Sesampainya Yasif di rumah, ia langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur yang ada di kamarnya. Pandangannya tertuju kepada langit-langit kamar, seketika terbersit wajah seorang gadis yang sangat cantik dan anggun. Wajahnya itu terus menghantui pikirannya, setelah pulang dari rumah Ustaz Hasan.
Baru kali ini Yafiq melihat seorang wanita cantik yang sudah menjadi kriterianya. Walaupun demikian, ia tidak pernah mengenalinya. Namun, sosoknya sangat sempurna.
Wanita yang dimaksud oleh Yafiq itu, tidak lain ialah Zahra. Tidak perlu diragukan lagi kemampuannya, bahkan untuk mengetahui namanya saja sudah membuatnya sangat bahagia.
"Hanya namamu yang aku tahu, Zahra Nur Azizah. Laki-laki mana pun yang melihatmu, pasti ingin memilikinya," gumam Yafiq sembari membayangkan wanita itu.
"Bahkan, aku saja yang pertama kali melihatnya sangat terpesona. Andai saja, kalau aku benar-benar bisa mendapatkannya, maka aku akan merasa sangat beruntung." Yafiq masih memuji kesederhanaan Zahra.
Namun, tidak lama dari itu. Ia teringat akan sesuatu, tadi itu Zahra bersedia memberikan nomor teleponnya. Dengan begitu, Yafiq pun segera mengambil ponselnya dan mengetik nama Zahra.
Yafiq pun tersenyum seketika, setelah menemukan nomor yang dicarinya. Lantas, ia pun langsung mengetikan pesan untuk Zahra.
"Assalamualaikum, Zahra. Aku Yafiq." Pesan itu pun terkirim ke nomor ponsel Zahra.
"Ting!" Notifikasi pesan dari ponsel Zahra telah bersuara.
Lantas, Zahra pun membuka pesan yang masuk ke dalam hendphone-nya. Di sana tertera sebuah nomor yang tidak dikenal olehnya. Namun, setelah ia membuka pesan itu, barulah ia mengetahui pemilik nomor tersebut.
"Wa'alaikumsalam," balas Zahra singkat.
"Zahra, bolehkah aku menanyakan sesuatu kepadamu?" tanya Yafiq dengan hati-hati.
"Boleh saja, Kak. Emangnya, apa yang ingin ditanyakan?"
"Apa Adek tidak pernah pacaran sebelumnya?"
"Selama ini tidak, tapi kalau sekedar suka, pernah," jawab Zahra.
"Maaf, sebelumnya. Apa Adek masih ada perasaan dengan laki-laki lain, selain aku?"
"Sebetulnya ini parivasi bagiku, tapi karena Kak Yafiq sudah terhubung dengan aku dan keluargaku, maka saya akan mengatakannya. Untuk saat ini, memang saya masih menyimpan perasaan terhadap orang lain, tapi perasaan itu akan hilang seiring berjalannya waktu."
Zahra mengatakan yang sejujurnya kepada Yafiq, dan hal itu sangat membuatnya terkejut. Namun, ia tidak mengatakan apa pun lagi karena bagaimanapun, semua orang pasti memiliki masa lalu. Dan mau sepahit apa pun masa lalu itu, ia akan tetap menerimanya.
"Baiklah, terima kasih atas pengertiannya. Dan apa boleh kita bertemu besok?" tanya Yafiq dengan was-was.
"Boleh saja, tapi tidak akan berdua. Akan ada yang menemani kita pada proses pengenalan ini," balas kembali Zahra.
"Baiklah. Besok aku akan datang ke rumahmu. Selamat malam, assalamualaikum." Pesan terakhir yang dikirimkan oleh Yafiq kepada Zahra.
Setelah pembicaraan itu selesai, Zahra pun terdiam dan memikirkan semua hal yang sangat menggangu pikirannya. Dan pada malam harinya, ia pun melaksanakan salat tahajud sembari berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
***
Pukul sepuluh siang, Yafiq sudah berada di rumah Zahra, ia terlihat sedang duduk di kursi bersama dengan Zahra, dengan saling berhadapan dan Ummi Hanum yang menjadi penjaga di antara keduanya.
Yafiq sedikit malu dan tidak enak jika bersama dengan Ummi Hanum. Namun, itu perlu dilakukan karena tidak baik berduaan dengan seseorang yang bukan mahramnya.
"Zahra, aku ingin mengenalmu dengan lebih jauh lagi. Mungkin, hanya sekedar menyapa dan berbincang mengenai kehidupan," ucap Yafiq dengan serius.
Zahra pun menatap umminya sekilas dan Ummi Hanum hanya tersenyum saja.
