Seorang pria mengenakan pakaian kantor, masuk ke dalam kamar. Ia membuka jas kerja yang ia kenakan. Membuangnya sembarangan ke permukaan lantai. Melonggarkan dasi, dan melepaskannya. Membuka satu persatu kancing kemeja putih yang kini ia kenakan.
Tatapan matanya ia fokuskan pada wanita cantik, yang kini tertidur di hadapannya. Wanita itu tidur dengan tenang, mengenakan piyama berbahan satin warna cokelat. Selembar selimut, menutupi tubuhnya. Ia tidak pernah menyadari, kehadiran pria yang kini mendekatinya.
Pria itu menarik selimutnya dengan paksa, melemparkannya ke lantai. Wanita itu terbelalak kaget. Belum sempat ia teriak, pria itu sudah mengunci mulutnya dengan kecupan. Dengan sekuat tenaga, ia mendorong pria itu namun tidak berhasil.
Pria itu terlalu kuat, untuk menjadi lawannya malam ini. Buliran air mata menetes. Hingga akhirnya, ia menyerah dengan pria itu. Wanita itu duduk di atas tempat tidur, sambil menutupi bagian d**anya. Ia menatap pria yang kini ada disampingnya, dengan penuh kebencian.
Tubuh keduanya tidak lagi mengenakan sehelai benangpun. Wanita itu mengutip semua pakaian yang berserak. Sambil menangis terisak-isak, ia mengenakan pakaiannya lagi. Berlari keluar kamar, dengan rasa takut yang amat dalam.
Ia berlari kencang dengan tatapan mata ke bawah. Buliran air mata semakin deras membasahi pipinya. Ia menabrak satu pria, menatapnya dengan bingung.
“Shu Qi, apa yang terjadi? Kenapa kau menangis?” Pria itu menyentuh pipinya dengan raut wajah khawatir.
“Siapa kau?” Ia menghempas tangan pria itu dengan penuh rasa takut. Melangkah mundur, saat melihat pria asing yang kini ada di hadapannya.
“Aku Dong Ming! apa yang terjadi?” tanyanya penuh rasa curiga.
“Ada pria jahat di dalam situ.” Wanita itu menunjuk ke arah kamar yang tadi ia tiduri.
“Siapa yang jahat? apa ada seseorang yang mengganggumu?” Wajahnya berubah, ia menatap ke arah kamar dengan penuh amarah.
Wanita itu hanya mengangguk takut, “Pria itu memaksaku untuk melakukan … hal yang tidak seharusnya kami lakukan,” ucapnya dengan suara serak.
“Pria itu berani menyentuhmu?” Ia mengepal kuat kedua tangannya, menahan amarah.
“Siapa yang berani masuk ke rumahku!” teriaknya penuh amarah.
Wanita itu menggeleng takut. Ia tidak kenal pria yang di kamar, maupun yang kini ada di hadapannya.
Tanpa banyak tanya, pria itu berjalan ke arah kamar. Wanita itu masih menghapus air matanya yang menetes, ia berlari ke arah pintu. Membuka pintu dengan paksa, ia semakin bingung memperhatikan keadaan sekitar.
“Di mana ini?” tanyanya dengan raut wajah bingung.
Ia berlari ke pinggiran kolam renang. Ia duduk di pinggir kolam sambil melipat kedua kakinya. Memperhatikan sekeliling kolam dengan seksama.
“Apa ini telaga biru? di mana Yang Mulia, di mana Pangeran? kenapa mereka tidak menjemputku!” ucapnya dengan suara yang semakin serak.
***
Pria itu membuka pintu dengan paksa. Ia berjalan cepat ke arah kamar. Menarik selimut seorang pria yang kini tertidur pulas.
“Chen Ming!” Matanya terbelalak kaget, saat melihat pria yang kini ada di hadapannya.
“Kakak. Kenapa kakak menggangguku! ini masih malam.” Ia terduduk dan menarik selimut, untuk menutupi tubuhnya yang tidak lagi mengenakan pakaian.
