"Tuan apa yang Anda lempar ke bawah kaki saya?" tanya Alena sambil mundur beberapa langkah.
Bukannya menjawab laki-laki itu malah mengeluarkan sebilah pisau kemudian mendekati Alena kini tatapan matanya menjadi begitu tajam. "Lihatlah brengsek, apa yang akan aku lakukan pada anak gadismu," batinnya.
Alena yang merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan satu tarikan membuka penutup matanya. Seketika ia semakin mundur di saat melihat laki-laki di depannya saat ini bertelanjang dada dan menggunakan topeng joker. "Tu-tuan, apa yang akan Anda lakukan? Tolong menjauh dari saya." Alena menyentuh ujung baju seksinya dengan jari yang bergetar.
Laki-laki itu tersenyum puas di balik topengnya kala melihat keringat mulai membanjiri dahi Alena. "Bukankah kau datang kesini untuk melayaniku, lalu kenapa kau malah terlihat ketakutan?"
Alena menggelang kuat. "Tuan, saya memang akan melayani Anda. Tapi melihat Anda memegang pisau saya menjadi sedikit takut," jawab Alena jujur.
"Aku hanya ingin mengambil sedikit darahmu, karena saat ini aku sangat haus," ucap laki-laki itu yang ternyata adalah Erlan. Ya, dibalik topeng itu ada wajah Erlan yang merah padam seperti kepiting rebus. "Sedikit saja, aku haus darah wanita yang masih virgin seperti kau!" Sebenarnya dari tadi Erlan berusaha menahan dirinya supaya tidak membunuh Alena saat ini juga.
Karena selama ini ia sudah menyusun sebuah rencana supaya misinya balas dendam tidak terlalu sia-sia dan ini juga salah satu termasuk rencananya.
"Jangan gila Tuan!" pekik Alena. "Saya akan melayani Anda, setelah itu saya akan pergi dan anggap saja ini sebagai pertemuan pertama sekaligus pertemuan terakhir bagi kita!" Suara Alena begitu lantang, ia membuang rasa takut yang tadi di saat mengingat wajah Alisa.
"Siapa kau yang berani berbicara lantang di depanku?" Erlan menggertakan giginya. Tangannya mengangkat dagu Alena. "Kau wanita murahan, tidak pantas bicara tidak sopan padaku!"
Alena memegang tangan Erlan. "Singkirkan tangan Anda dari dagu saya Tuan." Alena menurunkan tangan Erlan. "Saya mengakui bahwa saya memang wanita murahan jadi, Anda tidak perlu mengatakan itu lagi," sambung Alena.
"Baiklah. Jadi, aku bisa melakukan apapun kepadamu bukan?" Erlan membuang pisau di tangan kirinya ia lalu membanting tubuh Alena di atas kasur dengan kasar.
Bayangan Aurora yang di per*sa oleh Morgan beberapa tahun silam membuat dirinya kehilangan kendali. Pikirannya saat ini ia harus melakukan hal yang sama seperti apa yang telah Morgan lakukan dulu kepada Aurora.
Sedangkan Alena memejamkan matanya ia terlihat begitu pasrah saat tangan Erlan tanpa aba-aba merobek baju kekurangan bahan yang ia kenakan. Kini tubuh atas Alena terbuka bebas sehingga Erlan dapat melihat dengan jelas penampakan pemandangan yang membuat hastranya sebagai laki-laki normal melonjak naik.
Air mata Alena menetes, ia menangis tanpa mengeluarkan suara saat mendengar suara resleting celana Erlan di buka. Ia juga pasrah saat Erlan mulai memainkan jari-jarinya di bawah sana hingga beberapa detik. Air mata Alena semakin mengalir deras ketika ia merasa ada sesuatu dibawah sana yang memaksa masuk. Kedalam goa yang paling berharga yang selama ini ia jaga hanya demi suaminya kelak namun semua itu telah di renggut oleh laki-laki yang tidak ia kenal saat ini.
Alena yang memang masih virgin merasa sangat kesakitan. Padahal sampai sekarang Erlan belum berhasil menembus benteng pertahanannya. Akan tetapi, Erlan tetap berusaha keras supaya bisa memasuki gua yang begitu sempit milik Alena.
"****! Dia memang masih virgin," umpat Erlan di dalam benaknya.
Saat Erlan akan berhasil memasukkan adik kecilnya. Tiba-tiba saja penglihatannya menjadi berubah dimana wajah Alena ia lihat sebagai Aurora yang menangis memintanya untuk menghentikan kegiatan gilanya. Saat itu juga Erlan turun dari atas tubuh Alena.
