"Apa!" Alena kaget bukan main setelah mendengar penuturan Morgan. Ia tidak menyangka Morgan akan tega melakukan ini padanya. "Kembalikan saja uang yang Papa pinjam itu." Alena mengeluarkan cek yang ia ambil dari hotel. "Pakai ini dan segera kembalikan uang itu karena Alena tidak mau menikah dengan duda lumpuh yang Papa katakan tadi."
"Tidak bisa, karena Papa sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian itu." Morgan menolak cek yang Alena berikan. "Jika kamu tidak mau menikah dengannya maka nyawa Papa yang akan menjadi taruhannya." Morgan bisa melihat kalau mata Alena sudah mulai berair. "Dia seorang duda kaya raya, Papa yakin kamu akan hidup bahagia dengannya," tutur Morgan.
"Pa, dia bukan cuma duda tapi lumpuh. Bagaimana bisa Papa berpikiran Alena akan bahagia dengannya." Alena membayangkan duda yang di maksud Morgan itu sudah tua bangka. "Pokoknya Alena menolaknya," tegas Alena.
Morgan tahu Alena memang agak sedikit keras kepala. Tapi ia yakin Alena akan mau menuruti permintaanya. "Apa keselamatan Papa tidak kamu pikirkan Alena?"
"Kita bisa pergi jauh dari sini, menggunakan uang yang ada di cek itu. Setelah Mama sadar dari komanya." Alena bicara tanpa memikirkan seperti apa orang yang telah meminjamkan Morgan sejumlah uang itu. "Cukup mengembalikan uang yang Papa pinjam itu. Dan masalah akan selesai tanpa Alena harus menikah dengan duda lumpuh itu."
Morgan membuka sedikit bajunya lalu menyentuh dadanya. "Di jantung Papa sudah ditanami bom. Maka jika Papa macam-macam bom ini akan langsung meledak," lirih Morgan. "Bom itu dapat menghancurkan jantung Papa detik itu juga jika kalau, mereka tahu Papa mengingkari janji," sambungnya lagi.
Jantung Alena terasa seperti berhenti berdetak. Ia tidak habis pikir Morgan rela melakukan itu semua demi Alisa namun mengorbankan dirinya juga. Mulutnya terasa mendadak terkunci mengingat apa yang telah ia lakukan demi sejumlah uang. Tapi sekarang ia merasa pengorbanannya itu semua sia-sia.
"Keputusan ada pada dirimu Alena, dan ingat rahasiakan ini semua dari Vanno juga Mama setelah sadar nanti," kata Morgan memperingati Alena. "Papa percaya sepenuhnya kepadamu, karena cuma kamu yang bisa Papa andalkan sejak dulu."
"Papa tega," lirih Alena menunduk. "Apakah dengan cara begini Papa menyanyangiku?" tanya Alena yang kini sudah duduk lemas di lantai. "Masih ada banyak cara, tapi kenapa Papa malah memilih cara seperti ini. Dimana akal sehat Papa?" tanya Alena lagi dengan suara bergetar.
Morgan mengehela nafas panjang, ia lalu menepuk bahu Alena pelan dan berkata, "Papa minta maaf Alena." Morgan hanya bisa mengatakan itu.
"Apa kata maaf bisa membuat perjanjian itu batal? Jika iya maka Alena akan memaafkan Papa." Alena tahu kata yang keluar dari mulutnya tidak pantas ia ucapkan. Tapi karena dia sedang berada di pilihan yang sulit maka hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya.
"Alena meski kata maaf tidak mampu menghapus rasa kecewamu terhadap Papa, tapi percayalah apa yang Papa lakukan ini hanya demi Mama dan juga kamu." Setelah mengatakan itu Morgan Pergi begitu saja.
*
*
"Kak Alena, dari tadi kenapa terlihat tidak berselera makan? Padahal ini kan, makanan kesukaan kakak." Vanno tidak tahu saja suasana hati Alena saat ini sedang tidak karuan. "Kak Alena," panggil Vanno pelan.
