Alisha yang suasana hatinya masih belum stabil, maka Ibu Rahma tidak memaksa putrinya dan mendiamkannya untuk bisa menenangkan dirinya dulu.
Dengan begitu, Alisha memilih kembali melakukan aktivitasnya yang sempat tertunda karena ia juga harus membantu ibunya yang masih menyiapkan makanan.
Tidak lama dari itu, Alisha kembali masuk ke dalam kamarnya guna menangil suaminya karena ia sudah selesai menyiapkan sarapan pagi untuknya. Dengan begitu, Ilham mengikuti isterinya ke arah meja makan. Meskipun begitu, Ilham sangat tidak enak karena berada di rumah mertuanya dan ia juga sanggat rindu dengan aktivitasnya dulu yang selalu disibukan dengan mengajar, tapi sekarang ia merasa sangat sunyi walaupun ada seorang istri yang siap menemaninya.
Setelah sarapan pagi selesai, Ibu Rahma tiba-tiba saja mengatakan sesuatu kepada Ilham. "Ilham, nanti tolong antar Alisha ke rumah Ustaz Hasan karena ada suatu hal yang perlu dikatakan dengan jelas yang tidak bisa lewat telpon saja."
Ilham terdiam, ia merasa sedikit terkejut. Belum lama ia mencoba melupakan Zahra, tapi ada saja yang membuatnya tidak bisa melupakannya.
"Baik, Bu. Kapan Ilham harus pergi ke rumah Ustaz Hasan? Ilham juga ingin sekalian menemui Abi," ujar Ilham yang terlihat begitu serius.
"Sekarang kalian bisa langsung berangkat ke rumah Ustaz Hasan, tapi Ibu titip Alisha takutnya ia kenapa-kenapa karena kondisinya masih belum sepenuhnya ceria seperti dulu," jawab Ibu Rahma yang kembali membuat Ilham mengerti.
"Ibu jangan begitu, Alisha tidak apa-apa," protes Alisha karena ibunya itu sangat memperhatikannya.
"Ya sudah, kalau begitu kalian siap-siap dulu. Alisa, jangan lupa bujuk Zahra," ucap Ibu Rahma yang masih membereskan makanan.
"Iya, Bu," jawab Alisha sembari beranjak dari tempat duduknya.
Setelah mendengarkan penuturan dari ibu mertuanya, Ilham merasa ada yang aneh dari semua ini. Terlebih, Ibu Rahma menyangkut pautkan nama Zahra yang dimana membuatnya sangat kebingungan.
Tidak lama dari itu, Ilham segera menjalankan mobilnya bersama dengan Alisha yang sudah siap dan penampilannya juga sudah sangat rapih. Walaupun demikian, Ilham juga mengakui bahwa Alisha adalah sosok wanita yang sangat terjaga dan penampilannya juga anggun. Namun, Ilham belum bisa memberikan citanya kepada Alisha walaupun istrinya itu sudah sangat sempurna dan tidak ada keluhan sekali pun.
"Mas, apa Mas ingin menemui kedua orang tua, Mas?" tanya Alisha yang kali ini ia mulai berani berbicara kepada suaminya.
Lantas Ilham pun menoleh kepada istrinya. "Iya," jawab Ilham singkat dan kembali fokus menjalankan mobilnya.
"Apa tidak apa aku ikut dengan Mas, sedangkan belum ada yang tahu tentang pernikahan kita?" keluh Alisha yang terlihat begitu gugup.
"Selagi bisa, boleh-boleh saja."
"Baiklah, tapi sekarang kita akan kemana dulu?" tanya Alisha dengan wajah bingungnya.
"Kita akan ke rumah Ustaz Hasan dulu, karena itu tujuan kita sebelumnya," jawab Ilham yang hanya fokus menyetir mobil.
Setelah mendapatkan jawaban itu, Alisha tidak lagi berkata sehingga hanya keheningan yang terjadi
Setelah sampainya Alisha di depan rumah Ustaz Hasan yang di sebelahnya terdapat sebuah masjid besar Al-Ikhlas, dan itu adalah tempat pertama kali Ilham melihat seorang wanita cantik yang sedang melenturkan ayat suci al-qur'an yang tidak lain ialah Zahra. Dengan mengingat kejadian itu saja sudah membuat diri Ilham tidak lagi berdaya. Akan tetapi, Ilham tidak bisa melakukan apa pun lagi.
Setengah memarkirkan mobilnya, Alisha dan Ilham segera masuk ke dalam rumah Ustaz Hasan yang kebetulan sudah di sambut hangat oleh Ummi Hanum.
"Bi, Zahranya ada?" tanya Alisha karena tidak melihat keberadaan sepupunya itu.
"Ada di dalam kamarnya, tunggu sebentar biar Bibi temui dulu," jawab Ummi Hanum yang langsung ingin beranjak dari tempat duduknya. Akan tetapi, Alisha langsung menghentikannya.
