Shi Jin dan Chen Ming baru saja menyelesaikan makan malam. Shi Jin beranjak dari duduknya untuk membereskan meja makan.
“Sayang, biar Aku bantu.” Chen Ming membawa beberapa piring ke tempat cuci piring. Shi Jin mencuci beberapa piring yang sudah terkumpul.
“Hati-hati.” Chen Ming berdiri di samping Shi Jin, memperhatikan wajah Shi Jin dengan seksama.
“Jangan pandang aku seperti itu.” Shi Jin meletakkan piring terakhir. Ia membersihkan tangan sebelum menatap wajah Chen Ming.
“Kau terlihat sangat cantik.” Chen Ming mendekati tubuh Shi Jin.
Debaran jantung Shi Jin, berdetak dengan cepat. Shi Jin memandang wajah Chen Ming yang semangkin mendekati tubuhnya. Chen Ming menarik Shi Jin ke dalam pelukan. Mencium bibir Shi Jin dengan penuh cinta.
Shi Jin hanya bisa memejamkan mata. Sentuhan Chen Ming memang selalu membuat dirinya terlena. Ia tidak pernah bisa menolak Chen Ming, tiap kali pria itu ingin mencium bibirnya.
Chen Ming menyudahi cumbuannya dengan senyuman, “Temani Aku nonton film.” Menarik tangan Shi Jin ke arah ruang TV.
Chen Ming dan Shi Jin duduk berdampingan. Chen Ming mengotak atik remot TV untuk memilih siaran TV favoritnya. Shi Jin bersandar sambil memandang wajah Chen Ming tanpa berkedip.
“Apa kau menggodaku lagi, sayang?” Chen Ming meletakkan remot di atas meja.
Shi Jin mengalihkan pandangannya ke arah TV. Ia tidak ingin Chen Ming tahu, kalau sejak awal ia terus memperhatikan wajah Chen Ming.
“Aku tidak memandangmu.”
“Apa kau mau berbohong padaku?” Chen Ming mendekatkan wajahnya di depan wajah Shi Jin.
“Aku ….” Wajah Shi Jin merona malu.
Chen Ming tertawa bahagia, “Sayang, kenapa wajahmu memerah seperti itu, tiap kali aku menggodamu.” Chen Ming menarik tubuh Shi Jin ke dalam pelukannya.
“Kalau seperti ini, bagaimana. Apa wajahmu masih bisa merona karena malu.”
Shi Jin tersenyum manis, “Jangan selalu meledekku.”
Chen Ming mempererat pelukannya, “Aku punya hadiah untukmu, sayang.”
“Hadiah?” Shi Jin memandang wajah Chen Ming yang kini ada di pundak kanannya.
“Ya, besok kita akan pergi ke suatu tempat. Aku yakin, kau akan sangat menyukai tempat itu. Urusan kuliah, aku sudah mengurus semuanya. Jangan khawatir.” Sejak siang, Chen Ming sudah menghubungi pihak kampus Shi Jin.
“Kemana?” tanya Shi Jin penasaran.
“Rahasia. Aku yakin, kalau kau sangat menyukai tempat itu,” jawab Chen Ming penuh percaya diri.
“Apa tempatnya menyenangkan?”
“Itu akan menjadi tempat paling menyenangkan untuk kita berdua.”
Shi Jin tidak lagi bisa mengeluarkan kata. Ia memilih diam, dari pada terus menerima godaan dari Chen Ming.
“Sayang, perusahaan memberikan rumah untuk kita. Kapan kita pindah ke rumah itu.”
“Pindah?” tanya Shi Jin singkat.
“Iya. Ini rumah Kak Dong Ming. Kita akan pindah ke rumah milik kita di wilayah Hildes.” Chen Ming baru saja ingat dengan rumah pemberian Pak Antoni.
“Kapan?” Shi Jin menatap wajah Chen Ming dengan serius.
“Setelah kita pulang liburan, bagaimana?”
“Apa rumah itu letaknya jauh dari sini?” tanya Shi Jin yang sudah diselimuti sejuta rasa penasaran.
“Tidak terlalu jauh. Rumah itu lebih dekat dengan kantorku. Aku akan lebih cepat tiba di rumah, kalau kita tinggal di rumah itu.”
“Terserah Chen Ming saja. Aku hanya menurut sebagai istri,” jawab Shi Jin dengan kelembutan.
“Itu juga satu godaan untukku. Kenapa akhir-akhir ini kau sangat penurut, sayang.”
Dari teras rumah. Terdengar suara mobil yang baru saja berhenti.
“Apa itu Kak Dong Ming?” Chen Ming beranjak dari duduknya untuk memeriksa ke depan pintu.
Pintu terbuka sebelum Chen Ming membukanya, “Kakak. Apa Kakak baik-baik aja?” Chen Ming berubah panik, saat melihat wajah Dong Ming di penuhi luka.
