"Tuan saya mohon hentikan." Aldo memohon sambil terus saja meringis kesakitan. "Tuan, saya ini Aldo," kata Aldo sambil terus menahan kaki Erlan yang ingin kembali menendangnya.
"Bangun b*deb@h!" geram Erlan dengan mata merah menyala. Kini tatapannya semakin tajam tatkala melihat Aldo yang masih bergelayut di bawah kakinya. "Dasar pengecut!" Erlan mengayunkan kakinya dengan sekuat tenaga sehingga Aldo melepaskan tangannya dari kaki Erlan saat itu juga ia langsung terpental ke tembok.
"Setelah apa yang kau perbuat, kau dengan seenak jidat ingin menghindar dariku … oh tidak semudah itu pulgoso!" Erlan mengangkat kursi kayu yang tadi sempat dipakai Aldo untuk duduk. "Sekarang giliranku yang akan balas dendam!" sambungnya lagi yang kemudian mengarahkan kursi itu ke Aldo.
Aldo yang sudah lemas berusaha berdiri ingin pergi dari kamar itu melihat kemarahan Erlan semakin menjadi-jadi. "Tuan, tidakkah Anda mengenali sa—" Kalimat Aldo terputus di saat Erlan melempar kursi itu ke arahnya.
Brakk … . suara kursi itu menghantam lantai dan dengan tenaga yang masih tersisa Aldo berusaha menghindar, tapi naas kursi kayu itu malah mengenai kakinya sehingga ia kembali duduk dengan mengerang kesakitan. "Agghh, sepertinya malam ini adalah akhir dari hidupku," gumam Aldo pelan saat melihat Erlan mengeluarkan pisau lipat dari saku celananya. "Ya Tuhan, saya pas—"
Namun siapa sangka tiba-tiba saja Alena sudah memeluk tubuh Erlan dari belakang membuat ucapan Aldo terputus, saat itu juga bola mata Aldo hampir saja lepas dari tempatnya karena saking kagetnya. Dan ternyata Alena sudah terbagun dari tadi namun ia memejamkan matanya lagi hanya karena ingin mengetahui apa yang akan Erlan lakukan kepada Aldo.
"Tu-tuan," panggil Alena dengan suara terbata-bata.
Erlan menunduk dan bisa melihat dengan jelas kalau tangan mungil milik Alena saat ini melingkar sempurna di perutnya, sehingga membuatnya mengulum senyum tipis. "Aurora, sayang. Aku sangat merindukanmu dan kenapa kamu baru datang sekarang?" tanyanya langsung. Seketika ia melupakan Aldo yang saat ini sedang menahan sakit di seluruh tubuhnya karena perbuatannya yang brutal. "Jawab aku sayang," kata Erlan pelan sambil mengelus tangan Alena yang masih melingkar di perutnya.
"Andai kamu tahu setelah kepergianmu duniaku terasa sudah tidak asik lagi dimana, aku hanya merasa kalau ragaku saja yang hidup namun hati serta jiwa ini sudah lama mati." Erlan membuang pisau itu ketika ia merasakan kalau tangan Alena gemetaran. "Sayang, jangan pergi. Aku suka berhalusinasi seperti ini dimana aku merasa kamu hidup lagi." Ternyata dari tadi Erlan merasa kalau dirinya saat ini sedang berhalusinasi. "Jangan pergi … aku mohon, tetaplah hidup meski hanya dalam imajinasiku saja," lirihnya.
Sebenarnya saat ini Alena merasa kasihan melihat Erlan dalam keadaan begini namun disisi lain ia juga sangat membenci Erlan atas apa yang di lakukannya pada dirinya. "Andai saja aku berhati iblis, mungkin aku tidak akan sudi menolongmu Aldo, akan ku biarkan saja kamu m@ti di tangan si arogan dan sombong ini," gumam Alena membatin.
"Tuan, sepertinya Anda butuh istira—"
"Sssttt, panggil aku sayang seperti aku memanggilmu. Apa kamu paham sayang?" Erlan berputar sehingga posisinya saat ini dengan Alena berhadapan.
"I-iya, sa-sayang," jawab Alena gugup. Karena saat ini tidak ada pilihan lain selain mengikuti apa yang Erlan katakan. Sebab ia tidak mau kalau Erlan kembali mengamuk lagi dan meleny@pkan Aldo.
"Aku mencintaimu sampai kapanpun, dan takkan pernah tergantikan oleh siapapun di lubuk hati ini." Erlan kini melepas pelukan Alena karena ia ingin menggendong tubuh kurus itu.
Sontak saja Alena kaget saat gerakan tangan Erlan begitu cepat mengangkat tubuhnya untuk di gendong. Detik itu juga Ia langsung merasa tenggorokannya kering dan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Lidahnya seolah kelu saat Erlan mengecup mesra dahinya dan sekarang malah berpindah meci*m bibirnya.
"Halusinasiku terasa begitu nyata," ucap Erlan, kini ia berjalan menuju ranjang sambil terus menatap wajah Alena yang sudah mulai berkeringat dingin.
Saat tubuh ramping Alena ia baringkan di atas ranjang yang kasurnya begitu empuk. Pada detik itu juga pandangannya menjadi buram dan saat itu juga kesadarannya mulai sedikit berkurang. "Malam ini akan menjadi malam yang sangat istimewa dimana aku akan melepas rasa rinduku selama ini." Erlan yang baru saja akan membuka bajunya. Namun, tiba-tiba sebuah jarum suntik menancap sempurna di lengan atasnya. Sehingga membuatnya jatuh tersungkur di sebelah Alena dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Maaf tuan, saya terpaksa melakukan ini," kata Aldo yang ternyata telah menyuntikkan Erlan obat penenang. "Sekali lagi maaf tu—"
"B*oh! Dia sudah tidak sadarkan diri," potong Alena cepat. "Dan kenapa tidak dari tadi saja kau menyuntikkannya?" desisnya bertanya karena ia merasa geram dibuat Aldo.
"Nona kaki saya sakit jadi saya tidak bisa berjalan dengan cepat-cepat untuk menolong Anda," kata Aldo jujur.
"Orang sepertimu memang pandai beralasan, sungguh aku menyesal sekali telah menolongmu! " balas Alena dengan ketus. "Tadi kenapa? Aku tidak membiarkan saja kau m@ti di tangan tuan arogan ini," lanjutnya lagi dengan menatap Aldo sinis.
"Ya Tuhan, ternyata dua-duanya sangatlah berbahaya ternyata suami dan istri ini sama-sama bermulut pedas," batin Aldo.
"Jangan menatapku begitu, nanti aku congkel kedua bola m@tamu." Alena bangun dan segera menjauh dari ranjang. "Urus tuanmu dan segera bawa dia keluar dari kamar ini karena aku mau istirahat lagi."
(Hai kakak-kakak, jangan lupa mampir di karya temanku yang satu ini ya, ceritanya tidak kalah seru kok, ayo mampir sekarang!)
Dengan judul : Ternyata Dia Jodohku
Author/napen : Sofa marwa
Disini👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
lanjut
2023-06-07
2
Fhatma Risky
lanjuttt
2022-12-30
1
Marsiana Lodovika
lanjut kak
2022-12-29
1