Alena berdiri di atas altar sambil memejamkan mata dan menunduk. Dari kejauhan Ia terlihat seperti patung manekin yang hidup. Gaunnya yang berwarna putih nan elegan dilengkapi kalung berlian yang mengkilap. Rambutnya yang panjang dan hitam dibiarkan terurai begitu saja menambah kecantikannya, tidak sedikit para tamu undangan melontarkan pujian kepadanya secara terang-terangan. Meski begitu ia sama sekali tidak merespon ucapan tamu undangan itu. Dibenaknya ia hanya berusaha mengingatkan dirinya berulang kali supaya hatinya tetap kuat.
"Wah ternyata benar Tuan E datang menggunakan kursi roda."
"Kenapa menutup wajahnya, padahal kita penasaran melihat wajah Tuan E."
"Sayang sekali, istrinya begitu cantik namun pangeran yang datang malah tidak sempurna. Apa di balik topengnya Tuan E buruk rupa?"
"Tuan E, sangat beruntung mendapatkan wanita yang mau menerimanya apa adanya."
Suara riuh tamu undangan yang hadir membuat tubuh Alena gemetaran. Ia hampir saja menangis jika saja tidak mengingat kata dua pelayan itu yang mengatakan. Jika dirinya menangis maka acara pernikahan itu akan berubah menjadi acara yang tidak pernah sama sekali ia bayangkan. Maka dari itu ia hanya bisa bersikap pasrah padahal ia merasa hatinya hancur tak berbentuk lagi.
"Apakah bahagia atau kehancuran dalam pernikahan yang akan aku rasakan, sepertinya aku tidak akan tahu." Alena berbicara di dalam benaknya.
Pendeta yang dari tadi disana menyuruh Alena dan Tuan E untuk mengucapkan sumpah janji suci. Saat itu juga bibir Alena dan Tuan E mengucapkan sumpah dan janji suci sesuai yang dikatakan pendeta. Dan pada akhirnya mereka berdua dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri.
Riuh tepuk tangan langsung mendominasi ruangan itu, saat itulah Alena sadar kalau dirinya telah kehilangan hidupnya.
Di balik topenya Tuan E atau Erlan tersenyum puas, ia tidak peduli pada tamu undangan yang menangis terharu. Karena mereka mengira bahwa dirinya benar-benar lumpuh. "Masuk perangkap dan sebentar lagi aku akan menciptakan neraka di dalam hidupmu," gumam Erlan di dalam benaknya.
Sedangkan Morgan dan Alisa juga ikut menangis terharu. Mereka tidak menyangka kalau putri mereka sekarang sudah menjadi istri orang dan itu berarti Alena bukan tanggung jawab mereka lagi.
*
*
Alena kini mondar mandir di depan mobil yang akan membawanya ke mansion. "Apa aku harus berterus terang saja, kalau aku ini sudah tidak perawan lagi. Supaya dia langsung menceraikan aku," gumam Alena pelan. "Aku harus bagaimana? Kabur itu hal yang harus aku lakukan tapi itu sama saja dengan aku membunuh Papa." Alena tidak sadar kalau ternyata dari tadi Erlan sudah ada di dalam mobil. Dan Erlan mendengar semua yang dikontrakan bibir tipisnya.
Salah satu pelayan mendekati Alena untuk meminta Alena supaya masuk kedalam mobil. "Nona Alena, Anda diminta segera masuk ke dalam mobil karena Tuan E sudah lama menunggu."
"Dimana dia? Kenapa aku tidak melihatnya dari tadi?" Alena membatin sambil celingak-celinguk.
"Nona, Tuan E ada di dalam mobil jadi, Anda tidak usah sibuk celingak-celinguk untuk mencari keberadaannya." Pelayan yang bernama Susi itu tersenyum. Saat melihat ekspresi Alena berubah.
"Benarkah? Kenapa saya tidak melihatnya masuk?" tanya Alena malu-malu.
"Masuk saja Nona, karena Tuan E paling tidak suka yang namanya menunggu." Susi dengan cepat membuka pintu mobil untuk Alena. "Silahkan masuk Nona, nanti di mansion Anda bisa bertanya sepuasnya."
"Saya mau duduk di depan saja apa boleh?" tanya Alena yang tidak mau duduk di belakang bersama Erlan.
"Jalan, dan tinggalkan saja dia disini," perintah Erlan kepada supirnya. "Rupanya dia gadis yang sangat lancang, dan ternyata nyawa Papanya tidak dianggap begitu berharga," kata Erlan tanpa menoleh ke arah Alena.
Alena kaget mendengar suara Erlan, ia jadi teringat dengan laki-laki yang telah merenggut mahkotanya di malam yang kelam itu. Meski yang ia lakukan itu hanya demi uang namun semua itu hanya sia-sia.
"Nona, Anda lebih baik cepat masuk," ujar Susi.
"Iya!" jawab Alena yang merasa kesal mendengar kata-kata Erlan tadi.
*
*
Alena di buat terkejut lagi ketika Erlan masuk ke dalam kamar tanpa menggunakan kursi roda. Dan juga tanpa topeng buruk rupanya. Alena yang tidak tahu Tuan E itu adalah Erlan dengan cepat naik ke atas ranjang. "Siapa kamu berani sekali masuk kedalam kamarku?" tanya Alena dengan nada emosi. "Jangan mendekat, atau aku akan berteriak!" seru Alena.
Erlan tertawa mendengar Alena lalu ia berkata, "Gadis tapi sudah tidak perawan, berlagak sok suci dan polos." Erlan semakin mendekat ke ranjang.
"Siapa kamu? Berani-beraninya mengatakan itu kepadaku." Alena terlihat semakin marah. "Pergi dari kamar ini!" Alena melempari Erlan dengan bantal. "Dasar laki-laki gila, masuk ke kamar orang tanpa izin dan seenak jidat mengatakan it—"
"Aku Tuan E, pemilik mansion ini jadi, aku berhak masuk kemana saja yang aku mau!" potong Erlan dengan nada suara yang lantang.
Alena yang tahu duda yang menikahinya itu adalah pria yang lumpuh serta menggunakan topeng. Menghilang tanda tidak percaya. "Jangan mengada-ngada Tuan E lumpuh, dia juga menggunakan kursi roda." Alena menatap Erlan sinis.
"B*doh, sekarang kau yang keluar dari kamarku!" bentak Erlan. "Berada di dalam ruangan yang sama seperti ini membuat dadaku sesak."
Alena masih berusaha mengenali wajah Erlan, yang sepertinya tidak asing di matanya. "Tidak salah lagi, kalau Anda laki-laki yang waktu itu marah-marah tidak jelas." Otak Alena mendadak pusing, ia merasa kenapa dunia begitu sempit karena ia selalu saja dipertemukan dengan orang-orang aneh seperti Erlan.
"Takdir macam apa ini? Kenapa jadi begini," lirih Alena.
Erlan yang tidak mau menjelaskan panjang lebar melempar beberapa foto ke atas kasur. "Dikarenakan saya tidak suka basa basi, maka lihat dan baca di setiap belakang foto itu. Dan untuk kamu selamat datang di mansion yang seperti di neraka ini!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Balkis Srikandi Bombay
lanjut Thor ❤️❤️
2022-12-15
3
Marsiana Lodovika
lanjut kak
2022-12-13
1
Sumarni Al Fa
yakin mau nisa ni, tar bucin lewat ya
2022-12-11
2