John Akan Pergi

Sekarang sudah 1 bulan sejak Mama mengetahui bahwa aku hamil. Mama mulai bertingkah berbeda. Mama mulai berteriak kepadaku. Dan sesaat kemudian mulai merasa malu karena dia tidak akan bisa pergi ke manapun bersamaku. Setelah itu Mama mulai histeris. Mama juga mulai bekerja keras untuk mendapatkan uang dan membayar biaya kehidupan di rumah.

Aku kembali dari sekolah dan menemukan ada tiga tas penuh dengan barang-barang bayi yang ada di rumah. Aku bahkan bangun di tengah malam karena aku merasa tidak baik-baik saja dan menemukan bahwa Mama tengah duduk di meja makan dan tampak menghitung sesuatu.

Aku lantas mengendap kembali masuk ke dalam kamar menyadari bahwa kehamilan ku ini membuat semuanya sangat sulit bagi Mama. Mama benar-benar terlihat begitu kesusahan saat ini.

Di sisi lain Papa tidak pernah berbicara kepadaku sekalipun. Papa memanggil aku sebagai wanita ****** yang tidak bisa menutup kakiku rapat-rapat.

Itu adalah terakhir kalinya aku berbicara dengan Papa. Papa akan pergi sebelum aku bangun dan tidak peduli jam berapa itu dan aku selalu mendengar Papa tiba di rumah pukul 01.00 pagi.

Sementara kakakku Gea, dia baik-baik saja dengan semua hal ini. Dia merupakan kakak yang sangat hebat. Dia sebenarnya tengah berusaha untuk menjual mobil lamanya karena dia baru saja membeli mobil baru. Tapi bukannya menjual mobil itu, dia malah memberikan mobil lamanya itu kepadaku. Dia berkata bahwa aku akan membutuhkan mobil itu.

Kak Gea dan Mama ikut menemani aku pergi untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk pertama kalinya dan sejak hari itu mereka berdua sangat begitu mendukung aku bahkan Mama.

Mama bilang bahwa Mama memang ingin menjadi seorang nenek bahkan jika itu terlalu sedikit lebih cepat dari yang Mama bayangkan.

Sedangkan teman-temanku sekarang, kehamilan ku sudah masuk ke usia tiga setengah bulan dan kebanyakan dari mereka sudah menyadari sesuatu yang berbeda dariku. Aku sudah tidak pergi ke pesta apapun lagi dan saat aku bisa pergi, aku tidak meminum alkohol lagi. Aku menyadari orang-orang melihat ke arahku dengan tatapan berbeda. Tapi aku tetap mengangkat kepalaku tinggi dan tidak menghiraukan mereka.

Untuk Olivia dan John, Olivia masih menjadi sahabat baik yang aku punya. Dia selalu membantuku setiap waktu dan ikut bersamaku saat aku butuh bantuannya. Dia bahkan berdiri untukku melawan tatapan buruk orang-orang dan tentang rumor diriku yang tengah hamil.

Untuk John, tidak ada hal apapun yang terjadi. Hal itu cukup mengecewakan bagiku. Aku tahu bahwa aku seharusnya tidak mengharapkan apapun. Tapi semua itu tetap terasa menyakitkan. Aku tahu bahwa dia tidak akan punya alasan apapun untuk dekat denganku. Untuk apa dia mau terlibat dengan seorang gadis yang hamil di usia 17 tahun.

Saat aku bangun pagi ini, aku merasa begitu bosan. Aku mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghibur diriku. Tapi semuanya tidak berjalan dengan baik. Aku lantas mencoba untuk pergi ke sebuah toko dan memilih beberapa barang untuk bayi.

Mama dan Kak Gea, keduanya memutuskan untuk membantu aku dengan memberikan uang mereka sampai aku menyelesaikan sekolah menengah atas ku dan mendapatkan pekerjaan yang baik yang membuat aku merasa bahagia.

Aku lalu berjalan ke arah area di mana kebutuhan bayi berada dan disana aku melihat ada sosok John. Dia tampak tengah berbicara dengan kasir toko itu dan setelah itu dia berjalan mendekat ke arahku.

"Hei Adel.." Ucap John saat dia mendekat ke arahku.

Aku tersenyum kepadanya mencoba untuk mengingat terakhir kali aku bicara dengannya tanpa adanya orang-orang di sekeliling kami.

