"Zahra, apa kamu bisa?" tanya Ustaz Hasan yang membuat Zahra menatap kepada abinya.
"Kalau Abi mengijinkannya, insya allah Zahra bisa," jawab Zahra sembari menyakinkan dirinya sendiri.
"Abi tidak keberatan, asalkan Zahra mau dan tidak keberatan," ucap Ustaz Hasan kepada putrinya yang tidak sama sekali menghalanginya.
"Zahra tidak apa-apa, tapi bagaimana jika Zahra pergi bersama Alisha, nanti siapa yang menjaga Abi dan Ummi di sini?" tanya Zahra karena ia juga belum lama tinggal bersama kedua orangtuanya.
"Tidak perlu khawatir, Ra. Abi tidak apa tinggal berdua saja dengan Ummi, kamu penuhi saja permintaan terakhir pamanmu itu," jawab Ustaz Hasan walaupun sedikit berat, harus berpisah lagi dengan putrinya.
Zahra terdiam dan kemudian mengangguk sebagai persetujuan. "Iya, Bi. Meskipun begitu, Zahra akan tetap pulang ke rumah setiap seminggu sekali atau sebulan sekali untuk bertemu dengan Abi dan Ummi," ucap Zahra yang membuat Ummi Hanum tersenyum.
"Masya Allah, Ra. Ummi sangat bahagia meskipun diharapkan oleh situasi yang seperti ini, kamu tetep mengaturnya dengan baik," ucap Ummi Hanum yang secara tiba-tiba membuat Zahra menatap kepada umminya.
"Iya, Ra. Abi sangat bahagia bisa melihat putri Abi tumbuh dengan tuntunan ilmu yang cukup sehingga membuat Zahra tetap mengutamakan Abi dan Ummi," timpal Ustaz Hasan yang berada di sampingnya.
Zahra menanggapinya dengan tersenyum saja, sedangkan Ilham dan Alisha menatapnya dengan penuh kekaguman. Keluarga yang saling menyayangi dan melengkapi menjadikan keluarga kecil itu menjadi sempurna. Namun, Alisha terlihat begitu sedih karena suasana seperti ini tidak bisa ia rasakan lagi dari keluarganya karena ayahnya sudah lebih dulu meninggalkan dirinya.
Untuk itu, Alisha hanya bisa menguatkan dirinya saja karena ia masih ingat pesan dari ibunya yang harus berusaha kuat meskipun sangat menyakitkan.
Di kala itu, Zahra melihat kepada Alisha yang hanya diam di tempat dengan wajah yang sulit diartikan. Akan tetapi, Zahra tahu bahwa sepupunya itu sedang tidak baik-baik saja, apalagi setelah melihat kebersamaannya dengan kedua orangtuanya yang membuat Alisha kembali teringat akan sosok ayahnya.
Dengan begitu, Zahara terlihat membisikan sesuatu kepada abinya, itu dilakukan di saat Alisha masih tertunduk dan tidak terlalu memerhatikannya.
Sesaat kemudian, Ustaz Hasan terlihat paham maksud dari ucapan putrinya sehingga ia pun segera bertindak.
"Bisa kan, Bi?" tanya Zahra soraya meminta pertolongan kepada abinya.
Ustadz Hasan hanya mengangguk saja dan kembali menatap wajah keponakannya. "Alisha," panggilnya dengan tiba-tiba.
Mendengar sura pamannya memanggil, lantas Alisha pun mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Ustaz Hasan.
"Iya, Paman. Ada apa?" tanya Alisha yang langsung mendapatkan senyuman dari Ustaz Hasan.
"Ke sinilah, Paman ingin mengatakan sesuatu," pinta Ustaz Hasan yang langsung membuat Alisha merasa heran.
Dengan begitu, Zahra pun beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke kursi dekat Ummi Hanum, dengan niat untuk memberikan ruang bagi Alisha berbicara dengan abinya.
Untuk itu, Alisha tidak lagi mengatakan apa pun dan segera menghampiri Ustaz Hasan, kemudian duduk di sampingnya.
"Alisha, Paman tahu semua yang sedang Alisha rasakan. Maka dari itu, jangan kembali terpuruk karena masih ada Paman, Bibi Hanum sama Zahra yang sudah menganggap Alisha keluarga. Oleh karena itu, Paman ingin Alisha kuat dan bangkit dari keterpurukan ini. Paman yakin, Alisha pasti bisa," ucap Ustaz Hasan yang membuat Alisha menatapnya sendu.
