Bolehkah aku menyebutnya psychopath?
Dilihat dari sudut pandang manapun, dia persis seperti orang tak waras.
...___________________...
...K e n y a t a a n...
...___________________...
...___________...
..._____...
..._...
Rasanya sakit, ada sesuatu menjanggal seperti kain yang menyumpal tepat didalam mulutku. Ditambah, lakban kuat yang menutupi bagian luarnya. Kedua tangan dan kakiku diikat dengan sebuah tali tambang, jeratannya cukup erat sampai-sampai jika aku memaksa untuk melepaskan benda tersebut mereka hanya akan menyakiti kulit bagian luar ku saja.
Alhasil apa yang bisa aku lakukan cuma satu; berdiam diri disudut ruangan remang sambil memperhatikan dari kejauhan sosok Liam yang tengah bekerja, tepat dihadapan layar komputer yang menyala begitu terang. Ini kriminalitas, dia seakan menculik dan mengurungku. Andai saja aku tidak mengenalinya.
Argh!
Dia masih bisa dikatakan sebagai kekasihku. Kami pasangan kekasih! Kenapa dia tega memperlakukanku seperti ini?! Betapa kejamnya! Apa aku salah dalam menilaimu selama ini Liam?
Sebenarnya—apa yang terjadi pada masa lalu kita?
Aku ingin tahu. Kebenaran yang sedang coba kau tutupi. Meski sebelum itu akan lebih baik kalau aku memikirkan cara untuk keluar dari sini. Ha-ha!
"Hmmp! Hmm!" Aku memilih bersuara, ayolah cepat menoleh! Sekujur tubuhku kaku jika terus-terusan berada diposisi meringkuk seperti ini.
Dari penilaian singkat yang ku lakukan terhadap jenis kepribadian baru milik Liam, aku dapat menyimpulkan sedikit—kalau sebenarnya lelaki itu adalah orang yang agak? Hm—! Bukan! Sangat mesum!
Lihat saja seisi ruangan ini, penuh dengan foto-foto tentang diriku yang entah sedang berkegiatan apa—diambil dengan diam-diam lalu dipajang semaunya. Selain mesum dia juga termasuk penguntit yang andal rupanya.
Aku menyesal sudah mengenalmu Liam.
"HMMMP!"
"Tch!" Akhirnya dia merespon, lelaki dengan bingkai kacamata diwajah itu berbalik. Menantap malas kearahku yang sudah menampilkan ekspresi wajah melotot. Gara-gara kau aku malah harus bertindak bodoh seperti ini! Dasar sialan!
"Tidak bisakah kau diam sebentar sayang?" ucapnya. Menopang setangah wajah dengan tangan disamping meja, aku yang menampilkan raut nyalang menggeleng. Bersuara tidak jelas supaya dia tertarik untuk mendekat lalu melepaskan benda yang menyumpal sadis mulutku ini.
"Hmmp! Hmmpp!"
"Hah~" terdengar dia menghela napas panjang. Agak kesal mungkin, dengan berat hati dia berdiri lalu mendekat. Tangannya terulur menuju lakban dimulut; dalam satu tarikan kencang benda tersebut lepas begitu saja.
Aku menjerit, sakit.
TIDAK BISAKAH KAU PELAN-PELAN DALAM MELAKUKANNYA! ARGH!
Ku yakin saat ini kedua bola mataku berkaca, rasa pedas diarea mulut masih terasa. Bajingan kau! Gerutuku kesal sambil memuntahkan kain didalam mulut tanpa bantuan lelaki itu.
Maaf saja, aku bisa sendiri.
"Hoek..." Sebuah gumpalan kain jatuh keatas permukaan lantai, dilapisi saliva milikku—menjijikan.
Dia menyumpalku dengan apa? Kenapa bentuknya terasa familiar?
DEG!
Ah—sial.
Dengan wajah horor aku mendongak kearah Liam. Menyadari benda menjijikan itu yang tidak lain adalah pakaian bagian dalam miliknya, membuat ku tertawa saja. Hah!
"Kau tahu sayang, ini termasuk kriminalitas..." aku mendesis. Menekan kata sayang sambil berusaha mengolok-olok dirinya dan itu berhasil—dia terkekeh, remeh terhadap diriku.
"Salahmu sendiri sayang, tidak memberi kesempatan pada ku untuk bicara."
Tentu saja tidak! Orang waras mana yang mau berlama-lama dengan seseorang seperti mu? Sudah mesum, gila, penguntit pula—jelas sekali aku ingin keluar dari sini secepat mungkin setelah aku mengetahui sedikit kebenaran tentang karakter sebenarnya milikmu Liam.