"Aurora," panggil Erlan lirih.
Membuat Alena langsung saja membuka matanya, ia juga sepertinya pernah mendengar nama Aurora. "Tuan, saya Alena bukan Auro—" kalimat Alena terputus di saat melihat Erlan mengambil senjata api dari bawah bantal dan mengarahkannya ke kepalanya.
"Diam kau!" teriak Erlan. "Ambil cek itu, dan segera pergi dari sini! Sebelum peluru ini bersarang di ulu hatimu!" Urat-urat di tangan Erlan terlihat menonjol.
*
*
Sedangkan di rumah sakit.
"Papa dari mana saja?" tanya Vanno saat melihat Morgan. "Keadaan Mama semakin kritis, bagaimana ini." Vanno terlihat begitu panik. "Pa, Vanno tidak mau sesuatu hal yang tidak kita inginkan terjadi kepada Mama." Vanno menatap Morgan yang terlihat tidak panik sama sekali, setelah ia memberitahunya kalau keadaan Alisa semakin memburuk.
"Vanno, tenang dulu. Mama akan segera dioperasi malam ini juga," kata Morgan yang membuat Vanno mendekat ke arahnya. "Kamu jangan terlalu memikirkan hal yang bukan-bukan, kamu cukup fokus belajar saja mengerjakan deskripsimu." Ternyata Morgan benar-benar sudah berubah seperti kata Zizi, ia sekarang menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi tidak seperti dulu. Terlihat dari caranya dan juga tutur bahasanya yang lemah lembut.
"Apa kak Alena berhasil mendapatkan uang yang tadi dia maksud?" tanya Vanno yang ternyata mengira bahwa Alena lah yang telah membayar semua biaya administrasi Alisa. "Dapat dari mana kira-kira kak Alena meminjam uang sebanyak itu, Pa?"
Morgan tidak tahu apakah saat ini ia harus berkata jujur atau malah sebaliknya berbohong. Namun, siapa sangka setelah Morgan lama berpikir akhirnya ia terpaksa memutuskan untuk berbohong. "Iya, Alena berhasil mendapatkan uang itu dan untuk pertanyaan kamu yang kedua. Alena mendapat uang pinjaman dari perusahaan tempatnya bekerja." Morgan berusaha meyakinkan Vanno supaya anak itu tidak bertanya panjang lebar lagi karena saat ini pikiran Morgan sedang kacau balau.
Vanno yang mendengar ucapan Morgan langsung saja bisa bernafas lega seolah-olah beban yang ada dalam pikirannya yang menumpuk seperti butiran debu detik ini juga langsung saja terasa di sapu bersih oleh rasa lega karena mendengar penjelasan Morgan. "Kak Alena memang bisa diandalkan, terus dimana dia sekarang?"
Morgan sedang memutar otak lagi supaya jawabannya tidak membuat Vanno curiga. "Dia sedang ada urusan, makanya tadi dia hanya memberikan Papa uang ini setelah itu dia langsung pergi lagi." Morgan lagi-lagi membuat Vanno percaya.
"Kalau begitu kita tunggu saja kak Ale—"
"Papa, Vanno … ." Terdengar suara Alena yang memanggil mereka membuat kalimat Vanno terputus.
"Nah, itu kak Alena," kata Vanno. Wajahnya yang beberapa hari ini sendu kini berubah menjadi kembali ceria lagi hanya dengan melihat Alena. Meskipun jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia masih merasa sedikit cemas. "Kak Alena, Berkat Kakak Mama bisa dioperasi." Vanno tanpa ragu memeluk Alena. Meskipun ia sudah dewasa namun sampai sekarang ia masih saja melakukan itu kepada Alena jika ia merasa senang.
Begitupun Alena ia sama sekali tidak merasa risih di saat Vanno memeluknya seperti saat ini. Karena di matanya Vanno masih seperti anak kecil yang masih membutuhkan kasih sayangnya sebagai seorang kakak.
"Alena, ada satu hal yang ingin Papa bicarakan," ucapan Morgan membuat Alena melepaskan pelukan Vanno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
lanjut kak dan sllu smngat
2023-06-06
1
Sumarni Al Fa
seng semangat ngetiknya dan idenya lancar oke
2022-12-04
2
Marsiana Lodovika
lanjut kak 🔥
2022-12-04
2