Hari ini adalah hari ketiga bagi Alisha menjadi seorang istri, tapi di antara keduanya belum ada yang berubah. Tidak ada perubahan sama sekali dan sikap Ilham yang dikenal tegas dan cuek, membuat Alisha tidak berani mengatakan hal apa pun kepada Ilham walaupun dia suaminya.
Untuk itu, Alisha belum tahu bahwa di balik sikap cueknya Ilham ada sebuah fakta yang belum ia ketahui. Alisha hanya memandang Ilham sebagai seorang guru pengajar di pesantren saja, tapi kali ini ia harus menerima kenyataan bahwa Ilham adalah suaminya.
Tidak menutup kemungkinan untuk Alisha mengetahui semua yang suaminya tutupi, karena bagaimanapun juga Alisha tetaplah istrinya yang berhak tahu semua mengenai suaminya.
Di saat Ilham sedang berada di dalam kamar mandi, Alisha memilih ke luar dari dalam kamarnya dan menemui ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Ibu, boleh aku bantu?" tanya Alisha yang tiba-tiba saja menghentikan aktivitas Ibu Rahma yang sedang memasak di dapur.
"Boleh, itu kamu potong saja sayurnya. Biar nanti ibu yang masak sayurnya," jawab Ibu Rahma sembari tersenyum kepada putranya.
Di sela-sela kegiatannya, Ibu Rahma tiba-tiba saja menanyakan sesuatu yang membuat Alisha tidak bisa mengatakan apa pun.
"Alisha, apa selama beberapa hari ini Ilham mulai menyayangimu dan menjadi suami yang baik?"
Sejenak Alisha menghentikan kegiatannya dan terdiam sejenak, dan kemudian menjawabnya. "Selama ini Mas Ilham belum pernah memperlakukan aku dengan buruk, dan kenapa tiba-tiba saja Ibu bertanya seperti itu?" tanya Alisha.
"Enggak apa-apa kok, Ibu tanya katak gitu ke kamu karena Ibu takut dengan pernikahan ini putri Ibu tidak bahagia," balas Ibu Rahma yang masih berkutat dengan aktivitas memasaknya.
Alisha kembali terdiam. "Sebenarnya aku juga tidak begitu yakin akan memperoleh kebahagiaan dengan pernikahan ini, tetapi semua ini telah terjadi. Mau ataupun tidak mau, aku harus tetap menerimanya," gumam Alisha di dalam hatinya.
"Alisha," panggil Ibu Rahma yang berhasil mrbuyarkan lamunannya yang lebih sering diam setelah kepergian ayahnya.
"Iya, Bu?" jawab Alisha yang kembali melihat kepada ibunya.
"Ibu ingin mengatakan sesuatu kepadamu, tapi Ibu baru ingin mengatakannya sekarang, padahal Ibu seharunya mengatakan ini dari kemarin," ujar Ibu Rahma.
Kini Ibu Rahma tidak lagi sibuk dengan aktivitas dapurnya sehingga ia bisa berbicara dengan putrinya.
"Apa itu, Bu?" Alisha terlihat begitu penasaran dengan ucapan ibunya.
"Sebenarnya, sebelum Ayah meninggal dunia, ia berpesan sama Ibu untuk memberikan surat ini dan semoga Alisha tidak keberatan," jelas Ibu Rahma sembari memberikan sepenggal kertas yang akan diberikan kepada putrinya.
"Apa ini, Bu?" tanya Alisha dengan heran.
"Coba kamu buka saja dulu, lalu baca. Setelah itu, kamu akan tahu isinya apa," jawab Ibu Rahma dan Alisha hanya terdiam saja.
Di tatapnya sepenggal kertas, pemberian dari ayahnya. Dengan sangat dalam, Alisha menatap kertas itu. Namun, kemudian Alisha membukanya karena rasa penasarannya begitu dalam.
Dengan suasana hati yang masih belum bisa menerima kepergian Kiai Saleh, Alisha berusaha keras untuk tetap melawan rasa itu kembali karena tidak baik jika terus berlarut-larut dengan kepedihan.
Untaian kata tertulis di dalam sebuah kertas yang hanya berisikan goresan tinta hitam, disertai dengan barisan kertas yang sudah disejajarkan sehingga membuat tulisan menjadi rapih dan berkesan indah dipandang oleh mata.
Setiap kata yang tertulis di dalam kertas putih yang sudah diwarnai dengan tinta hitam, membawa kesedihan yang begitu mendalam bagi seorang gadis yang sedang membacanya. Kata-katanya sangat menyentuh relung hati yang paling dalam, dan tidak bisa dipungkiri lagi, air mata Alisha menetes begitu saja karena saking terharunya membaca sepenggal kertas tersebut.