Mereka pasti merinding, berpikir kalau ini tak wajar. Aku merotasi mata jenuh, omong kosong apa yang tengah kau ucapkan?
"Lebih baik kau gunakan otak pintarmu untuk berpikir Liam—" ku sindir dia yang bekerja sebagai pengajar di kampusku.
"Dan tolong lepaskan semua benda ini!" ucapku memperlihatkan lilitan tali tambang dikedua tangan dan kaki. Ah! Sakit. Kalau lama-lama seperti ini kulit ku akan terkoyak.
Kalian tahu respon apa yang Liam tampilan? Dia menggeleng, polos sambil menjawab.
"Tidak, kau akan kabur lagi jika aku melepaskannya."
Bukankah itu sudah jelas? Siapa yang mau berlama-lama disini?
Tapi dengan senyum simpul, aku menjawab pernyataan milik Liam.
"Tenang, aku tak akan melakukannya. Jadi bisa tolong lepaskan? Lalu mari bicarakan ini baik-baik..." ucapku, sangat tenang—mencoba meyakinkan dirinya terhadap ucapan yang baru saja keluar dari dalam mulutku.
Tubuh Liam sedikit tersentak, atau tersentuh? Dia tampak diam memikirkan apa yang baru saja dia dengar. Bagus, kau termakan umpan.
Liam merubah posisi, berjongkok tepat didepan ku; melepaskan ikatan tali tambang dikedua kaki lalu membantuku untuk berdiri.
"Kita bisa ke-dapur dan mulai berbagi cerita... aku tidak nyaman ditatapi oleh diriku." ucapku lagi, memberi usulan supaya kita pergi dari ruangan mesum ini.
Dari wajahnya, Liam tampak tidak terlalu menyukai ideku. Tapi? Persetan! Karena kakiku sudah bebas, aku memilih berjalan lebih dulu menuju pintu keluar. Pikirkan cara untuk melepaskan tali yang masih mengikat tanganku.
Sebelum berbicara, aku meminta izin kepada Liam untuk ke-kamar mandi didekat dapur dan dia membolehkannya—ya tentu, itu karena dia berada tak jauh dari sana. Masih melayangkan tatapan penuh curiga sambil berpikir 'mungkin saja' aku akan melakukan sesuatu. Masa bodohlah.
Ku tutup daun pintu kamar mandi dengan pelan, Liam masih saja menatap tajam sampai suara terakhir pintu ini terdengar.
Blam!
...***...
Bugh~
Aku merosot jatuh, terkekeh hambar dengan pikiran yang benar-benar kalut. Setelah ini? Apa yang harus aku lakukan?! Liam berdiri tepat diluar sana, aku terjebak didalam sini tanpa seorangpun tahu kalau bajingan itu adalah penguntit gila, mesum, dan seorang psychopath!
"Hosh~"
Tenangkan dirimu Rea. Kepanikan hanya menjatuhkan dirimu kedalam lubang penuh penyesalan nanti, jangan bertindak gegabah.
Apa aku harus mengikuti alur permainan lelaki itu? Setidaknya sampai dia berpikiran kalau aku tidak bisa melakukan apa-apa dibawah kuasa miliknya kemudian mencari peluang untuk kabur.
Atau? Memanfaatkan situasi sekarang ini, karena tidak mungkin lagi dia akan mau mendengarkan permintaanku. Jika begitu, lebih baik aku mencoba melepaskan tali tambang ini.
Ku samarkan kegiatan dengan air di toilet. Mari kita lihat, simpul apa yang dia gunakan untuk menjerat kedua tanganku.
Karena kamar mandi bergabung dengan toilet yang hanya dilapisi sekat kaca buram, aku melihat peralatan mandi.
Sikat gigi, spons tubuh, dan botol-botol berisi sabun cair.
Tunggu?
"Bisakah benda ini lepas dengan sabun?" Seperti sebuah gelang berbahan metal, jika terlalu sempit dia akan sulit lepas dari tangan. Makanya kebanyakan orang memanfaatkan sabun sebagai media ketiga. Pelicin.
Pertanyaannya?
Karena tali bukan berbahan metal, apakah itu akan berhasil?
Entahlah.
Patut untuk dicoba.
TOK! TOK!
Gedoran pintu membuatku tersentak.
"Rea!" Dia memanggil.
Huh!
Dasar tidak sabaran.
...***...
...T b c...
...Jangan lupa like, vote, dan comments jika kalian suka....
...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Terima kasih,...
...ketemu lagi nanti...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments