Brandon tidak peduli ketika seekor serigala setinggi dua meter mengejarnya di bawah sana. Dia berdecih. Jasper tentu saja tidak bisa melompat ke atas pohon karena dia bukan Lycan. Hanya mata birunya yang berkilat di antara celah dedaunan dan ranting yang menutupi pandangan Brandon sekarang.
Pria itu melompat dengan cekatan. Membelah hutan dan menuju ke satu arah di mana aroma khas Black Witcher berhasil dihidu olehnya. Dia tersenyum semringah. Sebentar lagi, dia akan membawa Clara kembali ke dalam pelukannya.
“Kamu siapa?”
Sebuah hantaman sontak dirasakan dari dalam diri Brandon dan membuat pria itu limbung seketika. Tubuh perempuan yang digendongnya nyaris terlepas, sebelum akhirnya Brandon tersadar dan bergegas memeluk Clara hingga badannya jatuh ke tanah. Pria itu mengerang lirih, merasakan tulang punggungnya yang mungkin retak karena hantaman barusan. Sementara di sisi lain, seekor serigala hitam menghentikan langkah dan memicing ke arahnya.
Brandon menatap ke arah serigala itu sejenak, lalu atensinya beralih pada wanita di dekapannya. Clara meremas jubahnya dan membuat keduanya saling bersitatap. Perempuan itu mengerutkan kening dengan samar. Namun, fokus keduanya terurai saat Jasper mengaung dengan keras.
Brandon berdecih kasar. Dia mencoba bangkit dengan tubuh Clara masih di gendongnya. “Kamu pikir, aku akan menyerah begitu saja?” ucapnya pada Jasper yang terlihat mengibaskan bulu-bulu hitamnya. “Jika begitu, kamu salah, Jasper.”
Kilat merah menyambar dari belakang Jasper dan membuat serigala itu melompat menghindar. Eden muncul tepat di depan Brandon. Dia menoleh.
“Ada apa?” tanyanya.
Brandon menggeleng. “Sesuatu menghantamku,” ucapnya.
“Teruslah ikuti aroma itu. Kamu akan sampai pada portal menuju kediamanku,” titah pria berambut hitam itu.
Brandon mengangguk, lantas melanjutkan perjalanannya dengan berlari.
Di perjalanan, dia kembali menatap Clara yang masih memandanginya sejak tadi dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Entah perempuan itu merasa aneh dengan penampilan Brandon kini, atau karena sesuatu yang tida pria itu mengerti. Brandon hanya fokus pada langkah dan aroma yang diciumnya. Makin lama makin pekat dan menuntunnya pada portal transparan yang dijaga oleh beberapa Black Witcher. Suara aungan panjang terdengar, kali ini Brandon menduga jika itu bukan milik Jasper.
“Nona Anne memberi kode kepada kita,” ucap salah satu Black Witcher yang wajahnya tertutup tudung.
“Cepatlah masuk atau kita akan terlambat!” sahut yang lain.
Brandon bergegas memasuki portal. Hantaman kembali dirasakan ketika dirinya keluar dan mendarat di halaman belakang sebuah mansion. Napasnya tersengal. Degup jantungnya memburu seketika. Seorang Black Witcher menyadarkannya dan menuntunnya memasuki kediaman besar tersebut.
Brandon merebahkan Clara di sebuah ranjang di salah satu kamar. Seorang perempuan berpakaian hitam-putih menghampiri dan memintanya untuk keluar sebentar. Brandon menatap Clara yang masih tampak linglung, lalu
mengangguk. Dia keluar kamar sekian detik kemudian.
Tiba-tiba, pria itu teringat dengan hantaman dari dalam dirinya ketika Clara membuka mata di perjalanan tadi. Keningnya berkerut, memikirkan sesuatu yang membuat otaknya berkecamuk. Dia menyingkap tudung, lalu bersandar pada tembok dan menghela napas panjang. Malam ini adalah malam yang panjang untuknya. Sisi lainnya berdecak puas karena berhasil merebut kembali Clara dari pria Werewolf bernama Jasper tersebut.
“Jasper … Owen …,” desis Brandon.
Brandon tentu mengingat terus nama itu sejak Eden memberinya arahan sebelum mereka masuk ke dunia Immortal. Eden bahkan memberitahunya jika Clara tengah hamil sekarang dan yang membuat Brandon marah
adalah ketika dia tahu kalau Clara mengandung anak dari Werewolf tersebut. Namun, sayang sekali, Brandon justru senang ketika Clara kehilangan bayi tersebut. Mengingat tujuannya kemari hanya membawa Clara kembali, tetapi tidak dengan apa yang dia perbuat di dunia ini.
