Zahra Nur Azizah adalah wanita yang sangat jarang ditemui karena, ia juga baru kembali dari kota. Zahra juga memilki paras yang cantik dan cerdas sehingga siapa pun yang melihatnya akan sangat kagum.
Tidak jarang juga, Zahra mendapatkan ungkapan cinta dari para laki-laki yang menyukainya. Namun, belum ada satu pun yang mampu membuat Zahra tertarik.
Delapan tahun yang lalu, Zahra dimasukan ke pesantren oleh ayahnya—Ustaz Hasan. Maka dari itu, Zahra baru kembali mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya lagi.
Selama delapan tahun di pesantren, Zahra sudah belajar banyak tetang ilmu agama. Untuk itu, Zahra tidak lagi merasa heran dengan lingkungan sekitar rumahnya yang sering dikelilingi banyak santri karena jarak rumahnya dekat dengan Pesantren Ar-Rasyid.
Dalam hidupnya, Zahra sudah pernah mencintai seorang laki-laki yang delapan tahun lalu, ia menyukainya dalam diam dan sampai sekarang perasaan cinta itu masih ada di dalam hatinya. Entah sampai kapan ia akan menyembunyikan perasaannya, tapi yang pasti Zahra tidak akan bisa untuk mengatakannya.
Terlepas dari itu, Zahra tidak pernah berpikir akan dipermukan kembali dengan pria yang sudah lama ia cintai. Sebuah debaran dari jantungnya yang mengatakan bahwa masih ada rasa cinta di dalam hatinya untuk laki-laki itu. Maka dari itu, ia merasa kembali lagi ke depan tahun yang lalu. Di mana Ilham yang sangat cerdas dan banyak yang menyukainya dapat berhasil membuat Zahra menyukainya, tapi tidak lama dari itu, ia pergi ke kota untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren karena permintaan dari ayahnya.
Mungkin saja Ilham tidak mengetahuinya, tapi Zahra tetap berangan saja karena menurutnya akan tidak mungkin untuk memiliki hati seorang ustaz yang sangat disukai oleh banyak orang.
Bagi Ilham, mungkin saja Zahra tidak ada dalam kehidupannya. Karena itu, Zahra hanya mencintainya dalam diam dan biarkan Allah SWT yang memutuskan, siapa laki-laki terbaik yang akan menemaninya.
Pada saat ini, Zahra tidak pernah menyangka bahwa Ustaz Ilham akan mengenalinya dari abinya sendiri. Namun, tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia akan bertemu lagi dengan Ilham dalam waktu yang cukup singkat.
Akan tetapi, Zahra berpikir bahwa itu hanyalah kebetulan. Untuk itu, ia hanya bisa tersenyum dan tidak terlalu berharap tinggi lagi.
"Zahra, barusan siapa yang datang?" tanya Ummi Hanum—umminya yang tiba-tiba berada di hadapan Zahra dan tengah mengulas senyum manis di bibirnya.
"Eh, Mi. Tadi itu Ustaz Ilham yang datang dan membawakan ini untuk Abi," jawab Zahra yang baru menyadari keberadaan umminya.
"Oh, kenapa tidak diajak masuk saja, Ra?" tanya Ummi Hanum yang kebetulan baru selesai melaksanakan salat duha sehingga yang membuka pintunya Zahra, bukan dirinya.
"Ustaz Ilhamnya keberu pergi, Mi. Jadi, Zahra tidak sempat mengajaknya untuk masuk ke dalam. Lagi pula, Ummi sedang ada di kamar dan Abi pergi ke luar sehingga tidak ada orang di dalam. Zahra takut akan menimbulkan fitnah karena telah lancang mengajak masuk laki-laki yang bukan mahram ke dalam rumah," jelas Zahra tanpa sedikit pun mengurangi alasannya.
Ummi Hanum mengulas senyuman. "Putri Ummi susah semakin pintar saja. Ya sudah, tidak apa-apa karena sekarang Ummi sudah paham."
"Alhamdulillah, Mi. Selama di pesantren Zahra sudah banyak mengenal ilmu agama sehingga ada sedikit yang Zahra ketahui," ujar Zahra sembari berjalan bersama Ummi Hanum dan duduk di kursi depan televisi.
"Alhamdulilah, Ummi juga sudah sangat kangen sama Zahra. Selama delapan tahun, Ummi tidak bertemu dengan Zahra, tapi sekarang Ummi sudah melihat putri Ummi yang tumbuh dewasa dengan pemikiran yang masya allah, luar biasa."