“Apa kau tahu, ada pria asing yang berani menyentuh istrimu?” Mengerutkan dahi.
“Apa? siapa yang berani menyentuh istriku.” Pria itu beranjak dari tidurnya, memakai boxer hitam yang tergeletak di lantai.
“Shu Qi baru aja keluar dari kamar ini. Dia menangis dan bilang ada pria yang memaksanya. Tapi di sini, tidak ada siapapun di kamar. Hanya kau.” Menunjuk pria itu dengan tatapan menuduh.
“Ya, aku memang memaksanya tadi.” Ia kembali duduk di pinggir tempat tidur.
“Kau memaksanya lagi?” Pria itu mengeryitkan dahinya.
“Kakak, tadi aku menghadiri pesta di kantor. Seseorang memasukkan obat ke dalam minumanku. Hingga aku sangat menginginkannya,” ucapannya terhenti.
“Kau menahannya hingga sampai di rumah?” tanyanya tidak percaya.
“Aku tidak ingin mengkhianati Shu Qi, aku sangat mencintainya. Walaupun, ia tidak pernah mencintai diriku.” Tatapan matanya kosong, ia memandang foto pernikahannya yang terpajang di dinding.
“Aku rasa hanya salah paham. Sekarang kejar Shu Qi, ia menangis terus. Aku tidak tahu kenapa. Tapi tatapan matanya, tidak sama dengan Shu Qi.” Pria itu memutar tubuhnya, meninggalkannya di dalam kamar.
“Sayang, apa kau marah padaku.” Mengacak rambutnya karena frustasi.
Ia beranjak dari duduknya. Mengambil pakaian baru, dari dalam lemari. Berjalan perlahan keluar kamar.
***
“Kenapa aku ada di sini. Di mana ini. Apa ini ada di dalam telaga biru.” Kepalanya terus memutari keadaan sekitar.
“Sayang … untuk apa malam-malam ada di kolam renang?” Chen Ming berdiri di belakang Shi Jin.
“Kau!” Shi Jin melangkah mundur, ia takut melihat pria yang kini berdiri di hadapannya.
Shi Jin terpeleset ke dalam kolam renang, Chen Ming melompat ke dalam kolam renang dengan cepat. Membawa tubuh Shi Jin naik ke atas.
“Apa kau baik-baik saja, Sayang. Apa ada yang terluka?” tanya Chen Ming dengan raut wajah khawatir.
“Menyingkirlah!” Shi Jin mendorong tubuh Chen Ming.
“Maafkan aku. Tadi aku di bawah pengaruh obat, seseorang ingin menjebakku.” Chen Ming memegang tangan Shi Jin.
“Siapa kau? di mana ini?” tanya Shi Jin dengan wajah serius.
Chen Ming diam sejenak, ia memegang kening Shi Jin, “Apa kau sakit?”
“Lepaskan tanganmu. Beraninya kau menyentuh tubuh Permaisuri. Yang Mulia akan memberikanmu hukuman gantung.” Shi Jin berdiri dari duduknya.
Chen Ming tertawa terbahak-bahak. Ia tidak pernah menyangka, kalau Shu Qi akan mengigau hingga separah ini.
“Sayang, aku tahu kau suka membaca komik kerajaan. Tapi ini kita di Jerman, di sini tidak ada kerajaan. Sekarang ayo ikut aku ke kamar. Kau harus mengganti bajumu yang basah.” Chen Ming melangkah mendekat.
“Jangan mendekat!” Shi Jin melangkah mundur.
“Kau bisa jatuh di kolam itu, jika terus mundur.” Chen Ming merayu Shi Jin dengan penuh kesabaran.
“Beri tahu aku, di mana letak Telaga biru.”
Chen Ming menepuk kepalanya, ia melangkah cepat dan membawa tubuh Shi Jin ke dalam gendongannya, “Cukup becandanya! ini sudah hampir pagi, kita harus istirahat. Besok aku akan kembali bekerja.” Chen Ming berjalan santai membawa tubuh Shi Jin yang mungil.