Black Witcher sudah merancang rencana sebelum Brandon bergabung dengan mereka. Clara merupakan reinkarnasi Elana—adik Eden—dan tentu saja Eden mengetahuinya karena ilmu yang dia pelajari selama beratus tahun membuatnya bisa mengenali jejak energi dari masa lalu yang terbawa di masa sekarang. Hidupnya yang kini Immortal pun menjadi satu-satunya cara agar dia bisa membalaskan dendam di masa lalunya kepada ras Werewolf di dunia itu. Beruntung sekali, Eden menemukan Brandon yang tidak lain adalah suami manusia dari reinkarnasi adiknya. Dia meminta Anne untuk mengekori pria itu dan membuatnya agar bergabung dengan Black Witcher untuk melancarkan aksi ini.
“Bran.” Seorang perempuan memanggil pria berambut blonde itu dan membuatnya menoleh.
Brandon menundukkan pandangannya sejenak, memberi isyarat pada Annelise. Namun, dia ingat jika perempuan itu tengah berada dalam medan perkelahian tadi. “Kalian sudah kembali?” tanyanya.
Anne mengangguk. Tudungnya sudah tersibak hingga menampakkan rambut putihnya yang terurai indah. “Tapi, Eden terluka,” lirihnya.
“Apa?”
Perempuan itu mengangguk. “Werewolf sialan itu melompat dan melukai lengannya. Beruntung, kami sampai tepat waktu dan berhasil membawanya kabur kemari dengan cepat,” ujarnya.
Brandon menghela napas panjang, tidak lega karena mengetahui rekannya terluka. Dia terdiam. Matanya menatap ke arah pintu kamar.
“Bagaimana?” tanya Anne.
Pria itu menggeleng. “Seseorang memeriksanya sejak tadi dan belum selesai.”
“Althea?”
Kening Brandon mengerut. “Althea?”
“Althea. Dia adalah healer,” ujar Anne, membuat pria di depannya mengangguk.
Beberapa menit kemudian, Althea keluar. Matanya melebar mendapati beberapa orang menghampiri, begitupula
dengan Brandon dan Anne. Wanita itu menghela napas ketika Brandon kembali menatapnya.
“Dia baik-baik saja,” ucapnya. “Hanya syok berat.”
Anne menarik napas lega. Namun, tidak bagi Brandon.
“Apa dia tidak terluka?” tanya pria berambut blonde itu.
Althea memandang pria tersebut. “Dia tidak terluka sama sekali, kecuali bekas operasi di perutnya, tapi itu masih bisa disembuhkan dengan cepat. Dia juga sempat menanyakan dirimu tadi sebelum kutidurkan,” ucapnya. “Aku hanya mengatakan kalau itu bisa ditanyakannya nanti setelah dia benar-benar sembuh.”
Brandon mengangguk. Anne menyentuh dan mengusap lengannya, memberi isyarat jika semuanya akan baik-baik
saja. “Apa aku boleh menunggunya—”
“Brandon!” Seorang pria memanggil dari ujung lorong dan menghampiri beberapa orang di luar kamar Clara. Dia menyibakkan tudung, menampakkan mata merahnya. “Eden mencarimu,” ucapnya.
Pria berambut blonde itu meneguk liur. Dia menatap Anne sejenak dan wanita itu mengangguk menimpali.
“Biar kuantar kamu,” ucap Anne.
***
Anne menuntun Brandon memasuki sebuah kamar, tidak jauh dari kamar Clara. Seorang pria berambut hitam sedang terbaring di ranjang dengan lengan kirinya yang diperban. Warna merah yang mungkin darah tampak merembes di lilitan kain putih tersebut. Dia menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka.
“Apa kamu sudah lebih baik?” tanya Anne, lalu duduk di samping pria itu. Dia meletakkan tangan di dahi Eden sejenak.
“Aku tidak demam, Anne,” ucap Eden. Suaranya serak seolah energinya terkuras habis setelah bertarung dengan
Jasper tadi. Matanya menatap seorang pria yang masih berdiri di dekat Anne. “Duduklah dan jangan terlalu formal,” katanya.
Brandon duduk di sebuah kursi di samping ranjang. “Apa itu sakit?” tanyanya. Sejak tadi dia melihat luka Eden
yang darahnya terus merembes dan memikirkan bagaimana pria itu menahan rasa perih dan sakit di dalamnya.
Eden melihat lukanya sejenak. “Aku baik-baik saja,” ucapnya. “Althea akan menanganinya nanti.”
“Apa yang ingin kamu bicarakan denganku?” tanya Brandon lagi.
Pria bermata heterochromia itu menghela napas sejenak. “Ini tentang Clara,” ucapnya. “Aku ingat kalau aku hanya mengatakan padamu jika Clara itu adalah reinkarnasi Elana, adikku. Tapi ternyata, ada hal lain yang belum kuberitahukan padamu.”
Brandon mengerutkan kening. Tatapannya berubah antusias. “Apa? Apa itu?”
“Ini soal segel phoenix yang ada di leher Clara.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments