Satu bulan kemudian.
Kabar tentang seseorang yang ingin meminang Zahra, sudah sampai ke telinga Ilham yang tidak pernah tahu mengenai apa pun.
Dengan begitu, Ilham sangat terkejut mengetahuinya. Namun, ia tetap tenang karena sedang bersama dengan Alisha.
"Mas," ucap Alisha sembari duduk di samping suaminya yang sedang berada di sofa ruang tamu.
"Hem." Ilham hanya membalasnya oleh deheman saja.
"Zahra sudah ada yang akan meminangnya," ujar Alisha dan Ilham membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna.
"Siapa laki-lakinya?" tanya Ilham yang tanpa sadar menanyakan hal yang seperti itu kepada istrinya.
Alisha mendelik heran, melihat reaksi suaminya yang sangat berbeda dari sebelumnya.
"Aku enggak tahu, cari tahu saja sendiri," cetus Alisha dengan wajah yang sangat kesal.
"Kok gitu jawabannya? Aku cuman tanya, tidak lebih."
"Terserah, aku tidak tahu apa-apa." Alisha masih memasang wajah kesalnya kepada Ilham.
Ilham mengusap wajahnya pelan, ia baru menyadari bahwa sekarang istrinya itu sedang kesal dan marah kepadanya, karena tanpa disadari olehnya, ia membuat istrinya cemburu.
"Baiklah, Mas tidak akan menanyakan itu lagi," ujar Ilham soraya mendekati tubuh istrinya yang sedang kesal.
"Kenapa? Bukanya tadi Mas sangat ingin mengetahuinya?"
"Iya, itu tadi. Sekarang tidak lagi," jawab Ilham sembari tersenyum.
"Kenapa dengan tiba-tiba, Mas berubah pikiran?"
Ilham terdiam sebentar dan kembali menatap wajah Alisha. "Itu tidak penting," jawab Ilham dengan entengnya.
Sekarang Ilham sudah kembali ke sikap dinginnya lagi, bahkan Alisha melihat jelas perubahannya dari wajah suaminya itu.
"Sudahlah, Mas tidak akan pernah mengerti apa maksudku." Alisha nampak kesal dan mulai beranjak dari tempat duduknya.
Namun, tiba-tiba saja Ilham menarik tangan istrinya kembali sehingga membuat Alisha kembali duduk di sofa yang sempat ia duduki sebelumnya.
"Mas tahu apa yang kamu maksud, tapi Mas tidak mau ada hati yang tersakiti," ucap Ilham dengan menatap dalam kedua bola mata indah milik istrinya.
Alisha terdiam sembari memikirkan kembali ucapan yang keluar dari mulut suaminya itu.
"Mas harap, tidak ada rasa di antara kita berdua," lanjut Ilham dengan wajah datarnya.
"Mas jangan khawatir, aku tidak akan pernah berharap lebih yang mungkin akan menyakiti hatiku." Alisha hanya tersenyum getir, menanggapi ucapan Ilham tadi.
Tidak lama dari itu, Alisha kembali meninggalkan Ilham yang masih terdiam, memikirkan perkataannya tadi.
"Apa aku salah, telah mengatakan itu kepada Alisha?" Ilham bertanya kepada dirinya sendiri.
Jauh dari pikiran Ilham, Alisha nampak sedang bersedih di dapur yang kebetulan tidak ada siapa pun di sana.
"Sesakit ini kah, rasanya menjadi seorang istri yang di mana suaminya sendiri tidak pernah bisa mencintainya? Apakah, aku memang tidak pantas menjadi seorang istri yang baik?" gumam' Alisha, disertai dengan air mata yang keluar dari sudut mata indahnya.
"Alisha, kamu harus kuat. Ini baru awal dan belum apa-apa, Mas Ilham juga sudah membuka hati. Maka dari itu, aku tidak perlu bersedih karena perkataannya." Alisha mengusap wajahnya yang sudah dibasahi oleh air mata.
"Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Alisha?" tanya Ibu Rahma yang tiba-tiba saja sudah berada di samping putrinya.
Alisha nampak kaget dengan kedatangan ibunya yang secara tiba-tiba.
"Alisha ... hanya sedang mencari bahan makanan, Bu." Ia membuka pintu kulkas dan itu membuat Ibu Rahma merasa heran.
"Untuk apa, Sha? Bukanya tadi pagi kamu sudah masak? Lalu untuk apa mencari bahan makanan?" tanya Ibu Rahma dengan mengerutkan keningnya heran.
Mendengar pertanyaan ibunya, Alisha merasa kaget dan tidak bisa berbuat apa pun lagi, bahkan wajahnya sudah terlihat pias dan membuat Ibu Rahma menebak apa yang terjadi.
"Tidak terjadi masalah kan, di antara kamu dan Ilham?" Ibu Rahma mencoba mencari tahu, apa yang terjadi kepada putrinya pada saat ini.