“Lepaskan aku! Yang mulia Raja tolong aku. Ada penyusup kerajaan yang ingin menculikku,” teriak Shi Jin sambil memukul-mukul tubuh Chen Ming.
“Jika kau terus teriak seperti ini, aku akan mencium bibirmu yang manis itu.” Chen Ming tersenyum tipis, ia tahu kalau ancamannya kali ini akan berhasil.
Shi Jin menutup mulutnya. Ia tidak ingin pria asing yang ada di hadapannya, mencium bibirnya lagi. Shi Jin terdiam dan menuruti perkataan Chen Ming saat ini.
Shi Jin harus memulai hidupnya yang baru di jaman modern. Meskipun ia tidak tahu, apa yang harus ia lakukan untuk menghadapi kehidupan yang baru ini.
Sebelum lanjut baca, Like, dan Komen.
Kerajaan Dong’E, Pertahanan militer abad ke 50
Shi Jin adalah permaisuri yang memiliki paras cantik dan kemampuan analisa yang baik.
Sejak kecil, Shi Jin sudah di lamar oleh Raja dan Ratu kerajaan Dong’E. Pangeran Thong Zhi adalah pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Dong’E. Setelah menjabat selama 30 tahun lebih, Raja memutuskan untuk menyerahkan jabatannya kepada Pangeran yang ia miliki. Raja hanya memiliki dua pangeran, yaitu Pangeran Thong Zhi dan Pangeran Zhu Qui.
Pangeran Thong Zhi adalah salah satu putra yang sangat disayangi oleh Raja. Selain anak kandung sang Ratu, Pengeran Thong Zhi juga memiliki prestasi yang besar di medan perang. Sudah puluhan kali ia memenangkan kompetisi berburu dan perang di perbatasan.
Pangeran Zhu Qui adalah anak dari selir yang juga sangat di sayangi oleh Raja. Pangeran Zhu Qui memiliki ilmu yang tinggi. Wajahnya tampan dan ia ahli dalam memanah. Pangeran Zhu Qui merupakan sahabat Shi Jin sejak kecil. Keduanya sering berjumpa karena berada di satu perguruan yang sama. Hubungan keduanya terjalin dengan begitu baik. Persahabatan yang saling melengkapi dan memahami. Perjodohan Shi Jin dengan Pangeran Thong Zhi membuat hati Pangeran Zhu Qui terluka. Tapi, demi kebaikan kerajaan Thong Zhi, Pangeran bisa menerima Shi Jin menjadi Kakak ipar. Seiring berjalan waktu.
Lin Yeon, anak seorang hakim daerah yang tidak memiliki orang tua lagi. Sejak usia 10 tahun, Lin Yeon tidak lagi memiliki orang tua. Sang Ratu kasihan pada dirinya, dan mengajak Lin Yeon ke dalam istana. Lambat laun, Lin Yeon jatuh cinta pada Pangeran Thong Zhi.
Wanita itu menginginkan posisi permaisuri di hatinya. Tapi keberuntungan tidak pernah berpihak pada dirinya. Sang Raja dan Ratu, lebih memilih Shi Jin sebagai Permaisuri, meskipun Pangeran Thong Zhi dan Shi Jin tidak saling kenal.
Sejak pengangkatan Shi Jin sebagai Permaisuri, Lin Yeon juga di angkat menjadi selir Raja. Tapi posisi itu tidak cukup baginya. Ia terus mencari cara untuk menurunkan posisi Shi Jin. Sudah berulang kali ia gagal. Namun, hal itu tidak menghentikan niat buruknya terhadap Shi Jin.
Setelah menjabat tiga bulan menjadi Permaisuri. Hari itu Shi Jin mendampingi Raja untuk menyambut para tamu penting di pesta perayaan Perburuan. Hari itu juga, menjadi hari terakhir Shi Jin berada di istana.
