"Jika saja bukan karena balas dendam, aku tidak sudi menatap wajah, sok lugu dan polos mu itu!" gerutu Erlan pelan saat melihat Alena membelakangi beberapa pelayan yang membawakan makanan.
Tidak lama suara langkah kaki Erlan yang menggema di kamar itu membuat para pelayan menunduk dan langsung berbalik. Saat itu juga mereka melihat sebuah kode dari Aldo yang menyuruh mereka segera keluar dari kamar tersebut karena saat ini Erlan sepertinya mau berbicara empat mata dengan Alena.
"Jangan ucapkan sepatah kata, kalian boleh pergi termasuk kamu Aldo," kata Erlan, ia sebenarnya sangat malas berada di situasi seperti ini dimana ia dan Alena hanya berdua di dalam kamar.
Sesaat setelah para pelayan dan Aldo keluar, Erlan kini berjalan semakin mendekat ke arah ranjang di mana Alena masih betah memeluk kedua lutut serta membenamkan wajah di sana.
"Jangan mendekat! Jika Anda hanya ingin merenggut nyawa saya!" pakik Alena dengan nada suara yang terdengar begitu lantang membuat langkah kaki Erlan terhenti. "Pergi!" teriaknya lagi. Kini tubuh Alena terlihat gemetaran entah karena ia takut atau kelaparan karena ia juga sejak pagi sampai saat ini belum minum ataupun makan apapun.
"Kau mengusirku dari mansion ku sendiri? Seolah-olah kaulah pemiliknya, dasar wanita b*doh!" Erlan berdecak pinggang. Ia merasa wanita yang saat ini akan ia hadapi memang benar-benar wanita yang tidak ada takutnya sama sekali. "Aku peringati, bukalah kupingmu lebar-lebar, kalau aku tidak suka mendengar nada suara yang begitu lantang apalagi itu keluar dari mulut busukmu!" Jemari Erlan terkepal dengan sangat kuat.
"Apa janji suci yang keluar dari mulut Anda waktu itu semua hanya omong kosong?" tanya Alena. Ia sekarang perlahan mengangkat kepalanya dan langsung berbalik hanya ingin melihat wajah Erlan yang kini sudah sah berstatus sebagai suaminya.
"Omong kosong, atau tidak itu bukan urusan kau!" desis Erlan, "yang terpenting kau dan aku sudah terikat di dalam pernikahan yang akan membuatmu menderita seumur hidup, aku perjelas lagi penderitaan seumur hidup! Jadi, makanlah karena aku tidak tega menyiksa orang dalam keadaan kelaparan begini." Tangan Erlan mengambil mapan yang terletak di atas meja ia lalu meletakkannya di sebelah Alena. "Sekarang makan sebelum aku yang menyuapkannya ke mulut kau beserta dengan mapan ini," ancam Erlan berharap Alena takut.
Tapi diluar dugaan Erlan, Alena malah membuang mapan yang berisi nasi lengkap dengan sayur dan juga segelas susu itu. "Buat apa saya memakan makanan yang sudah kalian taburi racun, itu sama saja dengan saya bu*uh diri!" kata Alena lantang, seketika ia malah mendapat tatapan sinis dari Erlan. "Karena saya masih ingin hidup, dimana kedua orang tua saya masih menaruh harapan yang besar kepada saya begitupun Adik saya."
Erlan tertawa dengan sangat kencang sehingga kamar itu penuh dengan suara tawanya, saat mendengar ucapan Alena yang terdengar begitu peduli dengan keluarga yang telah membuatnya kehilangan tambatan hatinya. "Iya, kau wanita yang telah menjadi harapan dalam sebuah keluarga kecil yang penuh dengan kebohongan, dimana kau hanya dijadikan jaminan demi sejumlah uang," ucapnya berbohong karena ia ingin membuat hati serta pikiran Alena tidak tenang.
"Pendusta! Bukankah Anda sendiri yang telah meminjamkan Papa saya sejumlah uang dengan syarat saya harus menikah dengan pria lumpuh dimana statusnya juga sudah menjadi duda?" Alena rupanya tidak mudah percaya dengan ucapan yang keluar dari mulut Erlan. "Selain pembohong Anda juga ternyata pintar dalam membuat skenario, saya akui Anda memang sungguh sangat licik!"
Ekspresi Erlan langsung berubah, wajahnya yang tadi putih bersih kini menjadi warna kemerahan sepertinya saat ini ia menjadi emosi karena mendengar ucapan Alena. "Kau! Benar-benar wanita kurang ajar!" Erlan menarik pergelangan tangan Alena dengan sangat kasar menyeretnya masuk ke dalam kamar mandi. "Akan aku beri kau pelajaran, supaya mulutmu itu bisa berbicara sedikit sopan kepadaku."
Alena memberontak saat merasa pergelangan tangannya begitu terasa perih dan panas. "Lepas! Apa yang ingin Anda lakukan kepada saya?" Ia kini terus saja berusaha melepaskan cengkraman tangan Erlan. "Dasar duda gil@!" gerutunya saat Erlan menghempaskannya dengan kasar ke dinding tembok kamar mandi.
"Kita lihat apakah kau masih bisa berbicara lantang, setelah apa yang akan aku lalukan ini." Erlan melepas ikat pinggangnya, bersamaan dengan itu ia juga mengisi air di dalam bathtub sampai penuh. "Apa kau tahu, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini. Akan tapi, karena kau terus-menerus membuatku kesal jadi, aku memutuskan untuk memberimu sedikit pelajaran."
"Anda pikir saya tidak kesal? Justru saya jauh lebih-lebih kesal dari pada An—" Kalimat Alena terputus saat gerakan tangan Erlan begitu cepat mengikat kedua pergelangan tangannya dengan sabuk yang tadi.
Erlan kemudian menarik tubuh Alena supaya berlutut di depan bathtub yang kini di dalamnya sudah terisi air dengan penuh. Ia lalu tanpa aba-aba membenamkan wajah Alena di sana. "Sekali lagi kau bicara lantang di depanku, maka hal ini akan terus terjadi sampai kau jera." Ia sama sekali terlihat tidak peduli kalau saat ini Alena sudah merasa kekurangan oksigen karena terlalu lama wajahnya terbenam di dalam bathtub. "Ini masih permulaan, masih banyak lagi kejutan untukmu," desisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
erlan oh erlan km bener2 sadis darah pyscophat daddy dan kak arlon pindah kejiwa km ampun dah ,,,,,
2023-06-07
2
Sumarni Al Fa
jiwa yg tertukar ,bener kata papi kenzo bulan erlan tapi erlon
2022-12-22
1
Fhatma Risky
lanjut thorrr
2022-12-21
2