"Mas, ceraikan saja Alisha!" ucap Alisha dengan tanpa memikirkan apa pun lagi.
Mendengar penuturan dari istrinya itu, Ilham sangat terkejut dan tidak percaya. "Apa yang kamu katakan, Alisha?" tanyanya sembari menatap tajam kepada kedua bola mata istrinya.
"Mari kita bercerai!" ucap Alisha kembali.
"Apa yang kamu pikirkan, Alisha? Perceraian bukanlah hal yang baik," tegas Ilham dengan sedikit marah.
Alisha hanya menundukkan kepalanya dan tidak kembali membalas perkataan suaminya.
"Kamu juga sudah tahu bukan bahwa perceraian itu sangat dibenci oleh Allah, tapi mengapa kamu menginginkannya? Dalam situasi yang seperti ini, jangan melibatkan perceraia!" lanjut Ilham soraya mencoba menasihati istrinya.
Alisha tertunduk. "Aku tahu, Mas. Namun, hanya itu satu-satunya jalan untuk bisa mempersatukan cinta Mas dan Zahra. Setelah kita bercerai, Mas sama Zahra bisa menikah dan hidup bahagia," balas Alisha yang masih tertunduk.
"Bukan begitu caranya dan tidak semudah itu. Aku tidak mau karena setelah mengetahui semuanya, pernikahan kita hancur. Oleh karena itu, aku berusaha untuk tidak mengatakannya kepadamu," ucap Ilham sembari menatap kedua manik mata indah milik Alisha.
"Perceraia bukan jalan terbaik, aku tidak mau Allah murka kepada kita karena telah mempermainkan pernikahan," lanjut Ilham dengan segala penyesalannya.
"Aku tidak mempermainkannya, tapi Mas lah yang sudah lebih dulu tidak bersikap jujur kepadaku sehingga hal ini bisa terjadi," ujar Alisha sembari terisak.
Seketika Ilham termenung dan merasa malu kepada dirinya sendiri. "Memang aku yang salah dalam hal ini dan Mas juga mengakuinya, tapi jika dilalui dengan perceraian, Mas tidak akan mau menyetujuinya!" jawab Ilham dengan penuh penegasan.
"Kenapa, Mas? Untuk apa dipertahankan jika pernikahan ini tidak pernah ada cinta? Dengan begitu, Mas hanya akan menderita, begitu pun dengan aku yang harus menerima kenyataan bahwa suamiku sendiri mencintai wanita lain," lirih Alisha sembari menatap sendu kepada suaminya.
"Maafkan aku Alisha, Mas tidak pernah mau semua ini terjadi. Akan tetapi, takdir mempersatukan kita dalam ikatan pernikahan yang suci. Semenjak itu, aku sudah berusaha untuk menjadi suami yang baik bagimu. Maka dari itu, tolong beri aku kesempatan untuk bisa menjadi suami yang baik bagimu." Ilham mendekati istrinya dan menangkup wajah Alisha, dengan kedua tangannya.
"Tapi, bagaimana dengan Zahra? Mas kan masih sangat mencintainya?" tanya Alisha dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jangan pikirkan itu, Mas akan berusaha untuk melupakannya dan belajar mencintai kamu," jawab Ilham yang masih mengakup kedua pipi Alisha.
Alisha nampak memikirkannya dengan baik-baik. Semua yang dikatakan suaminya terlihat begitu tulus, walaupun Ilham harus berusaha sekuat tenaga untuk melupakan sepupunya itu.
"Baiklah, tapi Mas jangan melakukan semua itu karena pernikahan kita. Aku mau, Mas Ilham tulus mencintaku dan tidak semata-mata untuk membuatku percaya saja," ujar Alisha dengan penuh harap.
Ilham menghembuskan napasnya pelan. "Insya Allah, aku bersedia mencintaimu karena Allah."
Bergetar sudah seluruh tubuh Alisha setelah mendengarkan kata-kata dari Ilham yang sangat menyentuh lerung hatinya, seakan kata itu adalah sebuah kata yang sangat spesial baginya.
Namun, Alisha juga sadar bahwa akan begitu sulit untuk Ilham mencintainya karena sekarang masih ada Zahra di dalam hati Ilham. Oleh karena itu, ia tidak berharap lebih dari suaminya walaupun ia berhak untuk mendapatkannya.
"Mari bersama-sama menjalani rumah tangga ini seperti pada umumnya, aku harap bisa hidup denganmu sampai jannahnya Allah." Alisha menatap lekat wajah Ilham yang tampan, apalagi dalam jarak yang sangat dekat seperti ini.
Deg, jantung Ilham terasa berdetak begitu kencang. Wajahnya pun seketika berubah menjadi pias pasi, seakan ucapan Alisha itu sangat begitu kuat. Dari sorot matanya saja, Ilham sudah menduganya bahwa istrinya itu benar-benar dalam ucapannya dan tidak main-main dengan itu.
