"Aku hanya ingin mencoba untuk menjadi seorang istri yang baik," jawab Alisha dengan sorot mata yang sudah tertuju kepada Ilham.
"Untuk apa? Kamu sudah menjadi istri yang baik bagiku," kata Ilham. Ia tidak menyangka bahwa Alisha akan menjawab seperti itu.
"Tapi aku merasa, enggak pernah merasakannya. Sampai sekarang, Mas tidak pernah bisa menerima kehadiranku di dalam hatimu itu," lirih Alisha yang sebenarnya sudah sangat rapuh, tapi ia tetap berusaha menjadi kuat.
Ilham terdiam, ia merasa bersalah karena memang dirinya tidak pernah bisa membuka hatinya walaupun sudah berusaha.
"Bisakah aku mendapatkannya walaupun hanya separuh? Aku tahu, di hati Mas masih tersimpan nama Zahra, tapi aku istrimu, Mas! Aku berhak atas dirimu," lanjut Alisha. Kini dia terlihat sangat rapuh.
Rasa bersalah Ilham kini semakin menjadi, bahkan ia sampai tidak bisa berkata lagi. Namun, jika ini terus dibiarkan, maka akan terus berdebat. Dengan begitu, Ilham menguatkan dirinya untuk menenangkan Alisha yang masih sedih di hadapannya.
"Maafkan aku, Alisha," lirih Ilham dengan rasa bersalahnya, mendekati Alisha yang masih diam dengan kesediaannya.
"Mas tidak perlu meminta maaf, ini memang salah aku. Aku yang sudah hadir di antara kalian berdua sehingga, Mas tidak bisa bersama dengan wanita yang Mas cintai." Alisha tidak menyalahkan Ilham, dan malah menyalahkan dirinya sendiri.
Ilham dibuat semakin merasa bersalah dan tidak bisa lagi menyakiti hati istrinya, maka ia pun segera mendekati Alisha, dan memeluknya soraya menenangkannya.
"Tidak, Alisha tidak salah. Mas yang salah, Mas yang egois, dan Mas yang tidak pernah mengerti bagaimana perasaan istrinya sendiri. Mas tidak pantas dianggap suami yang baik! Gelar itu terlalu tinggi dan jauh dari Mas, maka Mas merasa tidak pantas mendapatkannya." Ilham mengatakan kata-kata yang mungkin menyakiti hatinya, tapi ia mengakui dirinya sendiri kepada Alisha.
Alisha menengadahkan kepalanya ke atas, dan terlihatlah wajah Ilham yang penuh dengan rasa bersalah, dan bercampur dengan ketidak berdayaannya sebagai seorang suami.
Seketika netra mata mereka berdua saling beradu, Ilham tidak menghindar, ia tetap menatap wajah Alisha yang masih menatapnya.
Mungkin bagi Alisha, berdekatan seperti itu dengan Ilham sangatlah jarang, tapi untuk detik ini, Alisha ingin merasakannya kembali. Kalaupun bisa menghentikam waktu, ia ingin selalu seperti ini bersama dengan suaminya.
Namun, hal itu hanyalah angannya saja. Mau bagaimanapun, Ilham melakukan itu hanya sebatas kasihan dan kewajibannya saja sebagai seorang suami. Alisha juga cukup sadar diri bahwa ia hanyalah singgah, tapi tidak menempati.
"Mas tahu, kamu sakit hati karena perlakuan Mas selama ini terhadapmu, tapi tidak sekali pun Mas mengatakan bahwa Alisha hanyalah penghalang. Namun, sekali saja Alisha mengatakan itu, hati Mas sangat sakit," ungkap Ilham yang masih menatap lekat wajah istrinya.
Alisha tidak mengerti maksud dari perkataan Ilham, tetapi ia sudah cukup mengerti akan perasaan Ilham dari matanya. Walaupun demikian, ia baru menemukan ketulusan dari suaminya, tapi dia tidak terlalu pandai untuk mendapatkan hatinya.
"Jika semua ini menyakitkan. Lalu, mengapa Mas masih mempertahankanku? Selama ini, aku sadar, Mas. Hubungan yang selama ini kita jalani itu, tidak pernah membuat Mas berubah sama sekali kepadaku. Terkadang, aku berfikir bahwa Mas hanya kasihan denganku, bukannya cinta karena cinta Mas hanya untuk wanita itu," ucap Alisha yang perlahan air matanya kembali pecah, dan mengeluarkan butiran bening dari pelupuk mata indahnya.
"Mas minta maaf Alisha, Mas emang enggak pantas menjadi seorang suami. Mas gagal mencintamu, maafkan suamimu ini." Ilham terus meminta maaf kepada Alisha.
"Cukup, Mas! Mas tidak perlu melakukan itu," ucap Alisha yang menghentikan Ilham dengan penyesalannya.
"Kenapa, Alisha? Bukanya Mas tidak bisa menjadi suami yang baik bagimu? Meskipun begitu, Mas siap menerima hukuman apa pun darimu. Mas sadar, masih ada wanita yang setiap hari menanti prianya untuk menemaninya setiap saat, tapi lihatlah laki-laki macam apa yang ada di hadapamu? Dia sangat tidak pantas mendapatkan maaf dari istrinya sendiri," ucap Ilham yang memburukan dirinya sendiri di hadapan Alisha.
Alisha tidak tahan dengan pengakuan Ilham yang semakin membuatnya menangis, bukan karena diabaikan, tapi Ilham terlihat frustrasi dan sangat membenci dirinya sendiri. Maka dari itu, Alisha tidak tega melihatnya.
"Sudah, Mas. Mas jangan mengatakan hal yang buruk lagi tentang diri Mas sendiri. Tidak ada yang salah, baik itu aku ataupun Mas. Hanya saja, kita sedang diuji dengan kesetiaan. Cukup saling menyakiti, Mas! Kita selesaikan dengan cara yang lebih baik," imbuh Alisha, dengan masih dalam pelukan Ilham yang kemudian, perlahan mengusap kepala suaminya itu.
"Mas tidak bisa melakukannya, Sha. Mas takut, terus-terusan menyakiti hatimu," ujar Ilham dan Alisha semakin dibuat tidak tega kepada Ilham.
Dengan penuh kasih sayang, Alisha mengangkup wajah tampan di hadapannya itu, dengan kedua belah tangannya.
"Jangan seperti ini, aku tidak bisa melihat Mas dengan keadaan yang seperti ini. Mas harus tahu, rasa takut itu selalu menghampiri Mas karena rasa bersalah itu, maka hilangkanlah rasa itu dengan semampu Mas." Alih-alih Alisha menenangkan Ilham yang sedang kelut dengan pikirannya.
"Aku selalu menunggu kedatanganmu dengan cinta, Mas. Mau itu lama atau pun sebentar, aku akan tetap menunggunya," ucap Alisha yang langsung berlari ke arah kamar mandi.
"Alisha!" panggil Ilham dengan suara yang sedikit keras. Namun, Alisha tidak membalikkan tubuhnya, dan terus berlari sehingga terdengar bunyi pintu kamar mandi yang ditutup cukup keras.
Setelah menyadari bahwa istrinya itu sudah tidak ada lagi di hadapannya, dengan segera Ilham menghampiri kamar mandi itu.
"Alisha, buka pintunya. Mas masih ingin mengatakan sesuatu kepadamu, pembicaraan kita belum selesai," ujar Ilham yang mengetuk pintu kamar mandi dengan hati yang bingbang.
Hening, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam sana, tapi Ilham tidak menyerah, ia terus berusaha membuat Alisha kembali membuka pintunya.
"Alisha, Mas minta maaf ... sudah marahnya ya? Mas tidak bisa seperti ini," lirih Ilham masih dengan rasa bersalahnya yang amat dalam.
Ilham sudah berusaha membuat Alisha membukakan pintu kamar mandinya, tapi usahanya itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Maka dari itu, ia hanya tertunduk lesu di depan pintu kamar mandi, dan berharap Alisha kembali dengan memaafkannya.
Di rasa tidak lagi terdengar suara suaminya, Alisha terdiam sebentar sembari menatap pantulan wajahnya dari cermin yang ada di sana.
"Maafkan aku, Mas. Alisha tidak bisa menjadi Zahra, mungkin ini akhir dari kisah kita. Aku juga tidak mau menjadi penghalang Mas Ilham untuk mendapatkan cintanya Zahra kembali. Sudah cukup aku yang menderita dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan ini, tapi tidak dengan kamu, Mas," ucap Alisha. Ia masih menangis di dalam sana, dan Ilham sedang kebingungan dengan semua yang menimpanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
melia
Author masih membuat kita bingung sma si ilham..Jdi nya sma siapa sih..??galau q galau
2023-01-30
1
umi b4well (hiatus)
kacian bgt kmu al...
doaiin othor salah ketik al.biar dia buat kmu full senyum.
2023-01-27
2
Maulana ya_Rohman
apakah ilham gak punya celah hati sedikitpun🤧😢😢😢😭😭😭
2023-01-25
1