Kini semuanya telah siap, termasuk ayah dari Alisha yang akan menjadi wali nikah dari putrinya. Alisha juga sudah didandani walaupun sangat sederhana karena pernikahannya mendadak.
Walaupun demikian, semua ini sangat tidak mungkin karena pada dasarnya pernikahan ini bukanlah dari landasan cinta, melainkan keterpaksaan.
Ilham dan Alisha duduk saling berdampingan dan penghulu segera memulai akad nikah dengan Kiai Saleh yang akan menjadi walinya.
"Nak Ilham, sekarang genggam tangan Kiai Saleh," pinta penghulu dan Ilham terdiam sejenak.
Meskipun begitu, Ilham sangat ragu. Akan tetapi, ia tetap mencoba ikhlas dan menjabat tangan ayah dari Alisha—wanita yang akan dinikahinya. Setelah itu, akad nikah pun segera dilangsungkan walaupun Kiai Saleh dalam keadaan yang tidak baik.
"Muhammad Ilham Abidin, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan putri saya Nur Alisha Shafiyah binti Ahmad Saleh dengan mas kawin (dirahasiakan) dan seperangkat alat salat dibayar tunai."
Ilham terdiam sejenak dan kembali berucap, "Saya terima nikahnya Nur Alisha Shafiyah binti Ahmad Saleh dengan mas kawin tersebut dibanyar tunai."
"Bagaimana para saksi?" tanya penghulu setelah menyaksikan ijab kabul tersebut.
"SAH!" Serempak saksi mengucapkan kata sah. Dengan begitu, Ilham dan Alisha sudah resmi menjadi pasangan suami istri.
"Pernikahan ini, bukanlah pernikahan impianku. Maafkan aku Ya Allah, tidak ada maksudku untuk mempermainkan tali suci pernikahan, tapi ijab kabul yang aku ucapkan tadi itu sudah sangat menggetarkan arsinya Allah karena begitu berat janji suci yang aku ucapkan. Akan tetapi, bukan wanita ini yang aku cintai," batin' Ilham berucap sembari melirik Alisha yang berada di sampingnya.
"Kenapa bisa begini Ya Allah? Aku ingin menikah, tapi bukan karena keterpaksaan seperti ini. Namun, pernikahan inilah yang Ayahku inginkan," batin' Alisha, dia juga tidak mengerti dengan semua yang terjadi dan tanpa terasa, air matanya keluar begitu saja, pada hari pernikahannya itu.
Bukan hanya Ilham yang merasa hancur, Alisha juga merasakan hal yang sama karena tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa semua ini akan terjadi dengan begitu cepat.
Namun, tidak lama dari situ. Kiai Saleh kejang-kejang, dengan segera memanggil dokter.
"Yah, Ayah kenapa?" tanya Alisha yang langsung mendekati ayahnya dan menggenggam kedua belah tangannya.
"A--ayah minta tolong sama Alisha. Ayah m--mohon jadilah istri yang baik bagi suamimu," ucap Kiai Saleh dan tidak lama dari itu, ia menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, sebelum itu juga Abi Zaenal membimbing Kiai Saleh untuk mengucapkan syahadat.
"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun."
"Tidak! ini tidak mungkin, Ayah!" sangkal Alisha yang tidak kuasa dengan kenyataan yang begitu berat.
Alisha menangis dan tidak kuasa menerima semua kenyataan ini. Sudah menikah tanpa landasan cinta, Alisha juga harus menerima kenyataan lagi bahwa ayahnya—Kiai Saleh telah meninggal dunia. Meninggalkannya untuk selamanya di dunia ini.
Oleh karena itu, Ilham juga merasa bersalah walaupun pernikahannya sangat mendadak, tapi ia tahu bawa Alisha sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu, Ilham sangat menyayangi nasibnya. Namun, tidak sedikit pun ia beranggapan bahwa takdir Allah tidak baik.
Situasi pada saat ini sangat runyam, dengan begitu Abi Zaenal segera mengurusi jenazah Kiai Saleh, sedangkan Alisha hanya bisa menangis. Meskipun begitu, perbuatannya itu tidaklah baik, tapi Alisha tidak bisa untuk tetap kuat. Namun, sebisa mungkin Alisha bersikap ikhlas dan sabar. Mungkin ini sudah jalannya dan semuanya sudah menjadi takdir Allah dan tidak ada yang bisa merubahnya.
"Ibu, Ayah?" lirih Alisha di dalam pelukan ibunya.