Tidak ada yang bisa menghalangi Alisha untuk menangis, karena Ibu Rahma tahu bahwa putrinya itu sedang dalam situasi yang cukup rumit. Maka dari itu, Ibu Rahma tidak bisa membantu putrinya karena yang dituliskan oleh almarhum suaminya tidak bisa diubah, dan Alisha harus bisa menerimanya.
Setiap kata yang Alisha baca, ia tidak henti-hentinya bersedih karena Ayahnya menyampaikan sesuatu yang sangat membuatnya tidak bisa mengatakan apa pun lagi selain berdoa, dan jika Kiai Saleh masih ada di sini, mungkin saja Alisha akan memeluknya karena ia merupakan anak tunggal yang sangat disayangi oleh kedua orangtuanya.
Namun, di saat Alisha membaca kalimat terakhir yang tertulis di dalam kertas itu, Alisha terlihat sedikit kaget dan tidak berkata apapun lagi karena semuanya sudah tertulis di dalam kertas itu. Dengan begitu, Alisha hanya bisa terdiam dan menerima semua, terutama kalimat terakhir yang ayahnya tulisan sudah mengharuskan Alisha untuk tetap mempertahankan rumah tangganya.
Akan tetapi, Alisha tidak tahu apa ia akan sanggup tidaknya menerima kenyataan ini. Mau bagaimanapun itu, Alisha masih beradaptasi dengan status barunya yang melibatkan banyak hal yang diterima. Dengan begitu, ia harus bisa menjalani semuanya dengan sabar karena tidak baik jika terlalu gegabah dalam segala hal, mau apa pun itu.
Di dalam kalimat terakhir yang ditulis oleh Almarhum Kiai Saleh, ia mengatakan kepada putrinya untuk tetap mempertahankan rumah tangganya, dan memintanya untuk bisa menjadi seorang istri yang baik bagi suaminya yang tidak lain, ialah Ilham. Tidak lupa juga di dalam kertas itu tertera bahwa Zahra—putri dari Ustaz Hasan akan ikut serta membangun Pesantren Darussalam dengan menjadi pengajar bagi santriwati.
Maka dari itu, Zahra juga terlibat dari pesan Kiai Saleh yang merupakan pamannya. Dengan begitu, untuk memenuhi permintaan terakhir Kiai Saleh, maka Zahra harus segera dihubungi kembali dan memberitahukan pesan ini perdanya.
Almarhum Kiai Saleh juga tidak sembarangan menuliskan permintaannya begitu saja, karena ia juga tahu bahwa keponakannya itu merupakan seorang perempuan yang tengah menempuh ilmu dan memiliki wawasan yang sangat luas sehingga Kiai Saleh memutuskan bahwa Zahra akan ikut serta membangun Pesantren Darussalam menjadi lebih mau lagi.
Jangan lupakan juga, Kiai Saleh sudah sangat menyayangi Zahra seperti putrinya Alisha karena mereka tumbuh bersama. Namun, keduanya harus terpisah karena Zahra akan menempuh ilmu agama di kota, sedangkan Alisha, ayahnya masukkan ke dalam Pesantren Ar-Rasyid sehingga mereka tidak saling bertemu lagi.
Oleh karena itu, Alisha sudah mengangap Zahra sebagai adiknya sendiri walaupun sudah lama tidak bertemu. Akan tetapi, hubungan itu masih saja terjalin. Terlebih lagi, Zahra sepupunya sehingga Alisha sudah sangat menyayanginya, bahkan di saat membaca pesan itu Zahra tidak sama sekali keberatan.
"Ibu, apa Zahra akan datang lagi ke sini?" tanya Alisha kepada ibunya.
"Tidak karena Ibu belum sempat memberitahukannya kepada Zahra, dan belum ada satu orang pun dari keluarga Ustaz Hasan yang tahu akan pesan ini," jawab Ibu Rahma sembari melihat wajah Alisha yang sudah mengeluarkan air mata sejak membaca pesan-pesan itu.
"Kalau begitu, Alisha akan segera menghubungi Zahra dan memberitahukannya atas semua ini," ucap Alisha sembari mengusap air matanya yang masih tersisa di wajahnya yang bersih.
"Baiklah, tapi tenangkan dulu dirimu. Ibu tahu ini sangat berat, apalagi setelah mengetahui isi pesan itu," kata Ibu Rahma dan Alisha mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
aku terus mendukungmu thor
2023-01-07
2
Maulana ya_Rohman
antra Zahra dan Ilham saling melupakan dan mengiklaskan 1 sama lain.... dan di pertemukan dlm 1 rumah..... 🤔
nah..... lho..... seperti cinta segitiga🤪
2022-12-29
1
Erbanana
hubungan yg rumit, maukah Zahrah kembali.
2022-12-13
6