Terdengar suara alunan musik yang mendayu-dayu sehingga Alena merasa seperti di hipnotis oleh lagu yang terdengar begitu merdu namun di sisi lain lagu itu juga terdengar begitu menyedihkan. Sehingga siapapun yang mendengarnya akan merasa bahagia bercampur dengan kesedihan.
Perlahan tangan kekar itu meraba punggung Alena. "Izinkan aku menyentuhmu sayang, walaupun ini hanya sebatas imajinasi. Iya, imajinasi yang sama sekali tidak akan pernah ingin aku hilangkan." Tangannya kini meraba semakin ke bawah. "Aku tidak peduli orang-orang menganggapku tidak waras, karena mereka tidak akan pernah tahu hanya dengan cara begini rasa rindu yang menumpuk di dalam hati ini menjadi sedikit berkurang."
Alena yang merasa ada yang tidak beres dengan cepat berusaha melepaskan dirinya dari dekapan laki-laki yang masih saja mengucapkan kata-kata yang begitu menyentuh hati. "Ternyata ini si sombong itu," gumam Alena, dan tanpa aba-aba menginjak kaki pria yang ia anggap Erlan dengan gerakan secepat kilat. Pada saat itu juga ia berlari sekuat tenaga supaya bisa lolos. Namun, saat dirinya berlari tiba-tiba saja lampu pada lorong itu menyala bersamaan dengan itu juga ada yang menarik pergelangan tangannya dari arah samping.
"Sttt, diam Nona. Nanti tuan Erlan bisa menghukum ada lagi gara-gara ini," bisik Aldo pelan. "Anda diam dan sembunyi saja disini jangan kemana-mana sebelum tuan Erlan kembali ke dalam kamarnya." Aldo berkata begitu karena ia tahu saat ini Erlan sedang mabuk seperti malam-malam sebelumnya. "Ingat, jangan kelu—"
"Aldo, apa kamu melihat kemana larinya istriku? Iya, Aurora istriku." Erlan memotong ucapan Aldo dengan pertanyaan yang begitu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti akan mengira depresi Erlan kambuh lagi. "Hai, kaki pincang kenapa malah diam saja." Erlan berjalan ingin menghampiri Aldo. "Apa kamu melihatnya tadi?" tanyanya sekali lagi.
Aldo yang takut Erlan sampai tahu kalau yang tadi itu adalah Alena bergegas menjawab pertanyaan Erlan, sambil sedikit mundur dari persembunyiannya yang tadi.
"Sepertinya Anda salah lihat tuan, karena dari tadi saya tidak melihat siapa-siapa disini," kata Aldo meyakinkan Erlan. "Sebaiknya Anda masuk ke kamar saja dan jangan terlalu banyak minum alkohol lagi tuan, supaya Anda tidak berhalusinasi seperti sekarang ini." Aldo tidak bermaksud membuat kesenangan Erlan jadi kacau balau. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan tuannya mabuk-mabukan terus sehingga membuatnya selalu saja berhalusinasi.
"Jangan pernah mencabut tumbuhan yang baru saja akan berbuah Aldo." Erlan tersenyum getir saat mengatakan itu. "Kamu tahu artinya, jangan pernah membuat halusinasiku ini menjadi beban bagimu sedangkan aku sendiri sangat menikmati ini semua." Erlan memejamkan matanya beberapa detik kemudian membukanya lagi. "Biarkan saja seperti ini, dimana aku bisa menemukan kebahagiaanku sendiri meski hanya dengan cara begini." Erlan menunduk karena ia merasa tidak ada yang mau mengerti tentang bagaimana keadaannya saat ini.
Aldo semakin membulatkan tekadnya untuk mendekatkan Alena dan juga Erlan karena ia tidak mungkin akan membiarkan tuannya begini bisa-bisa depresinya akan kambuh total seperti dulu. "Maafkan saya karena telah berbicara lancang tuan." Aldo akhirnya memilih meminta maaf meski ia tidak memiliki salah sama sekali. Ia juga langsung mengajak Erlan supaya masuk ke dalam kamar mengingat Alena pasti sudah bosan bersembunyi.
*
*
"Kenapa aku tiba-tiba saja kepikiran tentang dia?" kata Alena bertanya pada dirinya sendiri sambil mondar-mandir di dalam kamarnya, setelah tadi ia berhasil pergi setelah Aldo mengajak Erlan masuk ke dalam kamar. "Apa mungkin seseorang akan menjadi depresi hanya karena ditinggal m@ti oleh istri atau suaminya?" Kini semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat dirinya menjadi kepikiran hal-hal yang menyangkut tentang orang depresi karena ditinggal m@ti oleh pasangannya masing-masing.
"Apa yang sedang Anda pikirkan Nona?"
Mendengar pertanyaan itu spontan membuat Alena yang kaget langsung loncat ke atas ranjang. "Kurang ajar kamu Aldo! Hampir saja aku m@ti karena kaget," geramnya sambil melotot tajam ke arah Aldo. "Masuk nyelonong tanpa mengetuk pintu, kamu laki-laki yang tidak memiliki sopan santun dan tatakrama!"
Aldo hanya nyengir meski Alena berbicara begitu ia lalu berkata, "Saya sudah mengetuk pintu sampai tangan saya merah begini." Ia memperlihatkan tangannya. "Tapi tidak ada jawaban, saya yang takut terjadi sesuatu dengan Anda terpaksa langsung masuk saja."
"Sudahlah, jika tidak ada urusan yang terlalu penting kamu boleh keluar dari sini." Alena malah mengusir Aldo secara halus.
"Saya hanya membawakan Anda makan malam Nona," balas Aldo yang tidak mau sampai Alena salah paham. "Bela, kamu boleh masuk membawa makanan itu karena Nona Alena belum tidur," ucapnya yang menyuruh Bela masuk.
Komen ya ka😊 supaya Author semakin rajin buat Up🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Erny
Semoga usaha mu berhasil Aldo 💪💪💪
2023-08-10
1
Susi Susiyati
lanjut.q sdih smpe segitunya erlan kehilangan aurora sbnernya apa yg terjd bner2 bikin q penasaran
2023-06-07
2
Sumarni Al Fa
bagus aldo bantu tu tuanmu erlan biar ga depresi lagi
2023-01-02
1