"Tidak ada, Bu," sengkal Alisha yang mencoba menyembunyikan semua yang terjadi terhadapnya dan Ilham.
Ibu Rahma menatap wajah Alisha dengan penuh tanda tanya. "Ibu rasa, kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari Ibu," ujar Ibu Rahma dan Alisha terbelalak kaget, setelah mendengarkan perkataan dari ibunya.
"Ceritakanlah pada Ibu, Sha. Kamu itu putri Ibu, mau bagaimanapun, Ibu sudah tahu betul sikap dirimu," timpal Ibu Rahma.
Alisha terdiam, ia juga bingung harus mengatakan apa. Di satu sisi, Alisha tidak mau ibunya tahu kondisi rumah tangganya dengan Ilham yang sampai sekarang belum saling menyempurnakan, sedangkan di sisi lainnya, ia tidak mau menyembunyikan apa pun dari ibunya itu.
"Maaf Ibu, Alisha tidak papa. Jangan khawatir, dan jika Ibu berpikir begitu, tidak masalah. Alisha tahu, Ibu sangat sayang sama Alisha. Maka dari itu, Alisha tidak mau menyakiti hati Ibu. Meskipun begitu, ada banyak hal yang sedang Alisha hadapi," tutur Alisha sembari tersenyum lebar kepada ibunya.
Ibu Rahma tersenyum dan memeluk tubuh putrinya, sedangkan Alisha dengan senang hati menerima pelukan dari ibunya.
"Ibu yakin, kamu bisa melewati semua yang sedang kamu hadapi, karena kamu kuat," ucap Ibu Rahma dan Alisha hanya tersenyum, di dalam pelukan ibunya.
***
Dua jam kemudian.
Di dalam kamar, nampak seorang perempuan yang sedang membaca sebuah buku yang cukup tebal. Dia adalah Alisha—perempuan yang sedang berusaha keras mencari kebahagiaan di dalam pernikahan dan hidupnya yang seketika berubah derastis, setelah menikah dengan seorang ustaz tampan dengan segudang ilmu yang luas.
Namun, ternyata impiannya untuk bisa mendapatkan kebahagiaan dari pernikahannya dengan ustaz muda itu, belum kunjung ia dapatkan sampai sekarang.
Oleh karena itu, Alisha harus berusaha meluluhkan hati suaminya yang ternyata sudah terpaut dengan perempuan lain, dan tidak lain ialah Zahra.
Walaupun demikian, sebagai seorang istri, Alisha mempunyai hak penuh terhadap Ilham. Dengan begitu, ia berusaha keras untuk menjadi seorang istri yang suaminya inginkan.
Di sela-sela kesibukannya membaca buku, Ilham masuk ke dalam kamarnya dan menatapnya dengan tatapan yang sudah pasti sering ia lihat setiap harinya. Di mana, tatapannya itu selalu dingin dan tidak pernah memperlihatkan kebahagiaan. Bukan hanya kebahagiaan, cinta saja tidak pernah Ilham berikan kepadanya.
"Alisha, apa yang sedang kamu baca?" tanya Ilham dan kali ini suaminya itu terlihat sangat ingin mengetahui, apa yang dikerjakannya.
"Seperti yang Mas lihat, aku sedang membaca sebuah buku," jawab Alisha dan kembali membaca bukunya itu.
Ilham menghembuskan napasnya pelan. "Aku tahu itu buku, tapi yang aku maksud itu, buku apa yang sedang kamu baca?"
"Mas tidak perlu tahu, karena selama ini juga Mas tidak pernah bisa terbuka kepadaku, maka aku juga bisa melakukannya," ujar Alisha dan Ilham langsung saja melangkah untuk menghampirinya
Dengan begitu, Alisha segera menyembunyikan buku yang sedang ia baca dari suaminya.
"Jangan mencoba menyembunyikannya dari Mas!" kata Ilham dan segera mengambil buku yang Alisha sembunyikan dari belakang tubuh istrinya.
Setelah Ilham mendapatkan buku yang Alisha baca tadi, dengan segera ia membaca judul buku itu.
"Kunci mendapatkan hati suami," ucap Ilham membaca judul buku itu.
Dia menatap wajah Alisha dengan tajam, dari sorot matanya juga sudah banyak yang perlu ditanyakan kepada istrinya itu.
"Untuk apa membaca buku yang seperti ini?" tanya Ilham sembari mengarahkan buku yang ia pegang kepada Alisha.
Alisha hanya diam dan menetap wajah suaminya, dengan mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Ilham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Nm@
Apa salahnya baca buku itu, Ilham?
2023-05-25
1
umi b4well (hiatus)
sakit benar jdi alisha ya...
si ilham nih juga gk ada perasaan baik sikit kek ke istri.lupakan.masa lalumu il..alisha adlh jodohmu masa depanmu
2023-01-17
1
Maulana ya_Rohman
haruskah menyakiti hatinya Alisha🤔... kau merasa gak bersaah gitu🤨
2023-01-16
1