"Seperti kataku kemarin, aku ingin mengenalmu dulu. Namun, cara kita saling mengenal sudah aku jelaskan semalam. Di antara kita harus ada orang yang menemani dan tidak saling berduaan. Seperti sekarang, Ummiku yang menemani kita," kata Zahra seraya memperjelas ucapannya.
"Aku sudah tahu itu, maka kita buat aja grup yang di mana isinya Ummi, Zahra, dan aku. Dengan begitu, di antara kita ada yang memerhatikan walaupun dalam hendphone," ujar Yafiq dan Ummi Hanum menyetujuinya.
"Ummi setuju dengan saran dari Nak Yafiq," ucap Ummi Hanum dan saran itu sudah disetujui juga oleh Zahra.
"Iya, Ummi." Zahra hanya mengikuti saran yang tebaik saja.
Setelah semuanya menyetujui saran dari Yafiq itu, lantas Yafiq pun segera membuat grup di hendphone-nya. Selama itu berlangsung, maka Zahra tidak bisa melakukan apa pun karena ia juga yang sudah menyetujui ajakan taaruf Yafiq.
"Zahra, mungkin aku mengatakan ini kepadamu dengan jujur, tapi entah kamu akan menganggapnya seperti apa. Saya hanyalah laki-laki biasa yang ingin mendapatkan pendamping yang baik, walaupun saya sendiri bukanlah seorang Ustaz atau pun Hafid Qur'an. Saya juga sadar bahwa, diri ini tidak pantas mendapatkan wanita yang solehah, tapi Insya Allah. Aku akan berusaha menjadi imam serta suami yang baik bagimu." Yafiq mengungkapkan semua tentang dirinya kepada Zahra.
Mendengar semua itu, Zahra hanya terdiam. Namun, tidak lama dari itu. Ia mengucapkan sesuatu.
"Aku juga tidak sebaik yang kamu kira, mungkin jauh dari angananmu. Maka dari itu, untuk sekarang, aku tidak bisa memberikan harapan yang pasti kepadamu, tapi jika kita memang berjodoh, maka aku sendiri saja tidak berhak untuk menentangnya."
Yafiq tersenyum mendengarkan ucapan dari Zahra. Wanita seperti inilah yang menjadi idamannya, Zahra tidak sama sekali memberikan harapan lebih dan tidak menghindarinya. Dia bisa menyeimbangkan perasaan seseorang, karena jika taaruf ini bisa berlangsung ke jenjang pernikahan. Itu akan membuatnya bahagia, tapi jika semua itu tidak terjadi, maka hanya akan memberikan sakit. Maka dari itu, Zahra tidak mau itu terjadi.
"Aku juga tidak berharap lebih, tapi menjalaninya lebih dulu, sudah cukup bagiku untuk mengenal calon istriku." Yafiq tersenyum simpul, seakan perkataannya itu merujuk kepada Zahra.
Ummi Hanum diam-diam teseyum lucu melihat interaksi antara putrinya dengan Yafiq yang sangat tegang, tidak seperti pasangan lainya. Wajar juga jika itu terjadi karena keduanya masih saling mengenal dan belum mengenal jauh satu sama lain, maka cara bicaranya juga tidak akan sama dengan pasangan yang sudah saling mengenal.
"Zahra harap semua perkataan yang tadi Kak Yafiq katakan, itu benar-benar dari dalam diri, tidak hanya karangan semata."
Yafiq terdiam mendengar perkataan yang baru saja Zahra lontarkan kepadanya. "Tidak perlu mengarang kata untuk mengungkap kebenaran, cukup dengan kejujuran dan tidak dilebih-lebihkan sudah jauh dari kata sempurna," balas Yafiq dengan santainya.
Kali ini Zahra yang terdiam oleh kata-kata dari Yafiq, tapi ia belum bisa mempercayainya dengan sepenuhnya. Ia tahu bahwa Yafiq sudah lebih dulu mencerminkan sikapnya yang berbeda dari laki-laki lain, di dalam diri seorang Yafiq sudah terdapat tekad yang kuat dan itu tidak mudah untuk diabaikan.
Meskipun begitu, Zahra belum mencintainya, tapi dilihat dari cara penuturan katanya, sudah dapat dipercaya. Dengan begitu, kedua orangtuanya menyukainya.
.
.
.
Assalamualaikum.
Apa ada yang rindu?😊
Jangan lupa Like dan Komentarnya yah, semua itu sangat berarti bagi Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔🍾⃝𝚀ͩuᷞεͧεᷠnͣ
Wah.. ta'aruf ya ini ceritanya, Keren kaka ohor, aku suka kisah yg berbau islami😊
2023-01-12
3
Irma Kirana
Lina kenapa gak update update 🤧🤧
2023-01-10
1
Mom La - La
next thor
2022-12-31
1