Lingkungan istana terasa sangat sejuk. Pemandangan indah, bisa di lihat dari sudut manapun. Di dampingi dengan pelayan pribadinya, Shi Jin berjalan-jalan mengelilingi istana. Ia suka berada di pinggiran sungai yang tidak jauh dari istana. Bermain air dengan para pelayan, sudah membuat Shi Jin bahagia. Selain cerdas, Shi Jin memiliki kelebihan lain. Ia mampu berbicara dengan semua binatang. Tapi, kemampuan ini hanya diketahui oleh Pangeran Zhu Qui. Selain dirinya, tidak ada seorangpun yang tahu, termasuk Raja.
“Nona, saya mendapat kabar dari dalam Istana untuk membawa Anda kembali ke Istana.” Salah seorang pelayan datang dengan wajah takut dan panik.
“Baiklah, saya akan segera kembali.”
Baru beberapa langkah ia berjalan, Shi Jin mendengar suara ikan minta tolong. Langkahnya terhenti, ia mencari ke sumber suara yang ia dengar. Beberapa pelayan juga berhenti, menunggu Shi Jin. Satu ikan emas berputar-putar di perairan sungai. Ada kail yang tersangkut di bagian mulut ikan emas itu. Shi Jin merasa kasihan. Namun, ia tidak ingin kemampuan berbicaranya dengan binatang diketahui oleh pelayan.
“Kalian pergi duluan. Aku akan menyusul nanti.” Shi Jin memberi perintah kepada pelayan untuk meninggalkan dirinya sendiri di sana.
“Baik, Permaisuri.” Pelayan itu menunduk secara bersamaan.
Pelayan-pelayan itu pergi meninggalkan Shi Jin. Shi Jin turun ke bebatuan sungai untuk menolong ikan emas.
“Apa kau baik-baik saja? Aku akan menolongmu.” Shi Jin mengambil ikan itu, melepas kail pancing yang tersangkut.
“Terima kasih,” ucap ikan itu sebelum pergi meninggalkan Shi Jin.
Dari kejauhan, Shi Jin melihat Pangeran Zhu Qui berlari kencang. Shi Jin penasaran dengan keadaan sahabat baiknya itu, ia berlari untuk mengejar Pangeran Zhu Qui. Pangeran masuk ke salah satu bilik istana dengan tergesah-gesah.
Shi Jin membuka bilik itu untuk melihat keadaan Pangeran Zhu Qui saat ini. Mendorong pintu bilik itu secara perlahan, sebelum melangkah masuk dengan hati-hati.
“Pangeran Zhu Qui, apa yang terjadi?” tanya Shi Jin dengan raut wajah khawatir.
“Pergi! jangan ke sini Shi Jin. Aku tidak bisa bertemu denganmu!” teriak Zhu Qui dari kejauhan.
“Apa yang terjadi? kenapa kau mengusirku?” Shi Jin semangkin penasaran, ia terus berjalan mendekati posisi Pangeran Zhu Qui saat ini.
“Shi Jin, Pergi!” ucap Zhu Qui semangkin prustasi.
“Tapi, kenapa. Aku sahabatmu sejak kecil. Apa yang terjadi pada dirimu? Aku ingin menolongmu, Zhu Qui.”
Wajah Zhu Qui merah, tubuhnya terasa panas dan ia sangat bergairah. Seseorang telah memasukkan obat ke dalam minuman Pangeran Zhu Qui. Wajah Shi Jin membuat tubuhnya tidak lagi bisa menolak. Saat itu ia sangat menginginkan Shi Jin. Wanita yang ia cintai sejak dulu.
Tanpa banyak kata lagi, Zhu Qui menyerang Shi Jin. Ia menarik tubuh Shi Jin, ke dalam pelukannya. Membuka baju Shi Jin dengan cepat.
“Apa yang kau lakukan!” Shi Jin protes. Ia terus menghalangi wajah Zhu Qui yang ingin mencium tubuhnya.
“Aku sangat mencintaimu, Shi Jin. Aku menginginkanmu. Tolong jangan tolak Aku lagi.”
Zhu Qui semangkin gelap mata. Ia meletakkan tubuh Shi Jin di atas tempat tidur kayu. Mencengkram kuat kedua tangan Shi Jin.