"Jangan, Bi. Biar Alisha saja," kata Alisha yang membuat Ummi Hanum tersenyum.
"Sudah, kamu duduk di sini saja dengan suamimu, biar Bibi yang temui Zahra."
"Tapi, Bi. Apa tidak merepotkan?" tanya Alisha karena tidak enak kepada bibinya.
"Kamu ini kayak sama siapa saja. Sudah jangan begitu, anggap saja ini rumah sendiri," balas Ummi Hanum dengan tersenyum.
Maka dari itu, Alisha hanya menurutinya saja tanpa merasa sungkan lagi. Terlebih, Ummi Hanum sangat menyayanginya sehingga tidak perlu malu lagi.
Tidak lama dari itu, Zahra datang bersama dengan Ummi Hanum dan segara bergabung bersama Alisha dan Ilham yang sedang berada di ruang tamu.
Melihat Zahra, Ilham merasa sangat sedih. Pada saat ini, Ilham berada di dalam situasi yang sungguh rumit walaupun hanya sekedar berkunjung.
"Zahra, aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu, dan aku tidak bisa menjelaskannya dengan kata-kata saja. Maka dari itu, kamu bisa membacanya karena di sana tertera namamu," ucap Alisha yang mulai kepada intinya saja.
"Apa ini Alisha?" Zahra bertanya kepada Alisha akan surat yang diberikan kepadanya.
"Itu pesan dari Ayah sebelum meninggal, dan aku sudah membacanya, tapi untuk menjelaskan kepadamu, Ra. Aku tidak bisa," ujar Alisha yang hanya menatap wajah Zahra dengan sendu.
Mendengar jawaban yang seperti itu, Zahra tidak lagi mengatakan apa pun dan segera membaca isi dari surat itu. Dan seketika saja, Zahra terkejut karena tidak begitu bisa menerimanya.
"Jadi, bagaimana, Ra? Apa kamu mau menjadi guru pengajar di Pesantren Darussalam, peninggalan Ayahku?" tanya Alisha dan raut wajah Zahra sudah sulit untuk diartikan.
"Aku tidak tahu bisa atau tidaknya, tapi Zarha akan meminta izin dulu kepada Abi," jawab Zahra sembari memikirkan sesuatu.
"Assalamualaikum." Suara itu membuat semua orang yang berada di sana melihat kepada Ustaz Hasan yang baru saja masuk ke dalam rumah yang sebelumnya, dia berada di Masjid Al-Ikhlas.
"Wa'alaikumsalam," jawab semuanya dan Ustaz Hasan ikut bergabung bersamanya.
"Eh, ada Alisha dan Ustaz Ilham. Sudah lama berada di sini?" Ustaz Hasan malah baru tahu kedatangan Alisha ke rumahnya.
"Belum lama, Paman," jawab Alisha yang kemudian mencium tangan Ustaz Hasan, begitu pula dengan Ilham.
"Maaf, Abi baru datang kemari. Ada apa ini? Kayaknya ada yang serius?" tanya Ustaz Hasan yang langsung saja dijelaskan oleh Alisha.
Dengan begitu, Ilham jadi tahu semuanya. Seketika ia terdiam dan merasa sedikit kaget, dan bagaimana jika Zahra akan ikut bersamanya ke Palembang. Dengan begitu, Ilham tidak bisa lagi berpikir jernih karena semua ini bagaikan sebuah kebingungan baginya.
Ternyata Ilham sedang terjebak dalam situasi yang cukup membingungkan, dalam sekejap semua hal terjadi secara mendadak dan Ilham tidak bisa mengatasinya. Namun, tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa dalam situasi yang seperti ini. Zahra akan segera hadir kembali ke dalam kehidupannya yang sudah sulit untuk diatasi kembali.
Oleh karena itu, Ilham akan sangat sulit menerimanya dengan hati yang lapang karena wanita yang dicintainya seakan selalu hadir di tengah-tengah kebimbangannya. Dan entah mengapa, takdir selalu mempertemukannya dengan Zahra.
Seakan semuanya terjadi dengan sangat cepat dan dalam sekejap, Ilham dihadapkan dengan berbagai kebetulan yang sangat sulit diterimanya.
.
.
.
Bagaimana ini, apa Zahra tetap mau memenuhi permintaan dari pamannya, atau tidak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
melia
Sungguh rumit sekali thor..Gmna mau move on kalau ahirnya bkal ketemu terus😁😁
2023-01-29
1
Maulana ya_Rohman
semoga Zahra mendapatkan jodoh yang tulus mencintainya🤲🤲🤲🤲🤲
2022-12-29
1
umi b4well (hiatus)
iya kayaknya karena wasiat kan??
kasiannyalah ilham...tapi gk papa..mungkin di suatu hari kalian masih dijodohkan oleh othor..
2022-12-14
3