...Cerita bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidak sengajaan semata....
...Jangan lupa klik like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....
...Terima kasih,...
...selamat membaca....
...___________________...
...B e r c e r i t a...
...___________________...
...__________...
...____...
..._...
"Apa dia sudah pergi?" pertanyaan bodoh yang sengaja aku ajukan untuk memastikan kalau sosok Liam benar-benar angkat kaki dari rumah ini. Padahal aku tahu, kejadian itu sudah lewat sekitar setengah jam yang lalu.
Demi memastikan segala situasi serta variabel yang tidak diinginkan muncul, aku sungguh membuat diriku menyatu dengan loteng. Vioner sendiri juga seperti tahu jalan pikiranku—setelah kepergian Liam dia tidak langsung memanggil serta meminta kehadiran ku disana tapi dia malah beraktivitas selayaknya orang pada umumnya didalam rumah mereka. Berakting begitu natural, andai kata dia adalah seorang aktor mungkin Vioner akan sukses membintangi beberapa judul Film terkenal. Ha-ha.
Bercanda.
"Hah~" hela napas panjang menyambut pendengaran, Vioner tampak letih sendiri. Wanita itu terduduk, disusul oleh diriku yang ikut duduk diseberang tempatnya; pada sofa panjang. Kami sekarang berada di-ruang tamu, terdiam sejenak saling mendengarkan suara napas masing-masing.
Mari kita tenangkan batin, pikirku. Banyak hal yang sudah terjadi; mulai dari aku bertemu dengan wanita ini, tumpukan foto berisi anak-anak berseragam sekolah menengah atas yang terlihat tengah dianiaya, kamar rahasia Liam, kumpulan foto diriku yang bahkan aku tidak tahu kapan foto tersebut diambil, dipukul, diikat serta dikunci, dan berusaha kabur dari kekasihku yang ternyata memilik jenis kepribadian lain seperti seorang psychopath.
Haha, benar-benar lucu. Setidaknya aku masih hidup sampai saat ini, bukan berarti Liam memiliki perangai yang benar-benar mirip seorang psychopath gila pada beberapa film thriller; hanya saja ini menjurus kearah kalimat kiasan. Aku sendiri tidak tahu kata yang tepat untuk menggambarkan sosok lelaki tersebut saat ini. Apa yang dia inginkan lalu tentang masa lalu kami—semuanya menjadi sangat-sangat abstrak.
Aku tidak tahu!
Kunci dari jawaban semua permasalahan itu ada pada wanita didepanku ini, dia yang mengenal baik siapa aku juga Liam dimasa lalu. Tambahan, Vioner termasuk korban—dia pernah yang namanya diikat dengan wajah babak belur. Aku bahkan merinding saat pertama kali mendapati foto tersebut.
"Aku tak percaya kita dapat melalui ini dengan sempurna..." dia bergumam, sendiri. Berhasil menarik kesadaranku untuk memperhatikan dirinya.
Mungkin yang Vioner maksud adalah dia dan aku benar-benar berhasil mengelabui sosok Liam tanpa ketahuan; nyaris—tapi ini bisa dikatakan sempurna berkat intuisi masing-masing yang saling memahami. Andai kata kami melakukan sedikit saja kesalahan, mungkin kami akan jatuh kedalam bahaya.
Agak berlebihan memang tapi begitulah adanya.
"Jadi, mulai dari mana kau ingin mendengar?" tanya Vioner tiba-tiba, dengan wajah teramat serius sambil menunggu jawaban dari celah bibirku. Tanpa ragu, aku pun berkata—
"Semua yang kau ketahui."
...***...
Ku lihat jam yang terletak ditengah-tengah ruangan sana, sepuluh menit lagi sebelum waktu keberangkatan. Berbaur dengan banyaknya orang-orang; ku rapatkan tudung hoodie supaya bisa menutupi setengah dari wajahku. Berkat Vioner, akhirnya aku bisa angkat kaki dari tempat ini. Pergi jauh-jauh. Dia yang meminjamkan aku uang serta pakaian.
Terima kasih.
Kalian tahu? Percakapan antara aku dan Vioner bisa dikatakan tidak berakhir terlalu baik. Kenapa begitu? Karena semua cerita yang dia ucapkan lagi-lagi terdengar bohong ditelingaku.