“Shi Jin, tubuhku sangat sakit. Tolong aku Shi Jin.” Zhu Qui mulai mencium Shi Jin dengan paksa.
Secara bersamaan, pintu bilik terbuka secara paksa. Raja Thong Zhi berdiri di sana dengan wajah murkah. Selir Lin Yeon juga berdiri di sana dengan satu senyuman licik. Beberapa pengawal berbaris rapi di belakang Raja Thong Zhi.
“Apa yang kau lakukan terhadap istriku, Zhu Qui!”
Zhu Qui mulai sadar dengan perbuatannya. Ia melepas tangan Shi Jin dan berdiri untuk menjauhinya. Ia berlutut di hadapan Thong Zhi dengan penuh rasa bersalah.
“Kakak, Aku sungguh tahu kesalahanku. Aku sungguh minta maaf. Ini tidak seperti yang Kakak bayangkan. Permaisuri Shi Jin tidak salah.”
“Kau sudah tertangkap basah, masih bisa membela Permaisuri? semua orang di istana tahu, sejak kecil kau memiliki hubungan yang spesial dengan Permaisuri.” Selir Lin Yeon angkat bicara, ia tidak ingin melewati kesempatan emas ini.
“Diam Kau!” Zhu Qui memandang Selir Lin Yeon dengan kebencian.
“Kakak kamu harus mendengarkanku. Ada seseorang yang ingin menjebak kami berdua.”
“Yang Mulia maafkan saya.” Shi Jin mengepal kedua tangannya sambil berlutut. Buliran air mata menetes di pipinya.
“Perbuatanmu sudah tidak dapat di maafkan Shi Jin. Kau mengecewakanku. Aku sudah lama menunggumu, tapi kau bersenang-senang bersama pria lain di sini,” ucap Raja dengan raut wajah kecewa.
“Kakak, jangan hukum Permaisuri, ini semua kesalahanku. Biar aku yang menerima hukuman.” Pangeran Zhu Qui terus memohon untuk Shi Jin.
“Kalian memang sangat serasi.” Selir Lin Yeon terus membuat suasana menjadi panas.
“Apapun alasanmu. Baru saja aku melihatmu ingin menyentuh wanitaku.” Thong Zhi mencengkram tangannya dengan begitu kuat.
“Pengawal! bawa Permaisuri Shi Jin ke paviliun kecil yang ada di tengah hutan. Dia harus di hukum untuk menyadari semua perbuatannya. Sebelum kau bisa menunjukan kebenaran padaku, jangan pernah menyentuh istana. Dan untuk pangeran Zhu Qui, kau akan di tugaskan untuk memimpin perang di daerah yang sangat jauh.”
Like dan Komen.
Raja memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan Shi Jin dan Zhu Qui. Hatinya terasa sakit dan kecewa saat melihat istri yang sangat ia cintai selingkuh dengan adiknya. Selir Lin Yeon tersenyum penuh kemenangan, sebelum mengikuti langkah Raja.
Shi Jin terdiam, hatinya juga terluka saat melihat Raja tidak lagi percaya pada dirinya. Zhu Qui memandang wajah Shi Jin dengan wajah penuh rasa bersalah.
“Maafkan Aku. Seseorang memang ingin menjebak kita. Maafkan aku Shi Jin. Tidak seharusnya aku melakukan hal itu padamu.”
“Aku yang salah, sejak awal kau sudah menyuruhku pergi. Tapi aku tidak mendengarkan perkataanmu.” Shi Jin berdiri dan menghapus air matayang menetes di pipi.
“Aku akan membicarakan hal ini padanya. Ia lagi emosi, aku yakin, kalau aku bisa membujuknya saat ini.” Zhu Qui berjalan pergi meninggalkan Shi Jin.
“Jangan! jangan lakukan itu. Aku punya caraku sendiri untuk membuktikan kebenaran ini.”
“Apa yang ingin kau lakukan Shi Jin?” tanya Zhu Qui penasaran.