"Iya, Zahra juga kangen sama Ummi dan Abi. Ummi jangan sedih lagi, yah. Sekarang dan seterusnya, Zahra akan tetap bersama dengan Ummi dan Abi," balas Zahra dan ia pun meneluk Ummi Hanum dengan sangat erat.
Tidak hanya itu saja yang dibacakan, Ummi Hanum juga menanyakan semuanya kepada Zahra. Dari mulai kehidupannya di pesantren, pelajaran, dan sebagainya.
Waktu delapan itu tidaklah singkat, melainkan sangat lama dan wajar jika Ummi Hanum merindukan putrinya. Begitu pula dengan Ustaz Hasan yang juga sangat merindukan putrinya, dengan begitu Zahra pulang ke rumahnya karena telah selesai menempuh ilmu di pesantren pamannya yang ada di kota.
Jadi, selama di pesantren. Zahra di urus oleh pamannya sehingga Ummi Hanum dan Ustaz Hasan tidak khawatir dengan putrinya yang tinggal lama di pesantren.
***
Di dalam kamar, Ilham mulai memikirkan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya. Ilham mulai merasakan sebuah keanehan yang tiba-tiba saja, membuatnya menyukai wanita yang ia lihat di Masjid Al-Ikhlas, satu minggu yang lalu.
Namun, sekarang Ilham tahu alasan dari dirinya yang sering kali memikirkan Zahra. Itu semua terjadi karena Ilham sudah mulai menyukai Zahra dan dalam sekejap merasakan hal yang sangat aneh.
Akan tetapi, Ilham tidak tahu harus bagaimana karena ia tidak mengetahui bahwa wanita itu juga sudah lebih dulu mencintainya. Ilham menyukai Zahra bukan hanya karena wajahnya yang cantik, tapi akhlaknya yang baik dan ramah sehingga membuatnya merasa ada yang spesial dari dalam diri seorang Zahra.
"Dek, Abi menunggumu di ruang tamu," ucap Ahmad yang berhasil membuat Ilham tersadar dari lamunannya.
"Untuk apa?" tanya Ilham karena tidak biasanya abi begitu.
"Kakak tidak tahu. Temui Abi saja dulu, nanti juga tahu," jawab Ahmad dan Ilham pun menuruti perkataan kakaknya.
Ilham pun beranjak dari tempat tidurnya dan segera menemui Abi Zaenal, ia merasa akan ada sesuatu yang mungkin sangat penting sehingga abinya memintanya untuk bertemu.
Setelah itu, Ilham duduk di samping Abi Zaenal dan mulai bertanya, "Bi, ada perlu apa memanggil Ilham ke sini?" tanya Ilham dengan wajah yang serius.
"Abi ingin membicarakan hal yang serius dengan Ilham," jawab Abi Zaenal yang kini menatap wajah putrinya dengan sangat dalam.
"Apa itu, Bi?" Ilham kembali bertanya kepada abinya.
"Sekarang umur Ilham sudah berapa tahun?" Abi Zaenal malah balik bertanya kepada putranya.
Ilham mengerutkan keningnya karena merasa heran. "Kalau enggak salah, umur Ilham 28 tahun, Bi."
"Sahabat Abi mempunyai seorang putri yang sudah berusia 24 tahun, ia anak yang cantik dan insya allah salihah. Namanya Alisa, pasti Ilham sudah tahu dengannya," tutur Abi Zaenal yang membuat Ilham menganggukan kepalanya.
"Iya, Bi. Dia santri perempuan yang juga menuntut ilmu di sini, dia juga merupakan anak dari pemilik Pesantren Darussalam di Palembang," jawab Ilham yang mengetahui sedikit tentang wanita yang bernama Alisha itu.
"Abi ingin menjodohkanmu dengan Alisha karena dia sudah cukup untuk menikah sehingga Abi memilihnya untukmu," ucap Abi Zaenal dan membuat Ilham menatapnya dengan tidak percaya dan entah kenapa itu bisa terjadi.
.
.
.
Ayo, bagaimana reaksi Ilham setelah abinya bicara begitu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nm@
Wanita lain, saya pikir Zahra yg diajukan oleh Abi Zainal
2023-05-19
1
Xu Hana
yah seperti diriku cerdasnya
2023-04-08
1
𝐙⃝🦜ᴬᴸ❣️ᶠᴬ☠ᵏᵋᶜᶟ𒈒⃟ʟʙᴄ
selama itu tak pulang kah waktu liburan 🤔🤔🤔
2023-02-19
1