"Iya, Alisha. Ibu juga tahu, saat ini hati Alisha sangat rapuh, tapi rapuhnya hati Alisha tidak serapuh hati Ibu yang sudah menjalani kehidupan ini berasama dengan Ayahmu," ujar Ibu Rahma yang berusaha menguatkan putrinya dan dirinya sendiri.
"Jangan menangis, Nak. Ayah ingin kamu tetap bahagia dengan pernikahanmu walaupun Ayah telah meninggalmu, tapi ia sudah merestui pernikahan ini."
Alisha hanya diam dan kembali melihat kepada Ilham sekilas, terlihat sorotan mata yang sulit diartikan. Entahlah, Alisha juga tidak tahu. Alisha hanya bisa tertunduk dan berusaha sabar serta ikhlas.
***
Setelah jenazah Kiai Saleh di kuburkan, Alisha dan ibunya langsung pulang ke rumahnya, sedangkan Ilham juga harus ikut bersamanya. Bukan karena apa Ilham mengikuti Alisha karena pada saat ini, ia sudah menjadi suami dari Alisha. Oleh karena itu, ia sudah berkewajiban untuk selalu ada dan menenangkan istrinya dari situasi yang sangat tidak terduga ini.
"Ilham, tolong jaga Alisha dan tenangkan dirinya karena pada saat ini Alisha sangat membutuhkan pendamping yang mampu membuatnya kembali ceria," ucap Ibu Rahma—ibunya Alisha.
Ilham hanya diam dan menganggukkan kepalanya. "Insya Allah, Bu."
Lalu, Ilham menghampiri istrinya dan mencoba menenangkannya. Walaupun demikian, Alisha sudah sangat lebih baik dari sebelumnya.
"Alisha," ucap Ilham soraya mendekati istrinya.
"Ustaz, maaf." Bukanya menjawab apa, Alisha malah meminta maaf kepada Ilham.
Ilham terdiam dan hanya bisa begitu karena ia tahu istrinya itu tengah mengalami kesulitan dan membutuhkan pendamping. Namun, ia tidak bisa melakukan itu.
***
Malam harinya, Ilham duduk di atas tempat tidur dan di sampingnya sudah ada Alisha yang sekarang telah menjadi istrinya.
Keduanya saling diam, tidak ada rasa untuk saling mengungkapkan dan hanya keheningan yang terjadi.
"Ya Allah, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan jika rasa cinta belum hadir di antara kami, sedangkan aku tidak pernah menyangka akan berakhir seperti ini," gumam Ilham di dalam hatinya dan tidak henti-hentinya ia mengalami kegundahan yang sangat menghantui pikirannya.
"Ustaz, aku tahu semua ini terjadi dengan begitu mendadak. Namun, tidak sedikit pun aku memaksa karena semua ini terjadi atas kehendak Allah Subhanahu Wata'ala."
Ilham hanya diam mendengarkan semua perkataan istrinya, bukan karena tidak mau. Akan tetapi, Ilham tidak kuasa menerima ini semua dengan cepat. Dilema inilah yang sedang Ilham rasakan.
Tekanan batin dan ketidak berdayaan yang dirasakan oleh Ilham dalam menangani situasi di mana, ia harus merelakan cintanya dan memilih menikahi wanita lain, sedangkan ia tidak pernah mengenalinya lebih jauh.
Namun, Ilham juga teringat kepada Zahra. Belum juga Ilham merasakan, apa yang dinamakan cinta. Ilham harus menerima kenyataan bahwa ia sudah menikah dan tidak bisa memperjuangkan cintanya.
Ilham juga memikirkan Alisha yang sekarang menyandang status sebagai istrinya. Ia takut tidak bisa memberikan cinta dan kasih sayang sebagai seorang suami yang semestinya. Meskipun begitu, Ilham sudah mengetahui banyak ajaran Islam. Namun, tidak sedikit pun tercantum sebuah rasa yang dapat membangun jiwanya untuk tetap berusaha.
Karena itu, Ilham juga takut jika kenyataan ini akan sangat menyakiti hati istrinya yang belum mengetahui bahwa, ia sebenarnya sudah lebih dulu mencintai wanita lain dan itu bukanlah Alisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥
yah nikah juga toh, yang sabar ya ilham kalau pun kmu dan zahra berjodoh suatu saat kalian Akan mudahkn jlan nya oleh Allah
2023-01-12
2
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
semangat thor
2023-01-07
1
🦋MILA🦋
mas kawin nya knp dirahasiakan Lin🤣🤣🤣
2022-12-15
1