"Terserah kau mau percaya atau tidak Rea tapi begitulah kenyataan yang ada..." ucapan dari mulut wanita tersebut terngiang-ngiang didalam kepalaku.
Dia benar, percaya atau tidak itu urusan ku.
Vioner bilang kalau Liam itu adalah seorang lelaki dungu yang berani-beraninya jatuh cinta terhadap kebaikan diriku. Ini bermula ketika aku menolong Liam yang tengah dibully di sekolah menengah atas, Vioner saksinya.
Lelaki lemah juga tertindas, bukankah itu wajar? Vioner menggeleng—kepribadian mu saat itu jauh berbeda dengan saat ini.
Kau hanya meminta kekasihmu untuk berhenti membully sosok Liam, hanya itu.
Fakta mengejutkan yang baru saja aku ketahui. Nyatanya aku dengan Liam bukanlah seorang teman apa lagi pasangan kekasih dimasa lalu, kami hanya sebatas orang asing.
Aku tak percaya, kepribadian yang ku miliki dimasa lalu benar-benar terlihat seperti sampah.
Lanjut ke-cerita tentang sosok Liam, karena pertolongan kecil yang ku berikan padanya—begitu sederhana, Liam malah dengan terang-terangan menunjukan minta terhadap diriku tepat dihadapan kekasihku. Begitu kata Vioner.
Hal ini semakin membuat Liam merasakan pembullyan besar-besaran dari Tian, nama kekasihku. Dan itu sampai keindra pendengaran milik ku kala itu, aku bukannya marah saat tahu Liam dibully—bahkan aku nyaris tidak peduli. Hanya saja aku tak ingin Tian terjerat masalah karena kami masih duduk di sekolah menengah atas, Vioner bilang pada suatu moment aku mendatangi tempat biasanya Liam dibully.
Sekadar meminta Tian untuk berhenti, jika kelewatan mungkin saja apa yang lelaki itu lakukan akan terendus oleh para guru disana.
Tidak lucu bukan?
Aku yang mendatangi sosok Tian mengabaikan tubuh mengenaskan Liam yang tergeletak diatas tanah, setelah itu—Vioner hanya bilang kalau dia mendengar kabar dari mulut kemulut tentang apa yang terjadi disana kala itu. Ada yang bilang kalau aku berciuman panas dengan Tian atau mungkin melakukan lebih dari pada itu dan hal tersebutlah yang menjadi pemicu perubahan sikap dari sosok Liam.
Dia marah atau mungkin meledak, shock—semacamnya, entahlah itu kesimpulan yang dapat aku ambil ketika melihat kepribadian Liam saat ini.
Perlahan-lahan khasus penculikan serta orang hilang terdengar, itu berada diantara ruang lingkup teman-teman ku dan Tian. Ini menjelaskan foto yang aku dapatkan didalam apartemen milik Liam, semua gambar tersebut adalah pelaku pembully, teman, serta orang yang pernah berhubungan dekat denganku.
Vioner salah satunya.
Dia bilang, kalau dia pernah berada diatas tumpukan orang yang bahkan Vioner tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Vioner berkata, sosok Liam—lelaki yang dia percayai adalah seorang yang dungu, berubah menjadi monster mengerikan.
Entah siapa yang ada dibalik punggung lelaki itu, hanya saja semua tindakan yang ia lakukan tak pernah tercium oleh hidung kepolisian.
Liam bertanya banyak hal pada Vioner, tentang semua kesukaan dan hal-hal remeh lainnya soal aku. Bagian terlucu, aku saat itu bahkan tidak tahu dia melakukan kejahatan tersebut. Vioner bilang kalau didetik terakhir ketika dia benar-benar merasa putus asa—kau (aku?) datang dan membongkar semua kejahatan dari Liam, entah bagaimana caranya.
Bagai pahlawan kesiangan, aku menyelamatkan teman-teman Tian serta Vioner dari genggaman tangan Liam. Beberapa hari kemudia, kabar mengejutkan muncul—Tian ditemukan tewas dengan wujud paling mengenaskan.
Hangus terbakar diatas sebuah kursi.
Benar-benar mengerikan. |
"Setelah itu kau tiba-tiba saja menghilang Rea, pergi entah kemana; tepat dihari kelulusanmu."
BEDUM!
...***...
...T B C...
...Jangan lupa like, vote, dan comments...
...Terima kasih,...
...ketemu lagi nanti...
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments