Erlan membuka matanya sambil memijat otaknya yang masih terasa sedikit pusing. "Apa yang terjadi tadi malam, kenapa aku tidak bisa mengingatnya," gumamnya pelan. Kini ia berusaha untuk bangun karena ia mau duduk, setelah berhasil duduk ia segera bersandar pada headboard. Ia yang tidak melihat keberadaan Aldo sedikit heran karena biasanya Aldo sudah berdiri di pintu menuggunya hingga terbangun tapi kali ini Aldo tidak kelihatan batang hidungnya hingga ia memutuskan ingin mencarinya. Namun, saat ia akan turun dari ranjang suara deheman Aldo membuatnya mengurungkan niatnya.
"Tuan Anda mau kemana?" Aldo berjalan ke arah Erlan dengan menggunakan tongkat ketiak. "Jangan bergerak dulu Anda masih sakit," ujarnya memperingati Erlan. Ia sampai lupa kalau saat ini dirinyalah yang pantas di suruh tidak usah terlalu banyak bergerak karena ia mengalami patah tulang pada kakinya. "Kenapa Anda menatap saya begitu tuan?"
"Apa yang telah terjadi kepadamu?"
"Siapa yang telah membuatmu menjadi begini?"
"Dimana kamu kecelakakaan?"
"Kenapa kau hanya diam saja Aldo, jawab aku?"
Deretan pertanyaan Erlan membuat Aldo memejamkan matanya. "Tuan ini semua perbuatan Anda, tidakkah Anda sedikit saja mengingat bagimana kejadian tadi malam dimana Anda memukul saya habis-habisan sampai membuat kaki saya patah. Tapi untung saja patah tulang pada kaki saya tidak terlalu parah." Tentu saja Aldo hanya berani mengatakan itu di dalam benaknya.
Erlan turun dari ranjangnya dan segera menghampiri Aldo meski ia berjalan masih agak sedikit sempoyongan. "Kamu kenapa b*doh? Di tanya malah diam saja!" desis Erlan yang merasa kesal karena tidak kunjung mendapat jawaban dari Aldo.
Aldo membuka matanya sambil tersenyum. "Tidak apa-apa tuan, saya habis terpeleset di kamar mandi yang menyebabkan kaki saya cidera. Dan memar di pipi serta sudut mata saya ini karena terbentur di bathtub," kata Aldo berbohong. "Gimana? Apa Anda sudah merasa baikan?"
Bukannya menjawab Erlan malah mengelilingi tubuh Aldo sambil berkata, "Aku mencium bau kebohongan disini Aldo, katakan saja yang sejujurnya supaya aku bisa mengh@bisi orang yang telah melakukan ini padamu." Erlan rupanya tahu saat ini Aldo sedang berbohong. "Jujur lebih baik Aldo, karena sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, begitupun kamu mau bagimanapun menyembunyikan kebenaran dengan kebohongan pasti akan ketahuan."
Aldo menggenggam erat tongkatnya, Ia takut jika sampai Erlan tahu karena pasti Erlan akan melakukan hal yang sama seperti yang ia alami saat ini. "Saya berkata jujur tuan mana berani saya membohongi Anda," kilah Aldo.
"Baiklah, jika kamu tak mau jujur biar aku sendiri yang mencari apa benyebab kakimu patah begini."
*
*
Erlan sudah rapi dengan setelan jasnya, ia rupanya ingin ke kantor namun sebelum itu ia ingin sarapan terlebih dahulu mengingat tadi malam ia belum makan. Maka dari itu pagi-pagi sekali ia sudah duduk di kursi ruang makan sambil membaca koran sebelum para pelayan menyajikan makanan.
Tidak berselang lama satu pelayan datang sambil membawa beberapa hidangan di tangannya. "Silahkan di makan tuan, semua menu pagi ini sesuai dengan apa yang tadi Anda minta," kata pelayan itu yang ternyata adalah kepala pelayan yang bernama Bela.
"Letakkan saja disana dan kau boleh pergi," balas Erlan tanpa melihat hidangan yang Bela maksud. "Jangan lupa antarkan juga Aldo sarapan ke kamarnya, dan suruh dia meminum obatnya."
Bela membungkuk hormat. "Baik tuan, saya akan segera ke kamar Aldo." Baru saja Bela akan melangkahkan kakinya suara Erlan membuatnya terkejut.
"Siapa yang berani memasak mie instan di mansion ini!" Suara Erlan menggema di ruangan itu. "Bela! Siapa yang mema—" Kalimat Erlan terjeda karena di potong Alena.
"Saya tuan, apa Anda mau?" Dengan senyum yang di buat semanis mungkin Alena menawarkan mie insatan itu ke Erlan. "Ini sangat enak, entah siapa yang telah membuang satu kardus mie ini ke dalam tong sampah, padahal belum kadaluarsa di lihat dari tanggal serta tah—"
Crang…. Erlan tiba-tiba saja membuang semangkok mie yang ada di tangan Alena.
"Siapa yang memberimu izin memasak mie di mansion ini, hah?" Saat itu juga Erlan mencengram dagu Alena. "Rupanya kau sudah bosan hidup!"
"Kenapa Anda begitu pelit sekali tuan? Saya hanya memasak dua mie saja," ujar Alena membalas ucapan Erlan, karena ia emang wanita yang tidak mudah di tindas maka dari itu ia melawan berharap dengan cara begini Erlan akan mau menceraikannya. "Kaya elit, hanya masak dua mie sulit marah sampai segi—"
"Diam! Kau merusak pagiku yang cerah. Dasar b*doh!!" Erlan mendorong Alena ke pecahan semangkuk mie tadi. "Satu kali lagi kau masak mie di mansion ini maka aku akan melemparmu ke jurang yang ada di belakang mansion ini." Nafas Erlan naik turun seperinya saat ini ia berusaha mengontrol emosinya. "Bereskan semua Bela, aku sudah tidak berselera untuk sarapan." Setelah mengatakan itu ia pergi tanpa mau melihat Alena yang saat ini menahan sakit karena perbuatannya.
Lagi-lagi tangan Alena terluka karena pecahan itu menancap sepurna di telapak tangannya. Ia semakin yakin kalau Erlan bukan manusia melainkan monster. "Dasar gil—"
Bela langsung berjongkok menutup mulut Alena, karena ia takut Erlan akan kembali mengamuk. "Saya mohon, jangan katakan itu Nona biarkan saja tuan Erlan pergi. Karena saya tidak mau tuan sampai melukai Anda lagi," kata Bela yang langsung membantu Alena untuk berdiri. "Maaf, karena saya sudah sangat lancang menutup mulut Anda," lanjutnya meminta maaf pada Alena.
Jangan lupa komen ya kak, kalau masih mau lanjut cerita abang duda😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Susi Susiyati
aldo jujur sj tuanmu gila .yg udh mmbuatnya patah tulang.
dasar2 cmn mie smngkok hrus menahan skit tngn
2023-06-07
2
Sumarni Al Fa
cuma sebungkus mei aja ribut
2023-01-01
2
Fajar Dinata
lebih ngeri erland daribpada erlond....
2022-12-31
1