Keadaan menjadi runyam, seakan ada sebuah kejadian yang sangat sulit dipercaya. Ilham terjebak di antara kenyataan dan ketidak berdayaan sehingga membuatnya tidak bisa melakukan apa pun lagi.
Begitu pula dengan Zahra, ia terlihat begitu tidak berdaya. Harapannya seakan runtuh begitu saja, hatinya seakan tertusuk dengan kenyataan ini. Maka dari itu, Zahra tidak mampu lagi mengatakan sepatah kata pun. Cukup hatinya saja yang rapuh, tapi tidak dengan raganya yang harus kuat.
"Alisha, selamat yah atas pernikahan kamu dan Ustaz Ilham semoga samawa. Maaf, Zahra baru mengetahuinya sekarang," tutur Zahra sembari menatap wajah Alisha yang berada di dalam pelukannya.
Alisha hanya diam, sedangkan Ilham menatap wajah Zahra dengan sendu. Entah kenapa, perkataan yang diucapkan oleh Zahra seakan menjadi sebuah kata yang sangat menyakiti hatinya. Saking cintanya Ilham, ia sampai bisa merasakan kesedihan dari sorot mata wanita yang dicintainya.
Oleh karena itu, Zahra berusaha sebaik mungkin untuk menghilangkan rasa sedihnya dengan tersenyum karena ia tahu, hatinya terluka, tapi tidak dengan raganya yang masih kuat untuk menerima semua kenyataan ini.
Maka dari itu, Zahra hanya menatap wajah Alisha soraya menenangkannya dari semua keterpurukan yang dialami oleh sepupunya itu.
"Abi, bolehkah Zahra berbincang dengan Alisha di tempat lain?" tanya Zahra kepada Ustaz Hasan.
"Boleh, kayaknya Alisha juga butuh ketenangan."
Dengan begitu, Zahra langsung saja menganggukan kepalanya soranya berjalan pergi, meninggalkan kumpulan keluarga bersama dengan Alisha, sedangkan Ilham hanya menatap kepergian kedua perempuan itu dengan rasa yang tidak menentu.
Sesampainya Zahra di kamar sepupunya itu. Namun, tiba-tiba saja Alisha memuluknya kembali dan membuatnya menjadi heran.
"Alisha, kamu kenapa? Coba ceritakan semuanya kepada Zahra," ucap Zahra yang membuat Alisha menatapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Zahra, a--aku tidak tahu harus bagaimana, tapi semua ini sangat membuatku tidak berdaya."
Zahra diam, ia sedikit tidak mengerti oleh maksud dari perkataan Alisha itu.
"Bolehkah, aku menceritakannya kepadamu, Ra? Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi."
"Ceritakan saja dan katakan apa yang terjadi sehingga membuatmu menjadi seperti ini?" tanya Zahra sembari mengajak Alisha untuk duduk dan membicarakannya dengan hati yang tenang.
"Zahra, aku tidak tahu. Rasanya hati ini sulit untuk diajak berbicara," ucap Alisha, ia juga tidak tahu apa yang dirasakannya sehingga sulit untuk menceritakannya.
"Lulu, kenapa kamu bisa sampai menangis begini?"
"Ayahku, Ra. Dia sudah pergi meninggalkan aku dan Ibu," ujar Alisha, ia tidak bisa mengatakan bahwa pernikahannya dengan Ilham itu berjalan tanpa landasan cinta.
"Aku tidak bisa mengatakan apa pun kepadamu karena aku tidak tahu perasaan kamu saat ini, tapi aku yakin. Kamu pasti bisa melewatinya dengan baik. Lagi pula, sekarang kamu sudah menikah. Maka dari itu, suamimu akan selalu membuat Alisha bahagia," ucap Zahra sembari tersenyum walaupun hatinya sangat sakit mengatakan itu.
"Terima kasih, Ra. Aku tidak tahu harus bilang apa lagi sama kamu, sampai detik ini kamu selalu memberikan saran yang baik."
Zahra kembali tersenyum dan menatap wajah Alisha dalam. "Percayalah semua yang terjadi kepadamu itu sudah takdir dari Allah, dan yakinlah di balik kejadian ini. Allah telah memberikan yang terbaik untukmu," kata Zahra soraya menguatkan Alisha karena tidak baik jika terus merasa kehilangan.
"Iya, Ra. Aku akan berusaha untuk tetap bersabar dan ikhlas," balas Zahra sembari memeluk Zahra kembali sehingga membuat Zahra tersenyum.
Setelah itu, Zahra dan Alisha kembali menemui keluarganya yang sedang berkumpul di ruang tamu bersama dengan Ilham.