“Pergilah untuk berperang dan jangan urus masalah hidupku lagi. Hubungan kita tidak bisa sedekat dulu lagi.” Shi Jin memalingkan wajahnya dari Zhu Qui.
Shi Jin berjalan keluar menuju kamarnya. Sedangkan Zhu Qui masih berdiri mematung. Hatinya di selimuti perasaan kecewa dan rasa bersalah.
Hari berlalu dengan begitu cepat. Hari ini adalah jadwal Shi Jin di asingkan ke hutan. Semua orang menangis sedih melihat kepergian Shi Jin. Pangeran Zhu Qui hanya bisa berdiri dari kejauhan untuk melihat kepergian Shi Jin.
Yang Mulia Raja tidak ada. Ia menyendiri di dalam kamar. Meskipun baru tiga bulan mengenal Shi Jin, tapi ia sudah jatuh cinta dan sangat menyayangi Shi Jin. Hukuman itu ia berikan pada Shi Jin karena ia ingin melindungi Shi Jin. Ia tahu, kalau seluruh selir memusuhi Shi Jin dan berniat untuk mencelakainya.
“Aku berharap, kau cepat menemukan bukti untuk membersihkan namamu lagi, Shi Jin. Aku tahu, kau wanita yang sangat cerdas,” ucap Thong Zhi penuh harap.
Paviliun kecil, di tengah hutan.
Dua pelayan dan 10 pengawal menjaga Shi Jin di paviliun itu. Air mata masih terus menetes membasahi wajah Shi Jin.
“Kenapa hidupku jadi begini. Kenapa ia tidak percaya padaku,” ucapnya dengan penuh kecewa.
Shi Jin berjalan mengambil tinta dan kertas. Ia menulis surat untuk Raja. Semua yang kini ada di isi hatinya, ia tulis dalam surat itu. Shi Jin melipat surat itu dengan begitu rapi, sebelum memberi surat itu pada pengawal yang berjaga.
“Berikan ini pada Yang Mulia Raja. Aku akan menunggunya di Telaga Biru.” Shi Jin berjalan pergi meninggalkan paviliun.
“Maaf, Permaisuri. Tapi apa yang ingin anda lakukan? Telaga Biru sangat berbahaya.” Satu pelayan mencoba untuk mencegah Shi Jin.
“Aku ingin membuktikan kebenaran.” Shi Jin mempercepat langkah kakinya ke arah Telaga Biru.
Di Istana.
Surat yang di tulis Shi Jin, telah sampai ke tangan Yang Mulia Raja. Kini hati Thong Zhi diselimuti rasa khawatir yang begitu besar, saat mengetahui niat Shi Jin. Ia berlari dengan cepat untuk menghentikan Shi Jin. Beberapa pengawal juga mengikuti langkah Thong Zhi.
Telaga biru adalah sebuah telaga kejujuran. Siapa saja yang melompat ke dalam telaga biru, jika ia benar tubuhnya akan timbul di permukaan. Jika ia bersalah, maka tubuhnya akan tenggelam untuk selamanya.
Shi Jin sudah berdiri di pinggir jurang. Telaga itu ada di dasar jurang yang sangat dalam. Ia percaya, kalau tubuhnya akan muncul ke permukaan dan ia bisa hidup dengan tenang bersama Raja.
“Aku tidak akan mati. Telaga ini tidak pernah membunuh siapapun yang berkata jujur,” ucap Shi Jin penuh keyakinan.
“Shi Jin, apa yang kau lakukan! turun! aku sudah memaafkanmu. Aku mempercayaimu, maafkan aku. Turunlah dari tempat berbahaya itu.” Thong Zhi berusaha untuk membujuk Shi Jin, ia tidak ingin kehilangan Shi Jin.
“Maafkan saya Yang Mulia Raja. Tapi saya harus melakukan ini. Ini semua untuk kebaikan saya dan Pangeran Zhu Qui. Sejak dulu kami menjalin satu persahabatan. Seseorang memanfaatkan persahabatan kami untuk kepentingan yang lain.” Shi Jin memandang wajah Selir Li Yeon dengan penuh kebencian.