"Aku tahu, ini sangat berat bagimu, Mas. Maka dari itu, aku tidak menyimpan harapan yang besar akan dirimu. Namun, hati ini berkata bahwa aku juga berhak untuk mendapatkan kebahagiaan bersama dengan suamiku sendiri," lanjut Alisha karena melihat Ilham diam saja.
"Terima kasih karena kamu sudah mengerti dengan perasaanku," ucap Ilham. Dia juga baru menyadari bahwa istrinya itu dengan mudah dapat mengerti keadaannya.
Alisha hanya tersenyum saja, sedangkan Ilham masih menatap wajahnya dengan begitu dalam. Seketika keduanya terdiam, tapi hanya sebentar karena Ilham segera menyentuh kedua pipinya dan menghapus air mata yang masih tersisa dari wajahnya, dengan menggunakan ibu jarinya.
Perlakuan suaminya itu berhasil membuat Alisha tersentuh dan tidak terasa olehnya, perasaan cinta mungkin sudah timbuhdari hatinya untuk Ilham. Meskipun begitu, sangat tidak mungkin baginya untuk mendapatkan balasan cinta dari Ilham.
"Tidurlah kembali, maafkan aku karena teleh menyakiti hatimu dan membuatmu menangis sehingga mengeluarkan air mata yang sangat
membuatku merasa bersalah." Ilham mengelus pelan kepala Alisha.
Lantas, Alisha pun mengangguk dan kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur bersama dengan Ilham. Namun, sesaat kemudian keduanya tidak bisa tertidur kembali walaupun sudah berusaha memejamkan kedua belah matanya.
Dengan begitu, Ilham pun teringat akan sesuatu dan kembali melirik kepada istrinya yang berada di sampingnya.
"Alisha," panggil Ilham dengan tiba-tiba.
"Iya, Mas. Ada apa?" Alisha berbalik menatap kepada wajah suaminya yang begitu sempurna.
"Kamu belum tidur?" tanya Ilham karena melihat istrinya yang masih terjaga.
"Iya, Mas. Mas juga kenapa belum tidur?" tanya kembali Alisha.
"Aku tidak bisa tidur," jawab Ilham singkat.
"Alisha, bagaimana kalau kita melakukan salat tahajud saja. Lagi pula, sekarang masih jam dua malam," lanjut Ilham soraya tersenyum kepada istrinya.
Alisha mengangguk. "Iya, Mas."
Dengan begitu, Ilham pun segera beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil air wudhu yang dikuti oleh Alisha. Setelah itu, mereka berdua pun melaksanakan salat tahajud di sepertiga malam, di mana keduanya dalam situasi yang sangat mengguncang.
Rumah tangganya hampir berantakan karena Alisha bertindak dengan begitu saja, tanpa memikirkan resikonya. Walaupun demikian, pada akhirnya Ilham bisa menyakinkan istrinya kembali dan memulai rumah tangganya dengan penuh kejujuran.
Setelah melakukan salat tahajud, Ilham pun berdoa dan Alisha mengaminkannya. Lantas, Ilham pun berbalik menatap istrinya dengan sendu. Melihat itu, Alisha seakan tahu dengan keadaan suaminya saat ini sehingga ia pun hanya bisa mencium punggung tangan Ilham dengan penuh cinta dan pembaktian.
Ilham pun segera mencium pucuk kepada Alisha dengan sangat lama, seakan mencari kenyamanan dari dalam istrinya itu. Untuk itu, Alisha hanya bisa tersenyum dan menerima semua perlakuan suaminya terhadap dirinya.
"Alisha, maafkan aku karena selama ini tidak pernah berprilaku baik terhadapmu, bahkan seluruh hakmu pun aku belum sepenuhnya memberikannya kepadamu. Maka dari itu, di mulai dari sekarang, aku akan berusaha memenuhi semuanya," ucap Ilham sembari menatap wajah Alisha yang cantik.
"Iya, Mas. Aku juga minta maaf karena telah lancang mengatakan kata-kata yang sangat tidak pantas tadi, tolong ajari istrimu ini untuk menjadi istri yang baik bagi suaminya." Alisha menggenggam tangan Ilham dengan penuh keberanian.
"Insya Allah, Istriku." Ilham mencium tangan Alisha dengan sangat mesra sampai Alisha pun tidak percaya akan perlakuan suaminya itu.
.
.
.
Assalamualaikum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
muthia
semoga tidak ada poligami, klau ada maaf aku g bs lanjut 🙏🙏
2023-01-04
1
Maulana ya_Rohman
masih nyimak thor.....
2022-12-29
1
Erbanana
Seneng lihat mereka mengawali saling terbuka dan jujur.
2022-12-22
6