Beberapa jam dari situ, Ilham dan Alisha kembali ke rumah Ustaz Hasan dan segera membawa Zahra bersamanya ke Palembang.
"Zahra pamit dulu, Abi, Ummi," ucap Zahra sembari mengalami tangan keduanya.
"Iya, Ra. Hati-hati di jalannya, Ummi dan Abi akan selalu mendoakanmu di sini," kata Ummi Siti sembari memeluk putrinya sebentar.
Zahra hanya tersenyum, kemudian meningkalkan kedua orangtuanya dan segera pergi bersama Alisha dan Ilham.
Dalam perjalanan menuju ke Palembang, suasana terasa begitu hening. Namun, hal itu membuat Ilham sedikit sulit mengatakan apa pun sehingga ia hanya diam saja, mengendarai mobilnya dan membiarkan Alisha berbincang dengan Zahra. Dengan begitu, Alisha tidak hanya sendirian karena sekarang ada Zahra yang akan menemaninya.
Perjalanan yang cukup lama, membuat mereka bertiga sampai pada malam hari dan Ilham juga sudah terlihat begitu letih karena mengendarai mobil dengan jarak jauh dalam satu hari. Maka dari itu, Alisha yang menyadarinya segera mendekati Ilham yang sudah berada di luar mobil.
"Mas, lelah?" tanya Alisha tiba-tiba saja sehingga membuat Ilham melihat kepadanya.
"Tidak terlalu, tapi Mas perlu istirahat kayaknya," jawab Ilham yang hanya menatap Alisha sejenak.
"Kalau begitu, kita segera masuk saja supaya Mas bisa istirahat," ujar Alisha yang mendapat anggukan kepala dari Ilham.
Akan tetapi, tidak jauh dari sana terlihat seorang wanita yang melihatnya dengan begitu sedih. Tersirat di hatinya yang paling dalam, sebuah rasa yang amat menyakitinya. Meskipun begitu, Zahra sudah berusaha melupakannya, tetapi rasa itu masih ada sehingga ia merasakan hal yang sama ketika baru saja mengetahui pernikahan sepupunya dengan Ilham.
Apa lagi sekarang Zahra akan selalu melihat kebersamaanya, dan akan tinggal dalam satu atap yang sama. Walaupun demikian, Zahra tidak akan mengusiknya. Dia juga akan bersikap layaknya seorang saudara, dan tidak akan memperlihatkan kesedihannya kepada siapa pun.
"Zahra, cepat ke sini," ajak Alisha kepada sepupunya yang masih berdiri di depan mobilnya.
"Iya, sebentar," jawab Zahra yang langsung berjalan mengikuti langkah Alisha dan Ilham.
Setelah sampainya Zahra di rumah bibinya, lantas ia pun segera menemui Ibu Rahma serta menyalami tangannya sebagai tanda penghormatan. Untuk itu, tidak lagi dihiraukan bahwa pada saat ini, Ibu Rahma sangat gembira karena pada akhirnya Zahra mau membantunya untuk mengajar di Pesantren Darussalam.
"Zahra, Bibi sungguh berterima kasih kepadamu karena telah mau memenuhi permintaan Pamanmu itu," ucap Ibu Rahma kepada Zahra yang kini sudah berada di hadapannya.
"Iya, Bi. Zahra tidak apa-apa. Lagi pula, Zahra masih belajar dan akan mempelajarinya lagi di sini," balas Zahra sembari tersenyum.
Namun, di saat itu pula Ilham menarik senyumannya ke atas karena melihat cara Zahra memperlakukan orang yang lebih tua, bahkan sudah terlihat dari penampilannya saja, Zahra sudah seperti wanita yang anggun.
"Mas, katanya tadi lelah. Sekarang Mas istirahat saja di kamar, biar aku di sini temani Zahra bersama Ibu," ucap Alisha yang sudah membiasakan diri untuk memulai komunikasi dengan suaminya.
Ilham yang menyadari ucapan Alisha hanya menganggukkan kepalanya saja dan kembali melihat kepada Ibu Rahma dan Zahra. Namun, Ilham terlihat begitu sulit untuk mengatakannya karena Ibu Rahma sedang berbicang dengan Zahra. Maka dari itu, Alisha yang paham akan kegelisahan suaminya, mencoba untuk membantunya.
"Ibu, Alisha mau temenin dulu Mas Ilham. Perjalanan tadi sangat melelahkan, maka Mas Ilham ingin istirahat lebih dulu," ucap Alisha dan Ibu Rahma lantas melihat kepadanya.
"Iya, Ilham kamu boleh lebih dulu istirahat. Jangan nunggu kami, karena Ibu masih ingin berbincang dengan Zahra," kata Ibu Rahma dan Ilham pun tersenyum.
