Erlan yang sedang duduk di ruang kerjanya sambil memutar-mutar pulpen di tangannya. Namun, tak lama ia malah dikejutkan dengan kedatangan Aldo yang membawakan kabar kalau Kenzo datang ke perusahaannya. "Kalau masuk ketuk pintu dulu," desis Erlan. Kini ia terlihat kesal menatap Aldo.
"Maaf Tuan, saya lupa," ucap Aldo. Sambil berbalik berniat ingin mengetuk pintu dulu seperti yang dikatakan Erlan.
"Mau kemana kamu? Langsung saja katakan apa maksudmu nyelonong masuk ke dalam ruanganku."
Aldo memutar kembali tubuhnya sambil berkata, "Begini Tuan, Tuan besar Kenzo ingin bertemu dengan Anda," kata Aldo takut-takut.
Erlan terlihat sedang berpikir sebelum membalas ucapan Aldo. "Bilang sama Daddy kalau aku lagi sibuk jadi, nggak bisa di ganggu." Saat ini Erlan sepertinya tidak mau bertemu dengan Kenzo. "Tunggu apalagi, sana kasih tahu Daddy!" seru Erlan yang mulai terdengar kesal.
"Baik Tuan." Entah mengapa kali ini Aldo tidak bisa menolak ucapan Erlan. Namun, sebelum ia keluar Kenzo sudah masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan tersebut.
"Ini urusan anak dan ayah, tolong kamu keluar dulu Aldo," perintah Kenzo kepada Aldo.
Aldo mengangguk sambil membungkuk sebagai tanda hormatnya sebelum keluar dari ruangan Erlan. Ia merasa aura ruangan itu jadi sedikit berbeda sesaat setelah Kenzo masuk, dimana tatapan Kenzo terlihat tidak bisa di artikan Aldo sampai telemor ketika ia tidak sengaja menyenggol lengan Kenzo tadi. Ia kemudian bergegas keluar dengan keringat yang mulai membanjiri pelipisnya karena jika Aldo gugup atau merasa takut itu yang akan terjadi ke padanya.
Hening, Kenzo maupun Erlan sepertinya tidak ada yang mau membuka suara terlebih dahulu. Mereka terlihat sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
Hingga Erlan merasa kalau dirinya yang seharusnya mulai membuka pembicaraan.
"Daddy, kenapa tidak bilang-bilang kalau mau kesini?" tanya Erlan, ia sengaja berbasa basi kepada Kenzo terlebih dahulu.
Kenzo menggeleng sambil menyeringai dengan elegan. "Sejak kapan? Erlan putra Daddy yang terkenal kalem dan baik, malah sekarang berubah menjadi seperti Erlon." Kenzo berjalan ke arah jendela. "Apa jiwa kalian telah tertukar? Atau malah sekarang Erlan baru menunjukkan sifat aslinya?" lanjutnya bertanya-tanya kepada Erlan yang hanya terlihat santai.
"Apa maksud Daddy?" Erlan malah balik bertanya. "Erlan minta, tolong jangan pernah samakan Erlan dengan Erlon, Dad. Karena kami berdua sangatlah berbeda," balas Erlan.
"Dulu kalian memang berbeda, tapi sekarang kalian berdua tidak ada bedanya dengan Daddy. Yang dimana kita bertiga sama-sama seorang psychopath." Kenzo mendesis, ia sekarang mulai merasa bahwa Erlan benar-benar menganggapnya remeh sebagai orang tua. "Erlan, Daddy tahu apa yang telah kamu lakukan. Jadi, jangan berlagak bod*h."
Erlan beranjak dari duduknya ia lalu menghampiri Kenzo. "Jika Daddy datang kesini hanya untuk mengatakan itu, lebih baik Daddy pulang saja kasihan Mommy sendirian di sana," ujar Erlan. Yang sebenarnya ia tidak mau berdebat dengan Kenzo.
"Daddy peringatkan, jangan pernah bermain pisau jika Erlan tidak mau terluka," kata Kenzo, ia sepertinya tidak mau berterus terang kalau ternyata ia tahu tentang apa yang sebenarnya telah dilakukan Erlan. "Jangan sampai dendam itu malah menimbulkan rasa yang tidak pernah Erlan inginkan," sambungnya sebelum berjalan keluar ke arah pintu.
*
*
"Tuan, Nona Alena tidak mau makan apapun dari pagi sampai sekarang." Aldo memberitahu Erlan saat mereka berada di dalam mobil.
Erlan yang sibuk dengan tab di tangannya mengabaikan ucapan Aldo, ia seolah terlihat tidak berniat membalas apa yang telah disampaikan Aldo pada dirinya. Ia juga berlagak tidak mau tahu tentang apapun itu yang bersangkutan dengan Alena.
"Tuan, apa yang harus saya lakukan?" Aldo bertanya karena melihat Erlan hanya diam saja. Ia merasa Erlan yang dulu dan sekarang benar-benar telah berubah seratus delapan puluh derajat. "Tuan apa Anda mendengar saya?"
Erlan mengangkat wajahnya sedikit dan menatap Aldo dengan tatapan tajam. "Itu bukan urusanku Aldo!" Hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya. Namun, siapa sangka Erlan diam-diam melirik jam di pergelangan tangannya. Ia lalu membatin, "Jam 13:25, kau benar-benar ingin menguji kesabaranku."
Aldo tidak henti-hentinya berdoa di dalam benaknya supaya Erlan membatalkan meeting. Karena jika meeting itu dibatalkan ia bisa ke mansion langsung, ingin membujuk Alena supaya mau makan. Jujur saat ini ia sangat takut jika suatu hal yang tidak diinginkannya sampai terjadi kepada Alena.
Tidak berselang lama akhirnya suara Erlan yang diharapkan Aldo keluar juga dari mulut si arogan. "Batalkan meeting hari ini, dan cepat kita pulang ke mansion," perintah Erlan.
Membuat Aldo seketika tersenyum kecil, karena ia merasa semesta mendengar doanya. "Baiklah, Tuan. Saya akan menghubungi tuan Dino kalau begitu," katanya dengan nada suara yang terdengar sangat lega.
*
*
Setiba di mansion Erlan melempar jasnya ke sembarang arah ia lalu berjalan dengan langkah lebar menuju kamar tempat dimana Alena sedang berada.
Sedangkan semua pelayan yang melihat Erlan langsung menunduk karena mereka tahu kalau tuannya itu tidak suka jika ada yang menatapnya secara langsung, maka dari itu siapa saja yang bekerja di mansion itu harus benar-benar mentaati peraturan yang telah dibuat Erlan. Dan barangsiapa yang melanggarnya akan bersiap-siap menerima hukuman dimana hukuman itu tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Tuan, saya harap Anda jangan terlalu kasar dulu dengan Nona Alena, mengingat dia masih sakit." Aldo yang berada di belakang, berusaha memperingati Erlan supaya tidak melakukan hal yang dapat membahayakan Alena lagi.
Erlan menghentikan langkahnya di ambang pintu ketika mendengar ucapan Aldo. "Jangan-jangan kamu salah satu mata-mata Daddy, makanya kamu selalu saja takut kalau aku akan melakukan sesuatu ke wanita itu," tuduh Erlan kepada Aldo secara langsung. "Dan jika benar kamu mata-mata itu, maka aku tidak akan segan-segan meleny@pkanmu Aldo!" Suara Erlan terdengar bagikan satu ancaman di telinga Aldo.
"Jangan berpikiran begitu Tuan, saya bukan mata-mata seperti yang ada katakan," kilah Aldo, karena ia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya memang benar-benar mata-mata Kenzo.
"Wajahmu terlihat begitu mencurigakan Aldo," ucap Erlan. Padahal saat ini ia sama sekali tidak menoleh ke Aldo.
Aldo berusaha terlihat tenang padahal di dalam hatinya ia sangat ketakutan di saat ia mendengar ucapan Erlan yang memang benar apa adanya. "Sudahlah Tuan, saya ini tangan kanan Anda yang setia. Jadi, jangan meragukan kesetiaan saya lagi. Dan untuk wajah saya memang modelnya begini, dimana wajah ini selalu saja terlihat mencurigakan," seloroh Aldo. "Apa Anda masih curiga Tuan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
kakak kembalikan erlan yg dulu😢q rindu
2023-06-07
2
Fhatma Risky
lanjutt
2022-12-20
1
Marsiana Lodovika
lanjut kak
2022-12-20
1