Brak…!! Kenzo mendobrak meja setelah mendapat informasi dari Aldo kalau Erlan melukai Alena lagi. "Apa-apaan kamu Aldo, bukankah sudah kukatakan awasi Erlan jangan sampai melukai Alena lagi. Dasar tidak becus!" Kenzo membentak Aldo di seberang telpon.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tuan menjaga serta melindungi Nona Alena, tapi apa daya saya selalu kalah cepat dengan tuan Erlan," balas Aldo.
"Alasan saja kamu Aldo, sekarang dimana anak itu?" Kenzo tidak tahu kalau Erlan saat ini sudah berangkat ke kantor makanya ia bertanya begitu.
"Tuan Erlan sudah berangkat ke kantor dari tadi pagi tuan, tanpa sarapan dulu hanya gara-gara Nona Alena memasak mie instan. Dia kembali marah-marah dan mendorong Nona Alena ke pecahan mangkuk yang telah dipecahkannya." Aldo menjawab meski ia sedikit ketakutan.
Kenzo menggenggam benda pipihnya semakin erat ia tidak habis pikir Erlan ternyata senekat itu. "Anak itu, kenapa semakin tua semakin banyak tingkah. Menikahi anak orang hanya untuk ajang balas dendam aku tidak bisa membiarkan ini terus terjadi bisa-bisa kisah kelam yang dulu terulang lagi."
Iya, benar apa yang dikatakan Kenzo, ia takut kisah masa lalunya terulang lagi dimana dendam itu akan terus berlanjut sampai seterusnya tanpa ada yang mau mengalah maupun berdamai dengan masa lalu.
"Tuan, Anda bisa tenang dulu sepertinya Nona Alena dan almarhum nyonya Aurora memiliki sifat dan karakter yang sama dimana mereka sama-sama tidak mudah ditindas. Saya yakin lambat laun tuan Erlan pasti akan menaruh rasa kepada Nona Alena." Aldo hanya bisa mengatakan itu untuk meyakinkan Kenzo. "Saya yakin, secepatnya tuan Erlan akan melupakan almarhum nyonya Aurora dan membuka lembaran baru dengan Nona Alena," sambungnya lagi.
"Bagaimana jika Erlan terlebih dahulu mengambil nyawa Alena, dari pada menaruh rasa?"
Satu pertanyaan lagi yang keluar dari mulut Kenzo membuat Aldo di seberang sana mati kutu karena apa yang dikatakan Kenzo juga masuk akal dan ada benarnya juga.
"Tolong pikirkan ini dalam-dalam Aldo, mengingat Erlan sudah terlalu lama menderita melawan depresinya." Setelah mengatakan itu Kenzo memutuskan sambungannya karena Zizi tiba-tiba saja menghubunginya melalui ponsel yang satunya lagi.
*
*
"Ada keperluan apa lagi Daddy kesini?" Erlan tanpa basa basi bertanya kepada Kenzo yang saat ini sudah berada di dalam ruangannya.
"Sejak kapan mulutmu menjadi lancang begini Erlan?" Bukanya menjawab Kenzo malah bertanya balik kepada Erlan. "Dimana putra Daddy yang dulu tutur bahasanya saja sangat sopan? Kini kenapa malah berubah menjadi begini?"
Erlan yang tidak mau berdebat dengan sang Daddy memilih diam dari pada harus menjawab pertanyaan itu, yang menurutnya hanya akan membuat emosinya terpancing mengingat suasana hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja disebabkan oleh Alena.
"Kalau begini caranya lebih baik kamu ikut Daddy pulang saja ke singapur, dari pada tinggah lakumu semakin hari kian meningkat menjadi buruk seperti sekarang ini." Kenzo tahu pasti Erlan tidak akan pernah mau ikut dengannya. Namun, ia sengaja mengatakan itu supaya Erlan tidak semakin keterlaluan pada dirinya mengingat Erlan dulu termasuk kategori pria yang baik-baik dan tidak pernah membantah apapun yang ia katakan. "Gimana, apa kamu mau ikut Daddy pulang?"
"Pintu di sebelah sana Daddy." Erlan menunjukkan Kenzo pintu yang saat ini telah terbuka. "Silahkan Daddy pergi saja dari sini karena Erlan hari ini memiliki jadwal yang sangat padat, sehingga Erlan tidak punya waktu untuk meladeni Dad—"
Kenzo tiba-tiba saja melempar laptop yang ada di meja kerja Erlan, karena ia sangat marah mendengar Erlan putra yang dulu ia bangga-bangakan malah mengusirnya dengan cara begini. "Semakin lancang sekali mulutmu Erlan, katakan sebenarnya apa maumu sehingga kamu semakin membuat Daddy naik darah?"
"Erlan pergi dulu Dad, karena masih banyak sekali yang harus diurus mengingat Aldo tidak bisa membantuku untuk beberapa hari ini." Lagi-lagi Erlan mengabaikan pertanyaan Kenzo. Dengan cara berpamitan dan tidak lama ia pergi dari sana begitu saja tanpa menunggu Kenzo membalas ucapannya.
"Kurang ajar! Kenapa tingkah laku anak itu semakin mirip dengan Erlon," desis Kenzo saat melihat punggung Erlan semakin menjauh.
*
"Gantikan laptop di ruanganku dengan yang baru dan juga tahan banting," kata Erlan yang saat ini sedang mengemudi.
"Bukankah baru kemarin saya menggantinya tuan? Lalu kenapa sekarang Anda sudah meminta saya untuk menggantinya lagi?"
"Tidak usah banyak bertanya Aldo, lakukan saja apa yang telah aku minta." Erlan rupanya tidak mau memberitahu Aldo tentang apa yang telah terjadi. "Dan suruh saja anak buahmu untuk mengantarnya ke kantor, kamu cukup istirahat saja di mansion."
Aldo yang tidak punya pilihan lain mengiyakan Erlan dari seberang telpon. "Baik tuan, Anda bisa menunggunya beberapa jam karena laptop yang ada pesan sepertinya agak sedikit terlam—"
"Bayar tiga kali lipat Aldo, supaya datangnya hitungan menit," potong Erlan cepat. "Karena kamu sudah tahu, aku tidak suka menunggu terlalu lama," lanjutnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Erny
Erlan hidup dengan dendam tdk akan bisa membuat hidup lebih baik
2023-08-10
0
Susi Susiyati
bner2 erlan ky kerasukan iblis
2023-06-07
2
Sumarni Al Fa
bener kata daddy kenzo,
2023-01-01
2