Pada pukul sembilan pagi, Zahra di ajak oleh Ibu Rahma untuk mengelilingi Pesantren Darussalam dan melihat isi ruangan yang nantinya harus Zahra ketahui. Meskipun begitu, Zahra sudah mengetahui seluk-beluk tempatnya, tapi itu dulu waktu ia masih kecil dan sekarang ia sudah sedikit lupa akan tempatnya.
Tiba-tiba saja, Ibu Rahma membawa Zahra kepada para santri dan memperkenalkan Zahra. Itu juga kepada santriwati karena di sana dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Maka dari itu, Zahra hanya akan mengajar santriwati saja, sedangkan santri laki-lakinya akan diajarkan oleh Ilham.
Dengan begitu, Ilham akan sering berkomunikasi dengan Zahra walaupun berusaha menolaknya. Akan tetapi, itu tidak mungkin bisa. Ingin sekali Zahra menghindarinya, tapi ia tidak bisa karena ia terhubung dengan pesan dari pamannya.
"Assalamualaikum, pagi semuanya. Ibu ingin mengenalkan keponakan Ibu ini," ucap Ibu Rahma sembari memperkenalkan Zahra kepada santriwati.
"Wa'alaikumsalam, Bu." Para santri yang di sana menjawab salam dari Ibu Rahma.
Terlihat dari mereka, ada yang saling berbisik-bisik menilai Zahra. Dan ada juga yang mengagumi wanita cantik itu.
"Kakak cantik, kalau boleh tahu siapa namanya?" tanya salah satu dari santriwati yang terbilang ceria.
"Eh, iya. Nama Kakak, Zahra Nur Azizah. Kalian boleh memanggilnya dengan nama Zahra saja," jawab Zahra sembari tersenyum kepada semua orang yang berada di sana.
"Jadi, nama Kakak Cantik, Kak Zahra yah. Cantik banget kayak orangnya," celetuk Dina—salah satu santriwati yang terkenal dengan kecentilannya.
Zahra pun tersenyum dengan perkataan gadis itu. "Alhamdulillah, terima kasih," ucap Zahra yang disertai dengan senyuman manisnya.
"Nah, Kak Zahra ini akan membantu Ibu mengajar kalian. Begitu pula dengan putri Ibu—Alisha, dia juga akan ikut mengajar di sini. Jadi, kalian harus bisa menghormatinya seperti guru walaupun usianya masih pada muda, mungkin juga seumuran. Meskipun begitu, Kak Zahra akan berusaha mengajari kalian dengan sangat baik," ucap Ibu Rahma dan para santriwati hanya menganggukkan kepalanya saja.
"Baik, sekarang Zahra, kamu bisa berkenalan dulu dengan mereka. Ibu tinggal dulu sebentar," ucap Ibu Rahma kepada Zahra.
"Iya, Bi," balas Zahra yang langsung mendekati santriwati dan berusaha membiasakan diri dengan mereka.
"Kak Zahra," panggil Dina yang terlihat begitu tertarik akan kepribadian Zahra yang terlihat anggun.
"Iya, ada apa?" balas Zahra dengan ramah.
"Kakak tinggal di mana? Kok aku baru lihat Kak Zahra di sini," tanya Dina dengan begitu penasaran.
Zahra tersenyum. "Kakak tinggal di Bandung, kalau kamu namanya siapa?" tanya Zahra.
"Aku Dina, Kak. Kayaknya kita seumuran deh," jawab Dina sembari mengira-ngira usia Zahra.
"Sepertinya iya." Zahra tersenyum karena memang Dina orangnya ceria sehingga membuat dirinya nyaman berada di dekat Dina.
"Apa Kak Zahra sudah menikah?" tanya Dina kembali.
"Belum," jawab Zahra sembari tersenyum lembut.
"Oh, kirain aku sudah menikah. Maaf, yah. Lagian Kak Zahra cantik, makannya aku mengira Kak Zahra sudah berumah tangga karena mau mengajar di sini," ujar Dina dengan wajah yang sama. Selalu ceria dan penasaran.
"Kamu juga cantik, Dina. Imut lagi," ucap Zahra yang terlihat begitu gemas dengan tingkah laku Dina.
Meskipun begitu, Dina sudah seumuran dengannya, tetapi sifatnya masih sama seperti anak remaja yang menggemaskan.
"Kak Zahra bisa saja, aku jadi malu deh," ujar Dina yang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Zahra dibuat kembali tersenyum, bahkan tertawa setelah melihat tingkah Dina itu.
