Hari kembali berganti. Sejak malam itu, Shi Jin bisa menyatukan ingatan Shu Qi yang tidak ia ketahui dan mempelajari semua hal tentang Shu Qi. Hari ini adalah hari ke tujuh Shi Jin berada di dalam tubuh Shu Qi. Ia berubah menjadi wanita baik, dan lemah lembut.
Chen Ming sangat bahagia, melihat perubahan pada diri Shu Qi. Kini Shi Jin dan Chen Ming sedang sarapan di meja makan, bersama Dong Ming. Chen Ming sudah memakai pakaian kantor, sedangkan Shi Jin sudah mengenakan pakaian kuliah. Ini hari pertama bagi Shi Jin, menjalani aktifitas Shu Qi sebagai mahasiswi.
“Apa kalian akan berangkat sekarang?” Dong Ming memecah keheningan. Ia mengganggu lamunan Chen Ming, yang sejak tadi hanya diam memandang wajah Shu Qi.
“Ayo sayang, aku akan mengantarmu ke kampus.” Chen Ming beranjak dari duduknya.
Shi Jin juga beranjak dari duduknya. Ia mengambil tas yang terletak di atas meja. Shi Jin tersenyum memandang Dong Ming.
“Aku pergi dulu, Kak.” Shi Jin tersenyum ramah.
“Ayo, kita akan terlambat.” Chen Ming merangkul pinggang Shi Jin membawanya ke arah garasi. Ia membukakan pintu untuk Shi Jin dengan senyuman.
“Terima kasih,” ucap Shi Jin dengan senyuman.
Chen Ming menutup pintu mobil, lalu berlari kecil ke arah samping mobil. Ia masuk ke dalam mobil dan duduk dengan santai. Hari-harinya semangkin bahagia, saat menerima sifat lembut yang diberikan Shi Jin kepada dirinya.
Andai saja, sejak menikah kita seperti ini. Semua akan terasa begitu indah setiap harinya.
Chen Ming mulai melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Shi Jin hanya diam. Ia masih bingung saat berada di dalam mobil. Sejak dulu, ia selalu berpergian dengan sebuah tandu yang di angkat beberapa pengawal. Hari ini, ia menaiki benda yang bergerak dengan sendirinya, tanpa di dorong ataupun di angkat.
“Sayang, nanti hubungi aku kalau sudah pulang. Aku akan menjemputmu.” Chen Ming menghentikan mobilnya, di salah satu parkiran Universitas.
“Iya,” ucap Shi Jin dengan wajah tertunduk. Ia masih bingung dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
“Ada apa?” tanya Chen Ming dengan raut wajah bingung.
Shi Jin menggeleng kepalanya, “Aku baik-baik saja.” Shi Jin membuka pintu mobil secara perlahan.
Chen Ming menarik tangan Shi Jin. Ia mencium pucuk kepala Shi Jin dengan senyuman.
“Mulai sekarang, hal itu akan menjadi rutinitasku setiap hari.” Chen Ming tersenyum bahagia.
Wajah Shi Jin kembali merona. Ia keluar dari dalam mobil dengan wajah malu-malu. Menutup kembali pintu mobil dan memandang kepergian Chen Ming. Satu suara klakson di bunyikan oleh Chen Ming, sebelum ia melajukan mobil untuk meninggalkan Shi Jin di sana.
Shi Jin memperhatikan gedung tinggi yang kini ada di hadapannya. Matanya tidak lagi berkedip, saat melihat kemegahan gedung itu.
“Sekolah ini begitu besar dan luas. Aku tidak tahu, harus berjalan ke arah mana.” Shi Jin masih diam mematung tanpa ingin berjalan masuk.
Seorang wanita merangkul pundak Shi Jin dengan senyum ramah, “Kemana saja, udah lama tidak muncul?”
Shi Jin terdiam untuk mengingat wajah wanita itu. Ia memaksa ingatan Shu Qi. Dengan mudahnya ia mengingat nama wanita yang kini merangkul tubuhnya.
Naya adalah wanita yang pertama kali di kenal oleh Shu Qi, saat ia berada di Jerman. Naya juga selalu menemani hari-hari Shu Qi, saat dalam keadaan susah ataupun senang. Mereka belajar di Universitas yang sama yang ada di kota Hannover, Jerman.
“Aku sakit, Yana,” jawab Shi Jin santai.
“Sakit?” tanyanya dengan raut wajah bingung.
Shi Jin mengangguk polos sambil tersenyum.
“Apa sekarang sudah baikan? Sakit apa?” Yana terus menarik tubuh Shi Jin. Membawa Shi Jin masuk ke dalam gedung.
“Cuma terlalu banyak pikiran saja.”
“Apa kau tidak jadi bercerai dengan Chen Ming?” Yana menghentikan langkah kakinya. Memandang wajah Shi Jin dengan seksama.
