Sudah dua minggu berlalu, Zahra tinggal di rumah Ibu Rahma dan mengajar di Pesantren Darussalam. Namun, belum ada perubahan sama sekali di dalam diri Zahra karena seiring berjalannya waktu, ia selalu bertemu dengan Ilham dan itu sangat menyakiti hatinya karena berulang kali berusaha melupakannya, tapi tidak pernah berhasil.
Begitu juga dengan Ilham yang masih belum bisa memperlakukan Alisha selayaknya seorang istri. Dia merasa bahwa masih banyak yang belum dipenuhi selama menjadi suami dari Alisha, terlebih lagi sikapnya yang selalu dingin di depan istrinya membuatnya menjadi pribadi yang sulit untuk diajak berbicara.
Meskipun begitu, Alisha selalu sabar dan tidak mempermasalahkan semuanya. Dia juga sadar bahwa semua ini layak didapatnya karena pada dasarnya pernikahan ini tidak dilandasi oleh cinta. Namun, Alisha juga memikirkannya kembali karena tidak mungkin dia terus-terusan begini, tanpa ada perubahan sama sekali.
Dengan begitu, Alisha mencoba mendekati suaminya dan mulai mencari tahu semua kegudahan Ilham. Walaupun demikian, dia tidak pernah mau mencampurinya, tapi itu semua harus dilakukannya supaya bisa merasakan dan memahami perasaan suaminya.
Malam harinya, Ilham sempat mengigau dan karena itu Alisha terbangun dari tidurnya. Merasa bahwa suaminya sedang bermimpi dan mengucapakan nama wanita lain, maka dia pun melihat kepada Ilham yang masih terpejam sembari mengigau.
"Zahra, maafkan aku. Aku tidak mau semua ini terjadi, tetapi keadaan menekanku untuk menerima semuanya. Meskipun begitu, aku akan sangat menyakiti hatimu," racau Ilham yang terdengar jelas oleh Alisha.
Alisha nampak membulatkan kedua belah matanya, dia tidak percaya dan sangat terkejut dengan semua pernyataan suaminya. Walaupun demikian, Ilham mengatakannya tanpa sadar. Akan tetapi, Alisha yakin bahwa yang dikatakan oleh suaminya itu benar dan tidak hanya mimpi.
"Zahra, maaf. Maafkan aku ...," lirih Ilham yang masih di bawah alam sadarnya sehingga dia tidak menyadari semua yang dikatakan olehnya.
"Zahra?" Nama itu yang menjadi tanda tanya bagi Alisha yang baru kali ini, ia mendengar suaminya mengatakan nama wanita lain dan itu adalah nama sepupunya sendiri.
"Apa hubunganya dengan Mas Ilham? Apa mungkin Mas Ilham mencintai Zahra, sedangkan dia tidak pernah mengatakannya kepadaku?" Alisha nampak bertanya-tanya dengan semua pertanyaan itu.
Semakin lama, Ilham terus mengigau dan terus-menerus mengucapakan nama Zahra. Dia tidak hanya mengucapakan namanya saja, tetapi meminta maaf atas penyesalannya. Meskipun begitu, Alisha tidak mengerti dengan semua yang suaminya ungkapan.
Untuk itu, Alisha tidak tega melihat Ilham yang terus-terusan memangil nama Zahra dan sudah terlihat butiran keringat yang membasahi pelipis suaminya. Karena itu, dia segera membangunkan suaminya jika tidak, Ilham bisa-bisa sakit dan sulit untuk tidur.
"Mas!" Alisha menyentuh tangan Ilham soraya menggoyangkannya, dengan tujuan supaya suaminya bisa terbangun.
"Zahra, maafkan aku!" Ilham terus saja mengatakan itu sehingga membuat Alisha semakin mengeraskan sedikit suaranya.
"Mas, sudah. Jangan begitu, bangunlah!" ujar Alisha yang langsung mendapatkan respon dari suaminya.
"Zahra!" ucap Ilham sembari memeluk tubuh Alisha, seakan tidak mau kehilangan seseorang.
Hening, sebelum Alisha kembali berucap dan membuat Ilham sadar dengan apa yang dilakukannya.
"Aku bukan Zahra, tapi Alisha, Mas," ucap Alisha yang membuat Ilham terkejut.
Dengan begitu, Ilham segera melerai pelukannya dari tubuh Alisha dan benar saja wajah istrinyalah yang dilihatnya. Sungguh dia sangat malu, sampai tidak bisa mengatakan apa pun selain kata maaf kepada istrinya.
"Maafkan, aku," lirih Ilham dengan wajah yang masih terlihat gelisah dan tidak menentu.