“Apa yang terjadi, Kak?” tanya Chen Ming lagi.
“Jangan khawatir. Ini hanya luka kecil, besok juga akan sembuh.” Dong Ming berjalan dengan tubuh yang hampir jatuh.
“Kak, tubuh Kakak sangat lemah. Biar aku bantu ke kamar.” Chen Ming merangku pundak Dong Ming untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
“Chen Ming, apa yang terjadi?” Shi Jin beranjak dari sofa, saat melihat Chen Ming membawa tubuh Dong Ming.
“Shu Qi, tolong ambilkan air untuk mengompres luka Kak Dong Ming.” Chen Ming berjalan ke arah kamar Dong Ming. Shi Jin berlari ke arah dapur.
Chen Ming meletakkan Dong Ming di atas tempat tidur dengan hati-hati. Wajahnya dipenuhi raut wajah khawatir.
“Kak, siapa yang melakukan semua ini? Katakan padaku.”
“Ini hanya luka kecil. Jangan terlalu panik.” Dong Ming duduk di atas tempat tidur sambil bersandar.
“Tapi ini luka pukulan. Pasti ada orang yang ingin mencelakai Kakak.”
Shi Jin masuk ke dalam kamar. Membawa kotak P3K dan air di dalam baskom kecil.
“Ini airnya.” Shi Jin meletakkan baskom itu di atas meja. Ia berdiri dan terus memperhatikan wajah Dong Ming.
Dong Ming tertawa pelan, “Kenapa dengan wajah kalian berdua. Ini hanya luka kecil. Besok pagi juga sudah sembuh.” Dong Ming ingin meraih handuk kecil di dalam baskom.
“Biar aku yang melakukannya.” Chen Ming merebut handuk itu, mengompres luka Dong Ming dengan hati-hati.
“Sayang, istirahat di kamar duluan. Aku akan menyusul setelah selesai mengobati luka Kak Dong Ming.”
Shi Jin mengangguk, lalu berjalan meninggalkan kamar Dong Ming.
“Shu Qi sudah tidak ada. Katakan padaku, apa yang terjadi?” Chen Ming membersihkan luka pada wajah Dong Ming, sebelum memberikan obat antiseftik.
“Seseorang mengganggu Vaula, Aku menolongnya. Tapi ilmu bela diriku tidak sebagus dirimu. Mereka mala menghajarku dengan mudah. Untung saja, Vaula sempat lari dan mencari bantuan.” Dong Ming kembali membayangkan pertarungannya dengan beberapa preman tangguh.
“Sejak tadi siang aku sudah bilang. Kenapa Kakak gak menikah aja dengan Vaula. Dia hidup sendiri, Kakak akan melindunginya setiap saat.” Chen Ming meletakkan handuk kecil itu kembali ke dalam baskom.
“Aku belum bisa menikahinya.”
“Tapi kenapa? Kakak sudah punya Rumah, Mobil dan pekerjaan. Bahkan kalian bekerja di bidang yang sama.”
Dong Ming diam untuk sejenak, “aku juga tidak tahu. Perasaanku pada Vaula tidak seperti orang yang saling jatuh cinta. Sejak dulu, aku hanya menganggapnya sebagai sahabat.”
“Kak, tapi Vaula sangat mencintai Kakak. Apa Kakak tidak bisa membalas perasaannya? Dia wanita yang baik dan tulus.”
“Sudahlah. Kita jangan bahas Vaula lagi. Kepalaku semangkin pusing saat memikirkan namanya.” Dong Ming mengambil posisi tidurnya.
“Pergilah dari sini. Shu Qi pasti sudah menunggumu di kamar.” Dong Ming mulai memejamkan mata.
“Jangan lupa obatnya di minum.” Chen Ming pergi meninggalkan kamar Dong Ming.
Chen Ming berjalan pelan menuju ke kamar tidur miliknya. Ia berhenti di depan pintu kamar, sambil melamun.
“Apa seperti itu perasaan Shu Qi waktu aku mengajak dia menikah dulu. Dia juga tidak mencintaiku, tapi aku memaksanya untuk menikah. Kak Dong Ming gak ingin rumah tangganya sama seperti rumah tanggaku. Ia ingin menikah dengan wanita yang benar-benar ia cintai.”
Chen Ming berjalan masuk ke dalam kamar.
Like ya Readers😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
guest1052940504
nyimakkkk
2021-08-16
0
Bunda SyaRaz
Maaf thor sekedar masukan saja agar ceritanya tdk monoton... sesuai judulnya sebaiknya ceritanya jg membahas ttg kehidupan Shu Qi yg terperangkap dalam tubuh permaisuri Shi Jin di kerajaan.
Jd ada 2 alur cerita yg beringan....
Maaf ya thor... hanya sekedar masukan saja...
tetap semangat ya thor✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻
2020-09-27
3
Mpo
SHIN JI HEBAT.BISA BICARA BAHASA BINATANG.
2020-06-11
10