“Aku tidak bisa bercerai dengannya.” Shi Jin tertunduk dalam.
“Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Ricko?” ucap Yana dengan raut wajah bingung.
“Ricko?” tanya Shi Jin dengan wajah kaget.
Ricko, siapa Ricko? kenapa jantungku terasa sakit saat mendengar nama itu.
“Kau malupakan Ricko?” tanya Yana penuh selidik.
“Ricko? aku rasa aku akan meninggalkannya.” Shi Jin tersenyum manis.
Meskipun aku tidak berhasil mengetahui hubungan Shu Qi dengan Ricko. Tapi yang aku tahu saat ini, kalau Shu Qi sudah menikah. Aku tidak akan membiarkan pemilik tubuh ini selingkuh dengan pria lain.
“Apa kau becanda? Kau belum sehat, Shu Qi?” Yana memegang kening Shi Jin untuk memeriksa.
“Apa yang kau lakukan? aku baik-baik saja.” Shi Jin menepis tangan Yana.
“Ya sudah. Ayo kita masuk. Kelas akan segera di mulai. Ricko akan menemuimu nanti. Sudah satu minggu dia mencari-cari dirimu seperti orang gila.” Yana menarik tangan Shi Jin masuk ke dalam kelas. Membawanya duduk di salah satu kursi yang ada di samping Yana.
Shi Jin hanya diam. Ia memperhatikan ruangan kelas itu dengan seksama. Sekilas ruangan itu sama seperti ruang kelas yang ada di wilayah kerajaan.
Ruangan ini jauh lebih canggih. Di bandingkan ruangan belajarku dulu. Yang belajar juga sangat banyak.
Beberapa saat kemudian.
Kelas sudah selesai. Yana mengajak Shi Jin keluar dari ruangan itu. Naya dan Shi Jin berjalan beriringan menuju ke arah kantin.
“Aku sangat lapar, apa kau mau menemaniku?”
Shi Jin menganguk cepat sambil tersenyum. Ia berjalan mengikuti langkah Yana. Tapi, baru beberapa meter Shi Jin berjalan. Langkahnya terhenti saat seorang pria dengan berani merangkul pinggangnya dan mencium pipinya dengan senyuman.
“Kemana saja? aku sangat merindukanmu.”
Shi Jin memandang wajah pria itu. Ia terbelalak kaget, saat melihat wajah pria yang kini merangkul pinggang rampingnya.
“Pangeran Zhu Qui?” ucapnya secara spontan.
“Pangeran?” tanya Yana dan Ricko bersamaan, dengan ekspresi kaget.
Ricko tersenyum, ia merapikan rambut Shi Jin yang berantakan, “Jika aku Pangeran, apa kau mau menjadi Permaisuriku?” Ricko mengedipkan sebelah matanya.
Shi Jin masih diam tanpa ingin menjawab. Ia terus berpikir keras untuk memahami situasi yang kini ia hadapi.
Apa yang terjadi? kenapa wajah pria ini sangat mirip dengan wajah Pangeran Zhu Qui. Apa pria ini rengkarnasi dari Pangeran Zhu Qui. Tidak, aku juga ada di sini bukan karena rengkarnasi. Aku hanya tinggal di tubuh wanita ini untuk sementara.
“Sayang, apa kau baik-baik saja?” Ricko menepuk kedua pipi Shi Jin dengan lembut.
“Aku baik baik saja.” Shi Jin mengalihkan pandangannya dari wajah Ricko.
“Hei, ada apa?” Ricko berusaha untuk membujuknya. Ia menarik lembut tangan Shu Qi agar memandang wajahnya.
“Aku permisi dulu. Aku mau ke kantin.” Yana memutar tubuhnya untuk meninggalkan sepasang kekasih yang sejak awal membuat hatinya iri.
“Tunggu, Yana. Aku ikut.” Shi Jin melepas genggaman tangan Ricko. Ia mengikuti langkah Yana tanpa ingin memandang wajah Ricko lagi.
Ricko melipat kedua tangannya. Memandang tubuh Shu Qi dengan raut wajah bingung.
“Apa yang terjadi pada dirinya? hanya satu minggu tidak jumpa, kenapa sikapnya sangat berbeda?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Oi Min
Gmn ini...... Klo tdk kmbli ke jaman kerajaan, kasihan Raja donk, tp klo kembali.....kasihan Chenming.....
2022-02-06
0
anggrek violet
bingung Yana,,,,Naya,,,,,
Naya,,,,Yana,,,,
ygbenar mana sih,,,,jgn bilang author lgi galfok
2021-09-21
0
Lily Chen
mungkin bisa di revisi temannya itu Naya atau Yana. biar tidak kebinggungan kami mwmbacanya.. tq thor..
2021-08-22
0