaan ini milikku? atau perasaan ini milik Shu Qi.
Shi Jin terus memandang punggung Chen Ming yang berlalu pergi meninggalkan rumah. Ia memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam kamar, saat melihat Chen Ming sudah pergi meninggalkan rumah.
“Aku ingin tidur. Tubuhku terasa sangat lelah.”
Shi Jin berjalan ke arah tempat tidur. Kotak kecil yang tergeletak di atas meja, menarik perhatiannya.
“Benda apa itu?” Shi Jin berjalan mendekati meja. Ia duduk di sofa dan mengambil kotak kecil itu. Membukanya perlahan. Shi Jin mengambil kunci rumah yang ada di dalamnya.
“Ini kunci rumah. Tapi ini rumah siapa?”
Shi Jin memasukkan kunci itu ke dalam kotak. Ia tidak ingin mendapat masalah baru lagi. Shi Jin meletakkan kotak itu kembali ke atas meja. Ia berjalan ke arah tempat tidur. Menyibakkan selimut dan naik ke atas tempat tidur. Shi Jin menyelimuti tubuhnya dengan selimut itu. Memejamkan mata untuk tidur dengan tenang.
“Chen Ming. Dimanapun kamu berada. Aku selalu mendoakanmu, agar kau tidak dalam bahaya.”
***
Chen Ming melajukan mobilnya dengan cepat. Sejak awal, ia sudah menyuruh orang untuk menyelidiki keberadaan Ricko. Satu Club malam tempat Ricko bersenang-senang, menjadikan tempat pertemuannya dengan Ricko malam ini.
“Aku harus memberi pelajaran padamu. Beraninya kau menyentuh wanitaku.”
Mobil Chen Ming berhenti di salah satu parkiran mobil. Ia turun dengan cepat. Melirik ke arah pria yang menjadi orang bayarannya. Pria itu membawa Chen Ming masuk ke dalam Club. Ia menunjukkan arah tempat Ricko berada.
Pria itu berhenti di depan pintu ruangan VVIP.
“Pria itu ada di dalam, Tuan. Ia sedang bersenang-senang dengan para wanita.”
“Pria brengsek. Ternyata Shu Qi sudah tertipu dengan sifat manisnya.”
Chen Ming mendorong pintu itu dengan kasar. Ricko berdiri dari duduknya. Ia melihat kehadiran Chen Ming dengan senyuman licik.
“Kalian pergilah. Aku kedatangan tamu.” Ricko mengusir wanita-wanita seksi itu.
“Untuk apa kau ke sini? apa kau igin bersenang-senang denganku? tenang, aku akan berbagi wanita milikku kepadamu, karena kau sudah berbagi Shu Qi denganku.”
Chen Ming masih menahan emosinya saat ini. Ia ingin mengetahui kebenaran yang terjadi.
“Aku tidak terlalu suka berbagi.” Chen Ming duduk di salah satu kursi. Mengambil minuman beralkohol, menuangkannya ke salah satu gelas Kristal yang kosong.
Ricko semangkin tertarik saat melihat Chen Ming minum minuman keras. Ia duduk dengan santai di sofa yang bersebrangan dengan Chen Ming. Mengambil gelas yang sudah berisi minuman.
“Jadi, apa tujuanmu ke sini? di sini hanya tempat untuk bersenang-senang.”
“Aku ke sini hanya ingin menyerahkan Shu Qi padamu. Aku tidak suka wanita bekas pria lain.” Chen Ming meletakan gelas itu kembali ke atas meja. Ia masih menjaga kesadarannya.
“Baiklah. Aku akan menerima Shu Qi dengan senang hati. Aku akan membahagiakan hidupnya, Jangan khawatir.”
Ricko menambah minuman yang ada di gelasnya. Ia meneguk minuman itu dengan penuh semangat. Wajahnya berseri bahagia, saat mendengar tawaran Chen Ming.
“Aku lebih dulu melakukannya. Jangan terlalu bahagia seperti itu.” Chen Ming menyandarkan tubuhnya dengan tenang.
“Ya, aku tahu itu. Aku menjadi pria kedua setelah dirimu. Kau sangat beruntung.” Ricko menambah minumannya lagi.
“Sejak kapan hubungan kalian terjalin?” tanya Chen Ming penuh selidik.
“Kau ingin tahu, Tuan? aku hanya menjadikan Shu Qi untuk bersenang-senang. Dia mengejar-ngejar diriku di kampus. Dia rela melakukan apapun untuk mendapatkan perhatianku.”
Chen Ming mengepal kuat tangannya. Ia masih menahan emosinya untuk mendapatkan hasil malam ini.
“Kapan pertama kali kalian tidur bersama?” tanya Chen Ming dengan raut wajah yang begitu tenang.
Ricko sudah mabuk dan hampir tidak sadarkan diri. Pandangan matanya sudah tidak lagi jelas.
“Kau mau tahu. Kapan kami bersenang-senang. Malam itu. Apa kau ingat wajahku, aku yang mengantar Shu Qi pulang dalam keadaan mabuk. Apa kau tidak menyadari kalau kami baru saja bersenang-senang.” Ricko semangkin hilang kesadaran.
Chen Ming tersenyum tipis. Ia berdiri dan menarik kerah kemeja Ricko.
“Apa kau yakin sudah tidur dengannya malam itu?” Mata Chen Ming berubah tajam.
“Apa yang ingin kau lakukan. Lepaskan aku.” Ricko berontak. Ia tidak suka dengan perlakuan Chen Ming saat ini.
“Kenapa kau bilang kalau kau adalah yang kedua? malam itu, saat kau mengantar Shu Qi pulang ke rumah. Ia masih perawan, dan aku yang menikmatinya lebih dulu.”
Satu pukulan mendarat di pipi kanan Ricko. Chen Ming menarik tubuh Ricko hingga pria itu berdiri dengan sempoyongan.
“Seharusnya sejak awal aku sudah tahu. Kalau kau hanya menjebakku dengan cerita bohongmu itu.”
Satu pukulan lagi mendarat di pipi kiri Ricko. Ricko tidak dapat melawan Chen Ming saat ini. Meskipun hanya bekerja sebagai karyawan di perusahaan, tapi kekuatan Chen Ming untuk memukul selevel dengan tenaga petinju profesional.
“Ini untuk Shu Qi.”
Satu pukulan mendarat di perut Ricko. Chen Ming mendorong tubuh Ricko hingga pria itu terjatuh ke atas sofa. Chen Ming pergi meninggalkan ruangan itu. Ia tersenyum dengan bahagia. Saat mengetahui kebenaran yang kini ia dapat.
“Maafkan aku sayang. Seharusnya aku menyelidiki ini semua. Sebelum memperlakukanmu seperti tadi.”
Chen Ming mempercepat langkah kakinya. Ia meninggalkan club malam itu dengan wajah berseri. Chen Ming ingin segera menemui Shu Qi, istrinya. Wanita yang sangat ia cintai.
Like sebelum lanjut,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Hamokitsi Run
syukurlah Cheng min cerdik... dy pintar ngorek informasi... dlu kn shu qi msh perawan... hemm ketauan boong kamu Ricko
2022-06-08
0
Oi Min
Huft...... Untung Ricko sdah tau kbnarannya.....
Jdi klo sewaktu2 Shu Qi hamil..... Aman lah
2022-02-06
0
➳️ anna🐣 ༒࿐ 🦣
nah kan Chen Ming nyesel kan udah keburu emosi sih
2021-12-22
0