"Terima kasih, Paman. Alisha tidak tahu lagi harus bagaimana, tapi wajah Paman begitu mengingatkan Alisha kepada Almarhum Ayah."
Ustaz Hasan tersenyum. "Oleh karena itu, anggaplah Paman ini sebagai figur Ayah bagi Alisha. Paman juga menyayangi Alisha sama seperti Zahra," kata Ustaz Hasan kembali.
"Apa Alisha boleh memeluk Paman?" tanya Alisha yang sudah sangat merindukan ayahnya. Namun, sekarang Alisha tidak bisa merasaka kasih sayangnya lagi.
"Boleh banget, sini." Ustaz Hasan dengan sangat senang, memberikan peluang kepada keponakannya.
Dengan penuh haru, Alisha memeluk tubuh Ustaz Hasan dan menganggapnya sebagai seorang ayah. Semua itu tidak salah, wajah Ustaz Hasan dan Kiai Saleh tidak sudah hampir mirip sehingga Alisha dapat melihat sosok ayahnya dari diri pamannya.
"Sekarang Paman yang akan menjadi sosok Ayah bagi Alisha dan Zahra. Maka dari itu, Paman akan sangat menyayangi Alisha. Untuk itu, jangan mersa kehilangan lagi," kata Ustaz Hasan yang masih memeluk Alisha, begitupun dengan Alisha yang masih merasakan kehangatan seorang ayah dari diri pamannya.
"Iya, Paman. Alisha juga sangat sayang kepada Paman, dengan melihat paman saja sudah mengobati rasa rinduku kepada Ayah," lirih Alisha yang masih dalam pelukan Ustaz Hasan.
Tidak hanya itu, Zahra dan Ummi Hanum juga ikut tersenyum melihat Alisha yang mulai tersenyum kembali. Dengan begitu, Zahra sangat bahagia karena abinya sudah bisa membuat Alisha kembali mendapatkan semangat hidupnya. Tidak salah Zahra meminta bantuan kepada abinya, terlebih lagi abinya—Ustaz Hasan mempunyai jiwa seorang ayah yang cukup membuatnya dan Alisha bisa merasakan ketenangan ketika berada di sampingnya.
Jangan lupakan Ilham, ia juga merasa sangat senang melihat suasana itu. Namun, perhatiannya sering kali tertuju kepada Zahra. Akan tetapi, di sisi lain, Ilham merasa sangat tidak berguna sebagai seorang suami yang sama sekali tidak bisa membuat istrinya tenang dan tersenyum kembali seperti pada saat ini.
Oleh karena itu, Ilham sangat tidak berdaya dalam hal apa pun. Namun, sebelum ia menikah. Ilham selalu merasa berguna dan bisa mengajari kepada muridnya untuk tetap menjadi sosok yang berguna. Akan tetapi, malah ia sendiri yang tidak bisa melakukannya. Bukan karena cinta, tetapi dirinyalah yang sulit mendapatkan diri dari setiap situasi.
Begitu pula dengan Zahra, ia terlihat begitu kesulitan untuk menerima kenyataan yang akan membawanya ke hari-hari yang akan datang.
Zahra tidak bisa membayangkan bahwa ia akan selalu bertemu dengan Ilham, apalagi dalam ruangan yang sama dan dalam jangka yang cukup dekat membuat Zahra kesulitan mengontrol dirinya. Walaupun demikian, ia sudah yakin akan bisa melupakan Ilham dari hidupnya, apalagi Alisha yang pasti sudah sangat membutuhkan Ilham sehingga tidak mungkin lagi bagi Zahra untuk tetap berharap.
Maka dari itu, Zahra akan siap-siap menghadapi kenyataan bahwa ia akan terhubung dengan seseorang yang dicintainya, dalam lingkaran pesantren. Akan tetapi, ia yakin bahwa dirinya bisa menghadapinya. Biarlsh semua berjalan dengan seadanya, karena Zahra juga tidak tahu, bagaimana jalan hidupnya nanti.
Walaupun demikian, untuk saat ini Zahra masih sedikit sulit dalam menghadapinya. Namun, keadaan seakan meminta dirinya untuk tetap menerima semua yang akan terjadi. Maka dari itu, Zahra hanya bisa menerima dan menjalani karena ia tidak bisa mengubah jalanya sesuai dengan keinginan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
mampir
2023-01-07
2
Maulana ya_Rohman
😢😢😢😢😢😢
2022-12-29
1
Erbanana
Memang menasihati lebih mudah, tapi saat dihadapkan pada hal yg sama belum tentu bisa menjalani.
2022-12-15
6