"Bagaimana, apa kau sudah paham sekarang?" tanya Erlan sambil menatap Alena dengan tatapan tajam.
Alena tidak sanggup menatap mata Erlan yang terlalu tajam, ia lebih memilih memalingkan wajahnya dari tatapan itu langsung. "Dasar penipu, berpura-pura lumpuh untuk mengelabui semua orang, dan ternyata niatmu begitu jahat!" pekik Alena setelah tahu apa maksud serta tujuan Erlan. "Saya tidak menyangka, Anda melakukan hal yang sangat menjijikkan seperti ini!" sambung Alena yang masih berbicara lantang.
Erlan mengeraskan rahangnya, ia tidak menyangka Alena akan berani mengatakan itu pada dirinya. "Tutup mulutmu, sebelum saya menyobeknya!" Erlan mendesis sambil menggertakkan giginya.
"Papa yang berbuat salah, lalu kenapa saya yang akan Anda jadikan ajang balas dendam?" Nafas Alena mulai tidak beraturan karena ia berusaha menahan amarahnya.
"Mulutmu begitu lancang!" Suara Erlan menggema di kamar itu, tangannya terangakat ingin memengang dagu Alena akan tapi, Alena malah terlebih dahulu menepis tangannya. "Kurang ajar!" geram Erlan saat Alena berhasil menepis tangannya.
Alena mundur beberapa langkah saat sebuah senjata api di arahkan pada dirinya. Ia merasa Erlan benar-benar akan membunuhnya demi balas dendam seperti yang telah Morgan lakukan kepada Aurora dulu.
"Kenapa kau mundur? Apa sekarang kau takut?" tanya Erlan yang menyunggingkan senyum simpul. "Bukankah kebaikan akan di balas kebaikan juga?" Erlan menyipitkan matanya lalu berkata, "Maka kejahatan juga harus di balas dengan kejahatan," lanjutnya.
"Saya tidak yakin, kalau papa saya akan tega melakukan itu semua. Ini pasti akal-akalan An—"
Dorr … satu tembakan mengenali Alena sehingga ucapan Alena terpotong. Saat itu juga tubuh Alena merasa melayang dan pandangannya menjadi gelap. Namun, ia masih bisa menengar suara Erlan yang tertawa puas.
"Matilah, supaya aku bahagia!" Erlan mendekati tubuh Alena yang terkulai lemas tidak berdaya. "Mulut lancangmu, sepertinya cocok untuk menjadi mainan Erlon," ujar Erlan. Yang tiba-tiba saja teringat dengan Erlon.
Sedangkan Aldo yang mendengar suara tembakan dari penyedap suara yang ada di telinganya langsung saja merasa lemas, pikirannya mengarah kepada Alena yang sudah berlumuran d@r@h. "Jangan sampai tuan Erlan memb*n*h Nona Alena. Pokoknya ini tidak boleh terjadi," kata Aldo sambil berjalan ke arah kamar dimana Alena dan Erlan berada.
*
Tidak lama Aldo dan beberapa bodyguard berhasil mendobrak kamar itu namun di sana ia tidak menemukan keberadaan Erlan ia hanya melihat Alena yang tergeletak di atas ranjang dengan berlumuran darah. "Cari tuan Erlan cepat!" perintah Aldo. "Dan untuk Nona Alena biar aku yang akan mengurusnya."
Namun, baru saja Aldo akan mengangkat tubuh Alena yang sudah tidak berdaya tiba-tiba saja suara bariton Erlan terdengar. "Biarkan saja dia m@ti Aldo!" Erlan ternyata dari tadi berada di kamar mandi. Ia lalu berjalan semakin mendekati Aldo. "Supaya si brengsek itu merasakan, apa yang telah aku rasakan dulu. Bukankah ini balas dendam yang setimpal?" tanya Erlan. Kemudian ia meneguk botol yang ada logonya Bintangnya.
Aldo menggeleng tanda tidak setuju. "Tuan, bukan begini caranya," kata Aldo pelan. Karena ia tahu saat ini Erlan dalam pengaruh alkohol.
"Jangan terlalu banyak bicara Aldo, singkirkan saja mayat wanita itu. Mataku menjadi sakit karena terus-menerus melihatnya." Erlan lalu terkekah setelah mengatakan itu, seolah-olah ia merasa senang karena telah berhasil menemb@k Alena. "Aldo, apa kamu tidak mendengar perintahku?"
"Jangan sampai tuan Kenzo memb*n*hku, karena aku tidak becus dalam hal ini. Dimana aku telah disuruh menjaga Nona Alena," batin Aldo. Ya ternyata Aldo di suruh Kenzo untuk mengawasi apa saja yang akan Erlan lakukan kepada Alena. Dan juga Kenzo tahu kalau Erlan telah menikahi Alena secara diam-diam.
"B*doh!!" teriak Erlan yang kemudian melempar botol minuman itu ke tembok dan langsung saja terdengar suara pecahannya yang begitu nyaring.
Crangg … .
Aldo yang sedang berpikir bagaimana caranya membawa Alena ke rumah sakit, tiba-tiba saja menjadi kaget mendengar suara pecahan botol itu. "Tuan, jangan bertingkah seperti ini cobalah berpikir jernih sedikit, jika Nona Alena m@ti sekarang maka balas dendam Anda itu sia-sia." Aldo berharap Erlan mau mendengarnya. "19 Tahun, dan Anda hanya membalasnya dengan satu hari. Itu terdengar tidak adil sekali Tuan."
Setelah mendengar itu Erlan jadi berpikir, kalau ucapan Aldo itu ada benarnya juga. Beberapa detik ia kemudian meraih ponselnya yang berada di atas meja. Lalu melemparnya ke Aldo. "Hubungi salah satu dokter, dan suruh dia kesini," perintah Erlan tiba-tiba.
Aldo langsung bernafas lega, ternyata ucapannya ditanggapi dengan baik oleh Erlan. "Baik, Tuan. Saya akan segera menghubunginya," timpal Aldo.
"Bila perlu suruh bawa alat-alat medisnya kesini, bagaimanapun caranya," ujar Erlan. "Lagi pula, lukanya tidak terlalu parah. Karena peluru itu hanya menggores sedikit kulitnya saja." Ternyata ia tahu kalau dirinya telah menembak Alena di bagian lengan.
*
"Bagaimana keadaan Nona Alena, Dok?" tanya Aldo setelah para dokter itu selesai menangani Alena.
"Tidak apa-apa, sebentar lagi Nona Alena pasti sadar," jawab dokter itu. "Lukanya juga tidak terlalu dalam, persis seperti apa yang telah dikatakan Tuan Erlan," lanjutnya.
Aldo tercengang karena ia pikir ucapan Erlan itu tidak benar. "Jadi, maksud dokter tembakan itu meleset?" Aldo yang merasa penasaran dan belum paham bertanya begitu.
Dokter itu hanya menjawab dengan satu kali anggukan.
"Lalu kenapa darah Nona Alena begitu banyak?" Lagi-lagi Aldo bertanya.
Sedangkan Erlan yang dari tadi diam-diam menguping dari balik pintu langsung saja nyelonong masuk. "Aldo, lebih baik kamu kerjakan apa yang telah aku perintahkan!" Erlan memberikan Aldo sebuah dokumen entah apa isinya. "Dan buat Dokter, silahkan ajak teman-teman Anda buat pergi dari sini. Jika tugas kalian sudah selesai." Erlan malah mengusir beberapa dokter itu secara halus. "Silahkan, pintu keluar masih terbuka lebar," sambung Erlan.
Para dokter itu saling pandang mereka lalu berkata, "Baiklah, kalau begitu. Kami pamit dulu Tuan Erlan." Dokter itu kemudian berpamitan satu persatu kepada Erlan.
"Aldo, antar mereka dulu sampai ke depan, setelah itu lakukan tugasmu," ujar Erlan.
(Komen dan Like ya kak, supaya Author tahu seberapa banyak yang menunggu cerita Erlan dan Alena).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Erny
Lanjut thor
2023-08-10
0
Sumarni Al Fa
menunggu,tak tungg2 ya cuma 1 Bab ,kok ga ditambah2 ya mampir akhirnya 😁😁🌹🌹🌹🌹
2022-12-19
1
Marsiana Lodovika
lanjut kak
2022-12-19
2