‘Apa yang ingin dilakukan wanita ini. Jika tubuhnya muncul dipermukaan, Raja akan menghukumku. Aku tidak akan berhasil menduduki posisi Permaisuri.
Selir Li Yeon sudah di selimuti rasa takut yang amat besar. Sebentar lagi, kebohongan yang ia ciptakan akan segera terbongkar.
“Shi Jin, turunlah. Aku mohon.” Raja Thong Zhi berlutut di atas tanah. Ia benar-benar frustasi dan takut, jika harus kehilangan Shi Jin.
“Maafkan saya, Yang Mulia Raja.”
Shi Jin tersenyum manis. Ia melompat ke dalam telaga sambil tersenyum dan memejamkan mata.
“Shi Jin!” teriak Raja Thong Zhi.
Raja Thong Zhi ingin melompat untuk menolong Shi Jin. Tapi, beberapa pengawal mengahalangi Thong Zhi.
Telaga yang airnya jernih seperti Kristal, berubah menjadi biru. Langit berubah gelap, suara gemuruh mulai terdengar.
Thong Zhi menangis dengan penuh penyesalan. Tubuh Shi Jin tidak kunjung muncul di permukaan. Meskipun Shi Jin bersalah, ia sudah memaafkan Shi Jin karena rasa cintanya.
Namun, beberapa saat kemudian. Semua orang kembali di kejutkan. Tubuh Shi Jin keluar dari Telaga Biru dan terbang di atas telaga. Raja Thong Zhi melompat untuk membawa tubuh Shi Jin naik ke atas.
Hatinya bahagia, karena melihat Shi Jin masih hidup dan berhasil membuktikan kebenaran. Thong Zhi menggendong tubuh Shi Jin, membawanya kembali ke istana. Beberapa tabib terbaik juga sudah datang untuk memeriksa Shi Jin.
“Permaisuri masih hidup, Yang Mulia. Tapi saya tidak tahu, kenapa Permasuri belum bangun.” Tabib itu menunduk takut.
“Kapan Shi Jin akan bangun?” Thong Zhi meraih tangan Shi Jin menggenggamnya dengan erat.
“Saya tidak bisa memastikannya, Yang Mulia. Ini kejadian langkah. Baru Permaisuri Shi Jin yang berani melompat ke dalam telaga itu.”
Thong Zhi memandang wajah Shi Jin dengan wajah sedih, “Aku akan menunggumu, Shi Jin. Tidak ada seorangpun yang bisa merebut posisimu sebagai Permaisuriku.”
Thong Zhi meletakkan tangan Shi Jin dengan hati-hati. Ia berdiri dengan wajah yang dipenuhi amarah. “Seret Selir Li Yeon, kurung dia di penjara bawah tanah. Aku akan memberi hukuman mati padanya!”
Beberapa pengawal menunduk hormat, “Baik, Yang Mulia.”
“Kau harus membayar semua perbuatanmu, Li Yeon. Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu! kau harus menerima hukuman ini sebagai balasannya.”
Raja mencium pucuk kepala Shi Jin dengan penuh cinta.
“Bangunlah. Aku akan menunggumu sampai kapanpun itu. Aku akan terus melindungimu, meskipun harus mengorbankan nyawaku. Aku sangat menyayangimu, Shi Jin.”
Thong Zhi pergi melangkahkan kakinya meninggalkan Shi Jin untuk sementara. Ia sudah tidak sabar melihat kematin Li Yeon dan tersenyum bahagia mewakili Shi Jin.
Air mata Shi Jin menetes, sebelum Thong Zhi pergi meninggalkan kamarnya. Ia masih mendengar jelas perkataan Thong Zhi, namun matanya, tidak bisa terbuka.
Hingga saat ia membuka mata, ia sudah berada di kamar Shu Qi. Wanita yang kini menjadi raga untuk kehidupan yang ia miliki.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!