Akulah orang yang seharusnya mendapatkan tembakan itu dan seharusnya akulah yang berada di tempatnya bersama dengan bajingan itu. Jika saja pria jahat itu masih hidup, aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri. Tapi aku bahkan tidak bisa melakukan hal itu lagi.
Aku merasa begitu terluka dengan melihat Adel yang seperti itu. Para dokter harus mencukur sebagian rambut di kepala Adel karena dia mendapatkan perban di sekeliling kepalanya dan juga luka di lengannya itu.
Ketiga bayi kembar kami itu selalu bertanya kepadaku, apakah Mama mereka akan baik-baik saja. Aku berusaha untuk tegar dan kuat untuk mengatakan 'iya' kepada mereka.
Tapi hari-hari ini berlalu dan aku merasa tidak yakin dengan kondisinya. Aku hanya ingin Amel kembali pada kami semua.
"Apakah itu sebuah permintaan yang terlalu berat Tuhan?"
Aku menyadari bahwa aku tidak pernah mengatakan kepadanya bahwa aku sangat mencintai dirinya.
Saat aku mengetahui bahwa aku adalah Papa dari anak-anaknya, aku malah berjalan pergi begitu saja dan tidak mengatakan kepadanya bahwa aku bahagia dengan hal itu. Dia mungkin saja berpikir bahwa aku tidak mau berada di sana dan bertanggung jawab atas anak-anak itu.
'Aku memang melakukan itu semua. Oh ya Tuhan, aku benar-benar membuat luka yang besar untuk dirinya.'
Aku hanya ingin membuat dia terbangun, agar aku bisa mengatakan kepadanya semua hal yang aku rasakan untuknya.
"Bangunlah Adel, kumohon bangunlah! Jadi kita semua bisa bersama." Bisik ku di telinganya.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku berdoa. Berdoa agar Adel bisa baik-baik saja karena aku mau dia tetap seperti itu.
...****************...
17 hari berlalu....
Itulah berapa lama Adel sudah berada dalam kondisi koma. Dokter datang untuk bicara kepadaku kemarin.
Dokter mengatakan semakin lama Adel tertidur seperti itu, maka akan semakin kecil kemungkinan bahwa dia akan segera bangun. Olivia sering datang beberapa kali berkunjung ke rumah sakit. Tapi dia pergi dengan cepat setelah itu.
Dia mengatakan kepadaku bahwa Adel sangat membenci dirinya, sehingga dia tidak bisa terus berada di sana. Sementara aku tetap saja duduk di dalam ruangan rumah sakit di mana Adel dirawat itu.
Mama Adel terus menjaga ketiga bayi kembar kami sepanjang waktu saat dia berada di rumah. Mereka sering datang kemari setiap hari. Ketiga bayi itu masih tetap tidak mengerti bahwa Mama mereka mungkin saja tidak akan bangun selamanya. Aku tentu saja tidak mau hal itu terjadi. Tapi aku mulai untuk berpikir bahwa Adel mungkin tidak akan pernah bangun lagi.
Bukan karena aku tidak menginginkan dia untuk bangun. Tapi aku merasa semuanya akan seperti itu. Aku benar-benar menginginkan dia untuk segera bangun lebih dari apapun. Tapi aku mulai menghadapi kenyataan ini.
'Tapi Tuhan, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika dia pergi.'
Hanya waktu yang bisa menjawab semua ini. Aku terus menatap ke arah jendela dari dalam ruangan di mana Adel dirawat itu melihat ke arah jalanan.
Ada mobil yang berpacu dengan begitu cepat. Orang-orang yang tampak bergegas menuju ke arah tujuan mereka. Mereka semua tampak sibuk dengan kehidupan mereka masing-masing. Semua yang aku bisa dengar hanyalah suara klakson dari mesin mobil dan suara dari langkah orang-orang yang ada dari luar ruangan.
Cahaya matahari dari luar menyakiti mataku. Itu karena aku sudah cukup lama menatap ke arah luar jendela.
Tiba-tiba aku mendengar suara erangan. Aku melihat ke arah Adel yang tampak pucat itu dan aku melihat wajahnya yang merasa kesakitan atau merasakan sesuatu. Aku lantas berlari ke arah tempat tidur dan memegang tangannya.
"Adel....!" Ucapku dengan perlahan. "Sayang..." Ucapku lagi.
Dia membuka matanya dan melihat ke arahku. Aku merasa sangat-sangat bahagia melihat matanya yang sudah terbuka.
Adel akhirnya bangun. Kata-kata tidak bisa mengekspresikan bagaimana bahagianya yang aku rasakan saat ini. Tapi itu semua berubah saat dia mulai bicara.