"Kenapa harus meminta maaf? Kamu berhak melakukannya kepadaku, tapi mengapa tidak dari dulu Mas mengatakan semuanya, kalau Mas mencintai Zahra?" balas Alisha dengan sorot mata yang tertuju kepada suaminya.
Ilham nampak terkejut dengan ucapan Alisha yang tanpa diketahui olehnya, isterinya itu sudah mengetahui kebenarannya. Walaupun demikian, dia sudah menyimpan rapih semua itu dan menyembunyikan semuanya dari Alisha. Namun, karena keteledorannya itu membuat Alisha mengetahui semuanya. Setelah ini, Ilham tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi semuanya.
"Kenapa kamu mengatakan itu, Alisha?" tanya Ilham dengan sedikit hati-hati.
"Jangan coba mengelak lagi, Mas! Aku sudah tau semuanya, maka tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Mas hanya perlu menjelaskannya kepadaku, tanpa harus melibatkan orang lain."
Ilham hanya diam, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun lagi.
"Mas mencintai Zahra, kan?" tanya Alisha sekali lagi.
"Maaf Alisha, aku tidak bisa membohongi hatiku lagi. Sebelum menikahimu, aku sudah lebih dulu mencintai Zahra. Walaupun demikian, tidak sedikit pun pernikahan itu aku batalkan," jawab Ilham sembari menatap sendu Alisha.
"Kenapa, Mas? Kalau sudah begini, siapa yang bisa merubahnya lagi? Coba dari dulu, Mas mengatakannya. Mungkin aku tidak akan semarah ini dan pernikahan ini tidak akan terjadi!" ucap Alisha dengan bibirnya yang bergetar, menahan tangisnya.
"Maafkan aku, Alisha. Semua ini juga bukan kemauanku, tapi aku terpaksa menjalankannya," ujar Ilham yang sedikit tidak enak melihat Alisha menangis.
"Kalau Mas terpaksa, kenapa Mas menyetujui pernikahan ini dan mau menikah denganku, sedangkan di hati Mas Ilham sudah ada Zahra?" Alisha tidak kuasa lagi menahan tangisnya sehingga air matanya keluar bersamaan dengan kenyataan yang menyakitkan ini.
"Aku hanya menuruti permintaan Kiai Saleh dan Abiku untuk menikahimu. Di saat itu juga, aku tidak bisa mengambil pilihan lain lagi," ucap Ilham yang ikut sedih.
"Aku merasakan dilema yang sangat luar bisa, di mana dalam dua sisi terdapat orang-orang yang aku sayangi dan di sisi lain, dia yang aku cintai. Tidak cukup kah, aku menerima dan berusaha menjadi yang terbaik? Selama ini aku sering mendiamkan dirimu karena aku tahu bahwa kamu juga belum bisa menerima kenyataan ini," lanjut Ilham dengan terus menatap wajah Alisha.
Alisha tidak menjawab, tapi ia mendengarkan semua yang dikatakan oleh Ilham. Dia tidak sanggup lagi mengatakan apa pun karena air matanya juga tidak henti-hentinya keluar, walaupun tidak diinginkan.
"Aku juga sadar bahwa aku bukanlah suami yang baik bagimu, tapi aku tetap menjaga pernikahan ini dengan tidak bergaul dengan wanita lain. Karena itu, sangat menyakiti hatimu." Ilham terus mengatakan semuanya kepada Alisha.
"Walaupun demikian, aku sangat tersiksa dengan semua ini. Mau diabaikan sudah menjadi kewajiban, mau diusahakan sangat butuh perjuangan," ucap Ilham dan Alisha hanya mendengarkannya saja.
"Bila semua ini membuat Mas tersiksa, aku sanggup merelakan Mas bersama dengan Zahra," ucap Alisha dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata.
"Tidak! Aku tidak akan melakukannya. Semua itu cuma akan meninggalkan luka, bukan kesenangan." Ilham sangat menentang ucapan istrinya.
"Lalu, bagaimana dengan perasaan Mas? Aku lebih milih mengalah daripada jadi penghalang untuk cinta kalian bersatu," sahut Alisha walaupun di dalam hatinya sungguh tidak bisa menerimanya.
"Tidak perlu mengalah, aku akan berusaha menjadi suami yang baik bagimu, Alisha." Ilham menatap wajah istrinya dan menggenggam kedua belah tangannya.
Alisha hanya diam mendapatkan perlakuan dari suaminya itu, dia pun hanya melihat dalam wajah suaminya.
.
.
.
Assalamualaikum.
Selanjutnya, apa yang akan Alisha katakan yah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
Ilham dah mulai membuka hatinya untuk Alisha🤔
2022-12-29
1
Erbanana
mumpung belum jauh, mundur saja Alisya. Karena sudah pasti hati kamu lebih sakit jika melihat Zahra.
2022-12-21
6