Maka dari itu, Ilham yang menyadari kedatangan istrinya dan Zahra, lantas menoleh dan melihat kepada Zahra sehingga kedua mata mereka kembali beradu. Dengan begitu, tidak ada kata yang bisa Ilham ucapakan hanya sorot matanya saja yang bisa memperlihatkan kegundahan dan kerapuhan hatinya itu.
"Rahma, itu Zahra sudah kembali. Maka dari itu, kami mau pulang sekarang. Terima kasih atas sambutannya dan maaf, kami hanya merepotkan saja," ucap Ustaz Hasan sehingga membuat Ibu Rahma menoleh ke arah Zahra dan putrinya.
"Loh, kok cepat sekali pulangnya? Padahal kita baru ketemu lagi, apalagi dengan Zahra yang baru kali ini aku melihatnya kembali," ujar Ibu Rahma yang kini sudah lebih baik sehingga tidak berlarut-larut sedihnya.
"Iya, lain kali kami berkunjung kembali. Maaf, aku baru tahu sekarang dan setelah dari sini, kami akan mengunjungi kuburan Kakakku dulu."
"Baiklah, tapi jangan lupa lain kali datang lagi ke sini, Tante masih kangen sama Zahra," kata Ibu Rahma sembari melihat kepada Zahra.
Zahra hanya tersenyum, sedangkan Ilham terlihat sangat kebingungan. Di saat Ustaz Hasan mengatakan Kiai Saleh adalah kakaknya, berarti Zahra adalah sepupu dari istrinya yang tidak lain adalah Alisha.
Kondisi menjadi sangat tegang, kali ini karena Ilham sudah mengetahui hubungan Zahra dan istrinya. Belum cukup dengan kedatangan Zahra yang membuatnya merasa sangat tidak berdaya, ditambah lagi dengan hubungan keluarga istrinya dan keluarga Alisha yang membuat Ilham tidak pernah bisa untuk menyadarinya.
Untuk itu, Ilham hanya bisa menatap Zahra sebelum ia pergi karena tidak mungkin juga Ilham mengatakan semuanya kepada Zahra. Bagi Ilham, melihat wajah Zahra saja sudah sangat menggetarkan hatinya dan Ilham juga tahu, semua yang dilakukannya ini sudah sangat salah.
"Zahra, aku tahu dari sorot matamu itu ada sebuah kata yang mewaki isi hatimu, tapi kamu tidak bisa mengatakannya sehingga hanya ini yang bisa kamu lakukan," ucap Ilham di dalam hatinya.
Dengan begitu, Zahra juga menatap wajah Ilham sekilas dan pergi dari rumah Alisha.
"Terkadang mengikhlaskan seorang yang dicintai demi kebahagiaanya, lebih baik dibandingkan dengan memaksakan kehendak yang sudah sangat melanggar hukum dalam mencintai. Jika memang ikhlas adalah jalan terbaiknya, maka untuk apa memilih jalan lain? Sedangkan semua itu sudah tidak dapat lagi untuk digapai," batin' Zahra berucap sembari melangkahkan kakinya ke luar dari rumah Alisha.
Setelah kepergian Zahra dan keluarganya dari rumah Alisha, Ilham hanya termenung dan kembali memikirkan perasaan Zahra yang dirinya saja tidak tahu bagaimana.
"Ilham, sekarang kamu makan dulu bersama Alisha. Ibu tadi sudah menyiapkannya," ujar Ibu Rahma dan Ilham baru tersadar dari lamunannya.
"Iya, Bu. Terima kasih," jawab Ilham sembari tersenyum, sedangkan Alisha hanya diam saja.
Diamnya Alisha bukan sekedar diam, ia ternyata sedang melihat suaminya yang selama satu hari dari pernikahannya hanya termenung, terlebih sering merenung sampai-sampai membuat Alisha tidak mengerti dengan sikap suaminya.
Namun, Alisha tetap menjalani kewajibannya sebagai seorang istri yang baik bagi suaminya. Meskipun begitu, di dalam hati suaminya belum tertulis namanya. Akan tetapi, Alisha tidak pernah mempermasalahkan itu dan tidak menuntut apa pun dari suaminya karena ia tahu, dalam mencintai itu perlu proses dan itu tidak mudah seperti membalikan telapak tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
akan bagus kalau pakai dialog tag reaksi atau jawaban. 'jawab Aaa.'
2023-02-07
1
Pink Blossom
betul🙂
2023-01-25
2
Maulana ya_Rohman
gak bisa ber kata².... 🤧😭😭😭
2022-12-29
3