Alena memaksakan bibir tipisnya untuk tersenyum ke Vanno sambil berkata, "Kakak lagi nggak enak badan, Van. Makanya terlihat nggak berselera makan." Alena hanya bisa berbohong karena ia tidak mungkin memberti tahu Vanno. "Kamu makanlah, jangan lupa di habisin." Alena mengatakan itu sambil mengacak-ngacak rambut Vanno.
Vanno melepas sumpit yang akan ia gunakan untuk memakan pasta. Setelah mendengar ucapan sang kakak yang berkata tidak enak badan. "Kakak sakit apa?" Vanno langsung meraba kening Alena. "Kakak nggak panas, apa kakak cuma kecapekan ya?"
"Bukan badan kakak yang sakit, tapi hati kakak Vanno. Dimana hati ini terasa seperti di sayat-sayat saat mengetahi fakta yang sangat menyakitkan." Kalimat itu tentu saja hanya mampu di ucapkan di dalam benaknya saja.
"Kak Alena, kenapa diam?" tanya Vanno yang ternyata memperhatikan raut wajah Alena dari tadi.
"Kakak diam karena ucapanmu yang tadi ada benarnya, kalau kakak mungkin kecapekan." Alena tahu kalau tatapan Vanno saat ini terlihat penuh selidik. "Jangan menatap kakak seperti itu, cepat habiskan saja makanannya." Alena mengambil sumpit, lalu menyuapkan pasta itu ke mulut Vnno. "Kunyah, habis itu di telan."
Saat itu juga kedua kakak beradik itu tertawa bersama, sambil bercanda gurau mereka merasa seperti tidak memilki beban pikiran.
*
*
Erlan duduk termenung di dalam kamar apertemen, entah apa yang sedang ia pikirkan sampai-sampai ia mengabikan makan malam yang Aldo bawakan untuknya.
"Tuan, apa semua makanan ini perlu saya ganti karena sudah di—"
Craangg….
Erlan melempar botol minuman keras yang ia pegang dari tadi ke tembok. Karena ia merasa ada sesuatu yang mengusik ketenangan jiwa dan raganya saat ini. "Tentukan tanggal dan hari pernikahan itu secepatnya, karena aku sudah tidak sabar ingin menyiksa putri kesanyangan si b@jing@n itu!" ucapan Erlan membuat Aldo membeku. "Dua hari sepertinya waktu yang cukup untuk kamu mempersiapkan semuanya Aldo."
Aldo kesulitan untuk bernafas karena mendengar ucapan Elran. Ia tidak habis pikir kenapa Erlan berniat ingin menikahi Alena hanya demi balas dendam. Namun, bukan masalah itu yang Aldo takutkan untuk saat ini melainkan masalah lain. Akan hadir setelah Erlan berhasil menikahi Alena.
"Tuan, apa Anda benar-benar serius ingin menikahi Nona Ale—"
"Aldo, aku tidak pernah bercanda dalam hal apapun, maka dari itu. Kamu lakukan saja tugasmu dengan baik dan benar," potong Erlan. "Mansion mewah dan megah, namun di dalamnya seperti neraka. Itu yang akan aku ciptakan untuk anak kesayangan laki-laki cacat itu," sambung Erlan yang menatap Aldo.
Aldo yang mengerti arti tatapan Erlan dengan cepat mengambil ponselnya. "Sudah Tuan, Mansion yang Anda minta beberpapa bulan yang lalu sudah berdiri kokoh di tengah hutan dan di dekat tebing." Aldo meperlihatkan Erlan. "Bagaimana Tuan apa ini sudah sesuai dengan permintaan Anda?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
salah sasaran bang ganteng erlan klo mau blas dendam ke alen.itu kan kesalahan bpnya np jd alen yg hars nanggung.tkutnya nnti km nyesel.
2023-06-06
1
Sumarni Al Fa
kebaikan betmen ti
2022-12-11
1
Putu Agus Valentino
lanjut kak
2022-12-09
2