"Kak Zahra, jangan heran yah dengan sikap Dina. Dia itu memang kayak gitu orangnya, menggemaskan," ucap Nadiya—teman dekat Dina.
"Iya, aku sudah tahu kok. Emang dia menggemaskan sekali," balas Zahra sembari melihat kepada Dina.
"Dina, sudah jangan begitu. Malu tahu sama Ustazah cantik kita," kata Nadiya yang mulai mendekati temannya.
"Eh, iya. Maaf Ustazah Zahra," ucap Dina sembari cengengesan.
"Tidak papa, lagian kamu bisa menghibur juga. Pasti teman-teman di sini juga suka sama kamu," ucap Zahra dan Dina mengangguk percaya diri.
Dengan tingkah laku Dina, Zahra sudah sedikit mengenal santriwati di sana, lewat dari perantara Dina yang sangat lucu.
Tidak lama dari itu, Alisha juga ikut bergabung bersama dengan Zahra karena ia baru mengantarkan suaminya ke aula utama yang tempatnya begitu luas. Dan di sana Ilham akan mengajar santri laki-laki. Namun, dikarenakan Alisha perempuan, maka ia hanya mengantarkannya ke depan aula saja. dan Ilham melanjutkan jalannya sendiri.
"Assalamualaikum, ada apa ini rame-rame?" tanya Alisha yang tiba-tiba saja sudah berada di belakang Zahra.
"Eh, Ustazah Alisha. Ini ada Kakak cantik," ujar Dina mendahului Zahra.
"Siapa? Zahra maksudnya?" Alisha nampak kebingungan.
"Iya, Ustazah Alisha. Dia cantik, ramah, baik, dan tidak sombong," lontar Dina yang selalu banyak bicara.
Lantas dengan begitu, Alisha tersenyum menatap wajah sepupunya.
"Alisha jangan ditangkapi yah, Dina hanya becanda," senggah Zahra yang sedikit malu.
"Enggak papa kok. Lagi pula, apa yang dikatakan oleh Dina itu benar. Kamu memang cantik, Zahra." Alisha malah membenarkan ucapan dari Dina tadi.
"Alhamdulillah, semua wanita juga cantik," balas Zahra dengan sedikit tertawa.
Dengan begitu, semua orang yang ada di sana ikut tertawa. Begitu pula dengan Alisha, ia ikut berbincang bersama sambil saling mengenal.
Zahra orangnya sangat ramah, maka dengan mudah ia dapat dekat dengan siapa saja. Maka dari itu, tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Dan sesaat kemudian, Zahra mulai mengajari santriwati di sana. Meskipun begitu, ia masih muda. Akan tetapi, ilmunya sudah bisa dikembangkan dan diberikan kepada santriwati.
Walaupun demikian, di antara santriwati yang ada. Dina lah yang selalu bertanya dan tidak malu lagi kepada Zahra, lain halnya dengan Nadiya yang hanya diam, tetapi mudah paham sehingga tidak menyulitkan siapa pun.
Tidak lama dari semenjak kedatangan Zahra ke rumah Alisha, beritanya sudah menyebar dari kalangan para santri, bahkan tidak jarang laki-laki yang ingin mengenal Zahra. Namun, Zahra tidak pernah menanggapinya dan hanya fokus mengajar saja.
Untuk itu, Ilham juga sering mendengar pembicaraan para santrinya yang sering kali membicarakan tentang Zahra. Dengan begitu, Ilham sedikit merasa tidak suka. Bagaimanapun juga, Zahra merupakan cintanya yang gagal dia perjuangkan sehingga membawanya ke dalam sebuah hubungan yang sangat membingungkan.
Maka dari itu, Ilham hanya bisa menerimanya begitu saja. Dan dia juga tidak berhak melarang Zahra untuk dekat dengan siapa pun karena Ilham bukanlah siapa-siapa. Namun, tanpa di sadari olehnya, Zahra sudah menyimpan rasa terhadapnya.
Maka dari itu, Zahra belum bisa membuka hati untuk siapa pun itu karena di dalam hatinya masih bertahta rapih nama laki-laki yang amat dicintainya. Namun, sekarang semua itu sudah musnah dan tidak ada lagi yang bisa diharapkan.
.
.
Assalamualaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
mampir juga kekaryaku y thot
2023-01-07
2
Maulana ya_Rohman
Wa'alaikumsalam...... 🤪
gak bisa comen🤐🤐🤐🤐🤐🤐
2022-12-29
1