"Terima kasih, Bu. Kalau begitu, Ilham duluan," ucap Ilham yang setelahnya langsung pergi meninggalkan tempat itu.
Akan tetapi, Alisha tidak ikut kepada suaminya karena ia masih ingin berbincang dengan Zahra, sama seperti ibunya. Wajar juga itu terjadi, Alisha sudah lama tidak kembali berjumpa dengan Zahra. Maka dari itu, rasa rindu dan ingin bertemu telah terbalas oleh kedatangan Zahra walaupun Zahra hanyalah sepupunya. Akan tetapi, Alisha sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.
***
Setelah waktu menunjukkan pukul satu malam, Ibu Rahma dan Alisha segera kembali ke dalam kamarnya masing-masing. Begitu pula dengan Zahra, ia tidur di kamar tamu yang sudah dibereskan oleh Ibu Rahma di saat Alisha dan Ilham menjemputnya.
"Bi, sudah jam satu malam. Waktunya kita tidur, tidak baik tidur terlalu malam," ucap Zahra yang sempat melihat jam di dinding.
"Eh, sudah malam ternyata. Bibi sampai lupa akan waktu. Kalau begitu, kita tidur. Dan Zahra, kamu tidur di kamar itu, yah. Bibi sudah bereskan tadi," ucap Ibu Rahma yang baru menyadari bahwa sekarang sudah larut malam.
"Iya, Bi. Terima kasih," balas Zahra sembari tersenyum.
"Alisha, kamu juga tidur. Sudah malam ini," ucap Ibu Rahma kepada putrinya dan Alisha hanya mengangguk saja.
Lantas, mereka bertiga pun masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Zahra hanya terdiam di kamar yang sudah disiapkan oleh Ibu Rahma. Di dalam pikirannya terdapat sebuah kenyataan yang sulit ia terima. Namun, Zahra akan tetap berusaha kuat dan tidak lagi mengharapkan seseorang yang mungkin sudah sangat tidak mungkin untuk didapatkan.
***
Keesokan harinya, Zahra sudah bangun lebih awal dari semua orang dan setelah ia melaksanakan salat subuh, Zahra lantas pergi ke dapur dan memasak makanan untuk sarapan pagi. Namun, belum ada satu orang pun yang keluar dari kamarnya sehingga dengan leluasa Zahra memasak di dapur dan menghidangkannya di meja makan.
Walaupun demikian, Zahra masih termasuk anggota keluarga, tapi ia tidak sama sekali merepotkan tuan rumah karena ia sangat mandiri. Karena itu pula, Zahra tidak pernah merepotkan orang lain meskipun di rumah bibinya sendiri.
Di saat Zahra menghidangkan makanan di atas meja makan, tiba-tiba saja Ibu Rahma datang menghampirinya dan terlihat begitu kaget. Tidak bisa dipungkiri lagi, Zahra sudah menyiapkan semuanya dan Ibu Rahma hanya tinggal menyantapnya saja. Sungguh luar biasa, Ibu Rahma juga sampai tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu.
"Zahra, ini semua kamu yang masak?" tanya Ibu Rahma dan Zahra hanya mengangguk.
"Iya, Bi. Bibi kalau sudah lapar, duduk di sini. Biar Zahra ambilkan piring dulu," jawab Zahra yang akan kembali ke dapur.
"Tapi, Ra. Seharusnya itu pekerjaan Bibi, kamu diam saja, tetapi Bibi malah merepotkan kamu di sini, padahal kamu belum satu haru di sini. Akan tetapi, kamu sudah sangat membantu Bibi," ucap Ibu Rahma dan Zahra hanya tersenyum.
"Tidak papa, Bi. Lagian Zahra sudah biasa melakukan semua ini, maka Bibi tidak perlu mengatakan semua itu," balas Zahra yang masih fokus menyiapkan makanan untuk semua orang.
"Kamu sangat baik, Ra. Maafkan Bibi yang malah merepotkan kamu di sini," ucap Ibu Rahma yang langsung mendekati Zahra dan memeluknya.
Untuk itu, Zahra tidak mengatakan apa pun dan menerima pelukan dari bibinya dengan sangat hangat. Walaupun demikian, Zahra tidak melakukan apa pun yang spesial, tetapi yang diperbuatnya itu sudah sangat membuat Ibu Rahma bahagia dan senang.
.
.
.
Assalamualaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
melia
Waalaikum salam WR.WB
2023-01-29
1
Maulana ya_Rohman
wa'alaikumsalam... warohmatullohi..wabarokatuh.........
2022-12-29
1
ZaeV92
waalaikumsalam wr wb
2022-12-18
1