"Hei John." Ucap ku mencoba meniru bagaimana nada suaranya terdengar. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku.

Dia tampak melihat ke sekeliling, kemudian menatap ke arahku dengan wajah yang tampak merasa bersalah.

"Aku tengah mencari kado perpisahan." Balas John dengan suara yang pelan.

"Oh, siapa yang akan pergi? Siapa dia? Apakah aku mengenalnya?" Tanyaku.

"Itu adalah aku." Balas John.

"Kau lucu sekali. Tapi kau tidak mendapatkan hadiah untuk dirimu sendiri. Jika kau akan pergi lalu untuk siapa hadiah itu?" Tanyaku.

John tampak melihat ke arah belakang dimana di sana terdapat sebuah tempat tidur bayi.

"Iya aku akan pergi dan hadiah ini untukmu." Ucapnya.

Dia kembali melihat ke arahku dan aku melihat sebuah kebenaran di matanya.

'John akan pergi.'

Aku menatap ke arahnya beberapa saat sebelum aku mengatakan sesuatu.

"Kenapa? Kapan?" Tanyaku.

Dia menghela napas panjang.

"Aku hanya datang kemari beberapa saat. Awalnya aku pikir bahwa aku akan ada disini beberapa lama lagi. Tapi aku mendapat sebuah tawaran dari sebuah universitas dan itu adalah tawaran yang sangat baik. Aku bahkan mendapat beasiswa penuh untuk bermain sepakbola." Balas John seraya melihat ke arahku.

"Wow, aku bahkan tidak pernah tahu bahwa kau adalah seorang pemain bola." Ucap ku dengan gugup. "Tapi itu tidak menjelaskan kenapa kau harus memberikan hadiah kepadaku." Lanjut ku.

Aku mencoba untuk tidak memikirkan tentang fakta bahwa dia akan pergi. Bahkan aku mencoba untuk memikirkan tentang kenapa aku begitu kesal karena John akan pergi.

"Iya, aku sangat menyukai sepak bola. Dan beasiswa ini berarti bahwa aku bisa pergi ke manapun menggunakan beasiswa itu." Ucap John seraya tersenyum. "Dan tentu saja hal itu akan membuat senyuman di wajah kedua orang tuaku." Lanjut John.

Aku melihat kearah John dengan bingung. Saat dia menyadari bahwa aku tampak bingung, dia tertawa sedikit keras.

"Mama dan Papa, maksudku mereka sangat membenci fakta bahwa aku adalah seorang pemain bola." Ujar John.

Aku mencoba untuk tersenyum saat aku mengerti apa yang dia rasakan.

"Hei..." Ucap John dengan lembut. "Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja. Olivia akan membantumu dan aku akan mulai menelpon mu sekarang dan nanti."

Aku sadar untuk beberapa alasan, bahwa aku begitu bodoh karena sudah bergantung kepada John. Aku benar-benar merasa bodoh karena hal itu. Aku bahkan mencoba untuk bicara dengannya padahal semua ini semua bukanlah masalahnya.

Aku memang benar-benar orang bodoh yang bisa-bisanya tidur dengan seorang pria yang bahkan aku sendiri tidak mengingat siapa pria itu.

Aku lantas tersenyum saat John terus menatapku dengan menampilkan senyuman di wajahnya.

Setelah itu aku menghabiskan sepanjang hari bersama dengan John. Aku mencoba untuk tidak membiarkan dia membelikan apapun untukku. Tapi, Tidak perduli bagaimana kerasnya aku mencoba, itu tetap tidak berhasil. Dia tetap membelikan aku sebuah tempat tidur bayi yang paling baik. Tempat tidur itu panjangnya kira-kira 2 meter dan lebarnya kurang lebih 1 meter.

Tempat tidur itu terbuat dari kayu mahoni yang dimana semuanya terlihat begitu baru dan mengkilap. Dia juga memberikan sebuah matras sebagai alas tempat tidurnya dan beberapa pasang pakaian untuk bayi. Ada juga berbagai perlengkapan bayi lainnya, berupa selimut, dan mainan gantungan yang bisa dipasang di atas tempat tidur bayi yang berupa berbagai bentuk binatang. John benar-benar sangat baik kepada ku.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!