"Siapa kau?" Tanya Adel dengan wajah yang terlihat bingung.
Aku melihat ke arah wajahnya dengan tatapan kosong.
"Adel sayangku, ini aku John." Ucapku dengan gugup.
"Apakah aku mengenalmu?" Ucapnya bertanya kepadaku.
Aku memutuskan bahwa aku harus memanggil dokter dengan cepat. Adel adalah seorang aktris yang buruk. Jadi aku selalu bisa dengan mudah mengatakan jika dia tengah berbohong kepadaku. Tapi kali ini, dia tampak begitu serius.
"Tunggu sebentar di sini Adel. Aku akan memanggil dokter untukmu, oke." Ucapku.
"Kenapa kau harus membutuhkan seorang dokter? Apakah kau sakit?" Tanya Adel.
Rasanya aku ingin tertawa tapi mataku malah berair dan hal itu membuat dia terlihat mengkhawatirkan aku.
"Tidak, aku baik-baik saja. Aku akan kembali beberapa menit lagi." Ucapku.
Setelah itu aku langsung pergi meninggalkan ruangan itu untuk menemui dokter.
"Dokter Rossa.....!" Panggil ku.
Aku melihat dokter yang selalu memeriksa kondisi Adel itu keluar dari dalam sebuah ruangan.
Dokter Rosa melihat ke arahku.
"John...! Apakah semuanya baik-baik saja? Kau belum pernah meninggalkan ruangan itu sejak Adel berada di sini." Ucap dokter Rossa.
"Dia sudah bangun." Ucapku dan setelah aku mengatakan hal itu, dokter Rossa dengan cepat pergi menuju ke arah ruangan di mana Adel dirawat.
"Tapi dok, tunggu dulu." Ucapku.
"Ada apa John?" Tanya Dokter Rossa, tapi dia tidak memperlambat jalannya.
"Dia tidak mengenal siapa aku." Ucapku dengan pelan..
Dokter Rossa lantas berhenti dan melihat ke arahku. Dia memegang pundak ku untuk membuat aku merasa nyaman dan kami berdua berjalan ke arah kamar di mana Adel dirawat dengan cepat.
Saat kami tiba di dalam kamar itu, Adel tampak tengah berdiri melihat ke arah luar dari jendela.
"Adel sayang, apa yang kau lakukan? Kenapa kau turun dari tempat tidur?" Ucap dokter Rossa.
Adel melihat ke arahku kemudian ke arah dokter Rossa. Dia terlihat bingung dan sangat ketakutan.
"Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?" Tanya Adel dengan cepat.
Aku tidak pernah melihat sisi dirinya yang seperti ini. Dia selalu kuat dan penuh percaya diri. Tapi skarang, dia terlihat ketakutan dan tampak tidak yakin dengan dirinya sendiri. Itu membuat aku ingin memeluknya dan membuat dia nyaman dan tidak akan pernah membiarkan dia untuk pergi.
"Baiklah Adel, namaku adalah Dokter Rosa Amelia. Kau mengalami sebuah kecelakaan yang membuat kepalamu terluka. Kau mungkin saja mengalami sedikit amnesia. Itu berarti kau kehilangan ingatan yang...."
"Aku tahu apa amnesia itu." Ucap Adel menyela ucapan Dokter Rossa dengan keras kepala.
Dan seperti itulah Adel yang aku kenal selama ini. Adel lalu melihat ke arahku dan bertanya siapa aku.
"Namaku adalah John." Hanya itulah yang bisa aku katakan padanya.
Dia menatap ke arahku dengan tatapan yang penuh pertanyaan, mencoba untuk mencari tahu siapa aku.
"Adel, aku harus melakukan beberapa tes untuk melihat kondisimu. Apakah kau bisa melakukannya?" Tanya Dokter Rossa dengan sopan.
Adel tampak tidak yakin tapi dia menganggukkan kepalanya di saat yang bersamaan. Aku lalu duduk di dalam ruangan itu saat mereka melakukan beberapa tes. Semua itu terasa sangat sulit bagiku. Dia tidak bisa mengingat apapun. Dan di saat yang bersamaan Mamanya dan ketiga bayi kembar kami datang berkunjung.
Mereka semua tampak begitu bahagia saat mereka melihat bahwa Adel sudah terbangun. Tapi saat aku mengatakan kepada mereka bahwa Adele tidak bisa mengingat mereka, bayi kembar tiga kami itu mulai menangis. Aku merasa benar-benar kacau. Ini semua adalah kesalahanku sehingga seluruh keluarga ini menjadi terpisah seperti ini.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments