Muhasabah Cinta Ilham & Zahra
Pesantren Ar-Rasyid merupakan pesantren yang Abi Zaenal dirikan dan sudah mulai berkembang pesat. Tidak lupa juga dengan anak-anaknya yang juga diajarkan agama dengan sangat baik. Maka dari itu, putra-putrinya tumbuh dan berkembang dengan didikan yang sangat baik.
Bukan hanya itu saja, Ahmad—anak pertamanya juga sudah mengajar di pesantren dan Ilham juga di tunjuk oleh Abi Zaenal untuk ikut mengajar dan mengurus pesantren. Namun, dari keempat anak Abi Zaenal hanya satu yang belum menikah. Ia adalah Muhamad Ilham Abidin—anak kedua dari Abi Zaenal dan Ummi Siti.
Bahkan Ilham sudah keduluan oleh kedua adiknya, Almaira dan Fatimah yang sudah berumah tangga, sedangkan ia masih saja belum menikah di usianya yang sudah beranjak 28 tahun ini.
Ilham juga mempunyai karakter yang sedikit unik. Ketika bersama keluarganya, Ilham bersikap sangat ramah dan perhatian. Namun, lain lagi jika sudah dengan orang yang bukan termasuk keluarga baginya. Sikapnya berubah menjadi cuek dan tegas.
Jangan lupakan, Ilham juga mempunyai paras yang tampan sehingga wanita yang melihatnya akan langsung terpesona dan ingin mendekatinya. Selain tampan, ia juga sudah memiliki bekal ilmu yang cukup dan menjadi ustaz di pesantren abinya sendiri.
***
Pada sore hari, Ilham baru saja pulang mengajar santri dan akan pergi ke masjid untuk melaksanakan salat ashar. Di perjalanannya ke masjid yang masih berada di kawasan pesantren, para santri perempuan seringkali melihat Ilham dengan kagum.
Tidak heran lagi jika itu terjadi karena sedari dulu sudah banyak wanita yang menyukai Ilham. Namun, belum ada yang berani mendekatinya karena Ilham bukan hanya seorang ustaz, tapi juga anak dari pemilik Pesantren Ar-Rasyid.
Dalam perjalanan ke masjid, Ilham malah mengurungkan niatnya karena tiba-tiba saja seseorang memanggilnya dari arah belakang.
"Ustaz Ilham!" teriak santri laki-laki yang sedang berjalan menghampirinya.
"Iya, ada apa?" tanya Ilham di saat santri laki-laki itu telah sampai di hadapannya.
"Kata Kiai, Ustaz di suruh pergi ke Masjid Al-Ikhlas untuk memberikan ini kepada Ustaz Hasan," jelas Doni—santri laki-laki itu.
"Baiklah, saya akan segera ke sana. Kamu bisa pergi duluan ke masjid. Biar saya salat di masjid Al-Ikhlas saja," ujar Ilham dan Doni langsung saja mengangguk, menuruti ucapan pengajarnya.
Dengan begitu, langsung saja Ilham pergi ke Masjid Al-Ikhlas yang tidak jauh dari pesantren sehingga, ia hanya jalan kaki saja.
Sesampainya Ilham di Masjid Al-Ikhlas, tanpa menunggu lama lagi. Ilham mengambil wudhu dan salat di masjid tersebut. Setelah itu, ia menghampiri ustaz Hasan dan memberikan amplop yang diminta untuk diberikan kepada ustaz itu.
Para jamaah sudah pada pulang ke rumahnya masing-masing sehingga masjid menjadi sepi dan Ilham juga pamit pulang kepada Ustaz Hasan. Namun, di saat melewati pembatas antara jamaah laki-laki dan perempuan. Tidak sengaja, Ilham mendengar suara seorang wanita yang sedang membaca al-qur'an dengan sangat merdu.
Karena itu, Ilham merasa tertarik dan mencoba melihat sosok wanita tersebut. Di saat, ia melihat pemilik suara merdu itu. Tiba-tiba saja, hatinya berdebar seakan kagum dan terpesona dengan wanita yang dilihatnya itu.
"Masya Allah, suaranya indah dan merdu sama seperti wajahnya yang juga cantik," gumam Ilham. Tanpa disadari olehnya, ia telah mengagumi wanita itu.
"Astaghfirullahaladzim, itu tidak boleh!" Ilham nampak menyadari perkataannya dan segera meninggalkan masjid itu.
Di perjalanan pulang, Ilham masih saja teringat dengan wanita itu. Seakan kejadian itu sudah tersimpan di memori ingatannya. Oleh karena itu, Ilham tidak bisa melupakannya.
