"Urus wanita itu Aldo!" perintah Erlan yang tiba-tiba saja sudah keluar dari kamar mandi dan menemukan Aldo yang sedang berdiri di sebelah ranjang. "Dia pingsan," lanjutnya lagi yang membuat jantung Aldo berdisko saat mendengarnya.
"Tuan apa yang sudah Anda la—"
"Jangan bertanya karena saat ini aku tidak membutuhkan pertanyaan." Erlan kemudian dengan santainya membuka setelan jasnya karena tadi sempat basah. "Kamu telat beberapa menit saja dia sudah beda alam," ujarnya yang semakin membuat Aldo merasa panik.
"Ya Tuhan, kenapa tuan Erlan yang dulu saya kenal baik dan begitu penyayang kini malah berubah menjadi begi—"
"Tutup mulutmu Aldo, lebih baik kamu lihat saja wanita itu sekarang!" Lagi-lagi Erlan memotong perkataan Aldo. "Satu lagi, jaga wanita itu lebih ketat lagi karena dia ternyata tidak sebodoh yang aku kira," kata Erlan sambil menyambar kunci mobil yang ada di atas laci meja, karena tadi saat masuk ia sempat menaruh kunci itu di sana. "Aku pergi dulu Aldo, semoga wanita itu tidak menghembuskan nafas terakhir di dalam kamar mandi."
"Tuan Erlan benar-benar ingin membuatku mati di tangan tuan Kenzo," gumam Aldo pelan sesaat setelah Erlan pergi dari sana.
*
*
Dengan langkah lebar Aldo berlari menuju kamar mandi bayang-banyang Kenzo saat akan memarahinya menari-nari di pelupuk matanya kalau sampai terjadi sesuatu kepada Alena. "Tuhan, jangan sampai kepala ini menjadi taruhannya jika saja Nona Alena … ." Kalimat Aldo terputus di saat ia melihat Alena duduk sambil bersandar di dekat bathtub dengan wajah yang sudah pucat pasi ditambah luka pada lengan atasnya bekas tembakan Erlan mengeluarkan banyak sekali d@rah. "Ya Tuhan, apa yang telah tuan Erlan lakukan." Aldo dengan cepat berjongkok ingin menggendong Alena namun siapa sangka baru saja ia akan menyentuh tangan Alena, Alena malah memegang pergelangan tangannya terlebih dahulu. "Anda masih sadar Nona?" tanyanya langsung.
Alena mengangguk meski matanya masih terpejam sambil berkata, "Selamatkan aku dengan cara bawa aku pergi jauh dari sini, dia bukan manusia melainkan monster." Ia kemudian membuka matanya. "Tolong selamatkan aku," gumamnya lirih sekali lagi.
Aldo yang tahu setiap ruangan di mansion ini ada cctv kecuali di kamar mandi membuatnya berpikir kalau ia ada kesempatan untuk bisa berbicara apapun tanpa ketahuan. Perlahan ia mendekatkan bibirnya ke daun telinga Alena sambil berbisik, "Saya akan membantu Anda tapi dengan satu syarat." Entah apa yang ada di dalam otak Aldo sehingga ia berani berkata demikian.
"Syarat apa?" tanya Alena.
"Berikan tuan Erlan keturunan, maka saya akan bersedia membantu Anda," ucapan Aldo terdengar tanpa beban sedikitpun."Bagaimana? Apa Anda bersedia?"
Bukannya bernafas lega Alena malah semakin merasa dadanya sesak mendengar syarat yang harus ia lakukan demi kebebasannya dari mansion ini. "Ternyata kalian sama," ringis Alena yang mencoba berdiri tanpa bantuan Aldo. "Mau sampai kapan pun aku tidak akan sudi memberikannya anak, biarlah aku mencari cara sendiri supaya bisa kabur dari sini tanpa bantuanmu." Alena berhasil berdiri meski tungkai kakinya masih lemas. "Wanita bod*h mana yang ingin memberinya anak jika perlakukannya saja kepada seorang wanita begitu kasar," gerutunya sambil terus menyeret kakinya secara pelan ia juga sama sekali tidak menghiraukan lengan atasnya yang berd@rah.
"Bukankah Anda ingin terbebas dari tuan Er—"
"Sangat ingin, tapi bukan caranya seperti itu juga," potong Alena menimpali Aldo dengan suara serak karena saat ini tenggorokannya kering. "Jangan coba-coba memb*dohiku, aku lebih pintar daripada kalian." Saat Alena hampir saja akan keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba saja ia jatuh tersungkur karena ia sama sekali sudah tidak memiliki tenaga lagi.
"Nona Alena," panggil Aldo, ia kini menjadi panik lagi. Setelah Ia melihat Alena jatuh pingsan di dekat pintu.
*
*
Erlan berjalan sempoyongan karena tadi ia terlalu banyak meminum alkohol. Sambil bersiul dan tertawa terbahak-bahak ia terus saja melangkahkan kakinya dan untuk yang pertama kalinya semua orang yang di mansion itu tidak ada satupun yang terbangun dari tidur mereka karena saat ini Erlan pulang dini hari.
"Aurora, lihatlah sayang! Aku akan membalaskan dendamku atas kepergianmu," kata Erlan sambil terus melangkahkan kakinya. "Mereka semua harus meraskaan apa yang selama ini aku rasakan!" sambungnya lagi dengan nada suara setengah berteriak. Dan Ia kini malah berjalan ke arah pintu dimana tempat Alena sedang tertidur pulas.
Perlahan tangannya terulur memegang gagang pintu. Dan saat pintu itu terbuka ia malah menemukan Aldo yang sedang terlelap di sebelah ranjang Alena dengan posisi menunduk di sebuah kursi.
Pandangan Erlan yang buram tiba-tiba saja mengira kalau saat ini yang sedang terlelap di atas kasur itu adalah Aurora bukan Alena. Dan ia juga mengira kalau Aldo adalah Morgan, dengan nafas yang memburu ia tanpa aba-aba menarik kerah baju Aldo yang sama lelapnya dengan Alena. "Brengsek! Kau apakan istriku Aurora dasar bedebah kau Morgan!!" Erlan melayangkan bogem mentah ke pipi Aldo yang masih pelanga pelongo. Karena nyawanya belum terkumpul sempurna. "Dasar iblis terkutuk!" desisnya memaki.
"Tuan, ini saya Aldo, buka mata Anda lebar-le—" Satu tinjuan keras menghantam perut Aldo sehingga kalimatnya terputus."Tuan, hentikan ini saya," ringis Aldo karena ia saat ini benar-benar merasa kesakitan. Hingga ia jatuh tersungkur di bawah kaki Erlan.
(Komen hadir, jika kakak² ingin cerita abang duda lanjut!!😁😁).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
nia cahyani
semoga aja erlan jatuh cinta sama alena 🥰
2022-12-31
2
Fhatma Risky
lanjuttt
2022-12-27
2
Saras Wati
hadir author selalu nunggu😙
2022-12-26
3