***
Satu minggu dari semenjak kejadian tersebut, Ilham masih saja belum bisa melupakan wanita pemilik suara merdu itu yang entah kenapa terus menghantuinya. Dan tanpa di sengaja, Ilham dipertemukan kembali dengan wanita itu di majelis ilmu yang diadakan oleh Pesantren Ar-Rasyid dan dia datang ke pesantren bersama Ustaz Hasan.
Dari situlah, Ilham semakin penasaran dengannya. Setelah selesai pengajian yang diselenggarakan oleh Pesantren Ar-Rasyid. Kebetulan sekali, Ustaz Hasan memperkenalkan wanita yang datang bersamanya kepada Abi Zaenal dan Ilham juga berada di sana sehingga, ia dapat mengetahuinya.
"Itu yang datang bersama Ustaz siapa?" tanya Abi Zaenal karena penasaran dengan gadis cantik yang datang bersama Ustaz Hasan.
"Oh, iya aku sampai lupa ingin memperkenalkannya," ujar Ustaz Hasan dan segera mengenakannya kepada Abi Zaenal. "Perkenalkan, ini Zahra. Dia putriku yang baru pulang dari kota."
"Pantas saja aku tidak mengenalinya, ternyata dia putri Ustaz yang sedari kecil di pesantrenkan di kota," kata Abi Zaenal yang mulai mengingat kembali putri dari Ustaz Hasan.
"Betul sekali," balas Ustaz Hasan sembari tersenyum, sedangkan Zahra—putrinya hanya menunduk dan tidak berani menatap siapa pun karena di sana ada Ilham dan yang lainnya.
Untuk itu, Ilham menjadi tahu nama dari wanita itu yang kerap membuatnya tidak bisa melupakan suaranya. Apalagi wajahnya yang sudah pasti membuatnya terpesona.
Akan tetapi, Ustaz Hasan dan putrinya tidak terlalu lama berada di rumahnya, karena Ustaz Hasan memiliki urusan lain yang harus segera dilakukan.
"Ilham, makanan untuk para tamu sudah disiapkan?" tanya Abi Zaenal yang membuat Ilham tersadar dari lamunannya.
"Sudah, Bi. Kalau masih kurang, bisa ngambil lagi di dapur," jawab Ilham sembari melihat kepada orang-orang yang mulai meninggalkan kawasan pesantren, itu juga selain santri.
"Alhamdulillah. Ya sudah, Abi masuk dulu ke dalam dulu," ujar Abi Zaenal dan mendapatkan anggukan dari Ilham.
"Ilham, tolong bantu Kakak," ucap Ahmad yang tiba-tiba saja datang menghampirinya.
"Tolong anterin ini ke rumah Ustaz Hasan, tadi Kakak lupa berikan kepadanya karena terlalu sibuk."
Mendengar itu, Ilham nampak semangat dan menuruti permintaan kakaknya.
"Iya, kak." Ilham menerima kantong plastik yang diberikan oleh kakaknya.
"Terimakasih, Dek." Ahmad merasa terbantu dengan adanya pertolongan dari Ilham sehingga memperingan pekerjaannya.
"Sama-sama, Kak. Ya sudah, aku pergi dulu, Kak. Assalamualaikum," ucap Ilham sebelum pergi dari hadapan kakaknya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Dek," goda Ahmad sembari tersenyum.
"Pasti hati-hati, Kak. Tempatnya juga tidak terlalu jauh, dengan jalan kaki juga sampai," balas Ilham dan kenbali melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
Setelah Ilham sampai di depan rumah Ustaz Hasan dan mengetuk pintu rumah tersebut. Tiba-tiba saja yang membuka pintunya bukan istri dari Ustaz Hasan, melainkan Zahra yang membukanya.
"Wa'alaikumsalam," ucap Zahra setelah membuka pintunya dan menampakkan sosok pria tampan yang tidak lain, ialah Ilham.
Sesaat, keduanya terdiam dan Ilham mulai menghentikan keheningan yang terjadi. "Ini ada sedikit makanan dari Abi untuk Ustaz Hasan. Mohon diterima," ucap Ilham dan memberikannya kepada Zahra.
"Terima kasih," balas Zahra setelah menerima makanan yang dibawakan oleh Ilham.
"Kalau begitu, aku tinggal dulu. Assalamualaikum," ucap Ilham yang buru-buru pergi dari hadapan Zahra karena merasakan perasaan yang aneh di dalam dirinya.
"Wa'alaikumsalam warahmatullaahi wabarokatuh," jawab Zahra dan kembali menutup pintunya dengan sangat rapat.
_
_
Assalamualaikum, ketemu lagi dengan Author. Pada kali ini, saya kembali dengan membawakan novelku yang kedua ini. Mudah-mudahan, kalian semua suka dengan ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Nm@
Hadir di sini juga kak
2023-05-19
1
Xu Hana
itu diriku ustaz
2023-04-08
1
Xu Hana
jodoh takkan kemana....
2023-04-08
1