Sikap Aneh John

"Jika kau adalah Adel, kau harus ada di dalam mobil dalam waktu 2 menit. Jika kau tidak bisa, maka kau harus berjalan pergi ke rumah Olivia." Ucap John.

Setelah mengatakan hal itu dia berbalik dan berjalan keluar dari dalam rumah sementara aku berdiri dengan mulutku yang terbuka lebar.

'Ya Tuhan apa-apaan dia itu?'

Pertama, dia itu sangat kejam. Yang kedua, aku bersumpah bahwa John sudah berubah sejak terakhir kali aku melihatnya.

Aku merasakan sebuah bantal mengenai kepalaku dan melihat ke atas dimana kakakku menatap aku seolah dia tengah marah.

"Hei girl! Cepat pergilah aku tidak akan membiarkan pria tampan itu menjauh dari pandanganku." Ucap kakakku yang seolah berteriak itu.

Aku bergegas berlari mengejar John. Dalam kondisi hamil yang seperti ini seharusnya aku tidak berlarian. Tapi apa lagi yang bisa aku lakukan. Aku tidak mau John meninggalkan aku dan membuat aku harus berjalan untuk pergi ke rumah Olivia.

Aku bergegas masuk ke dalam mobil. Dan di saat yang bersamaan, John berjalan ke sisi lain dan dengan canggung masuk kedalam mobilnya.

Mobil itu mulai berjalan menuju rumah Olivia dan aku bersumpah bahwa itu adalah momen paling canggung yang pernah aku alami seumur hidupku. Aku duduk di dalam mobil menunggu sampai John mengatakan sesuatu, tapi nyatanya dia tidak mengatakan apapun padaku.

Aku tahu berdasarkan pengalaman ku bahwa dia akan membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di rumah Olivia. Jadi itu berarti aku sudah melewati waktu 5 menit. Dan 5 menit lagi kami tiba disana.

'Aku pasti bisa melewati momen canggung ini.' pikirku dalam hati.

"Jadi kau adalah Adela, hah?" Tanya John yang tiba-tiba bicara.

'Oh ya Tuhan, dia akhirnya bicara denganku.'

Aku berpikir bahwa aku akan panik saat dia mulai bicara.

'Apa yang harus aku katakan kepada pria yang sangat keren ini? Tapi, dia sepertinya sudah membenci aku. Bagaimana ini?'

"Iya." Dan hanya itulah balasan yang aku berikan padanya. Hanya kata 'iya' saja.

Padahal aku adalah orang yang paling asyik yang bisa diajak untuk bicara.

"Kau adalah temannya Olivia kan? Dia menyebut mu beberapa kali beberapa saat yang lalu." Ucap John lagi.

"Yeah, aku rasa begitu. Kami sudah berteman untuk waktu yang cukup lama." Balas ku.

Tiba-tiba John tertawa. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sangat lucu hingga membuatnya tertawa. Jadi aku menoleh dan melihat ke arahnya. Dia terlihat menyadari ekspresi kebingungan ku dan mencoba untuk berhenti tertawa. Tapi dari ujung mulutnya terlihat sangat jelas bahwa dia masih ingin menertawakan ku.

"Maaf. Olivia mengatakan kepadaku bahwa kau tidak pernah bisa diam. Kau selalu berbicara. Tapi yang aku lihat sekarang, kau sama sekali tidak banyak bicara." Ucap John kemudian tertawa lagi.

Aku memaksakan sebuah senyuman keluar dari bibirku dan melihat keluar jendela. Aku menatap rumah-rumah yang terlihat kabur. Aku pikir aku hanya berimajinasi saja. Aku berusia 17 tahun dan hidupku sepertinya akan berakhir. Semuanya berjalan dengan begitu cepat, sangat cepat. Sama seperti rumah-rumah yang tidak bisa aku lihat dengan jelas itu.

...----------------...

Akhirnya kami tiba di rumah Olivia dan John. Aku melihat Olivia duduk sendirian di depan rumahnya menunggu kedatangan ku. Matanya tampak berair saat dia melihat mobil berhenti di depan rumahnya. Aku lantas bergegas keluar dari dalam mobil itu.

"HAMIL! BAGAIMANA MUNGKIN KAU BISA HAMIL? YA TUHAN! MAKSUD KU KENAPA KAU TIDAK BISA LEBIH BERHATI-HATI SEPERTI ORANG LAIN YANG MELAKUKAN HUBUNGAN ITU?" Teriak Olivia seraya berlari ke arahku.

Aku melihat ke arahnya seolah dia tengah marah besar kepadaku. Apakah dia baru saja berteriak seperti itu di tengah-tengah jalanan. Anak-anak yang bersekolah bersama kami tinggal di area ini. Mereka bisa saja mendengarnya. Kemudian aku mengingat bahwa John masih berada di belakangku. Aku lantas berbalik dan melihat ke arahnya dan menatap wajahnya yang tampak terkejut dan kemudian tampak marah.

Aku mendekat kearah Olivia dan kemudian ingin memintanya untuk tetap diam. Tapi entah kenapa aku tidak bisa mengatakan apapun. Mulutku terasa terkunci.

Aku membutuhkan bantuan nya. Tentu saja bukan rasa kasihan atau kemarahan, atau apapun itu darinya. Dia adalah satu-satunya sahabatku dan sahabat terbaikku. Tapi dia baru saja berteriak akan satu hal yang aku sangat percayakan kepada dirinya di seluruh dunia ini.

Aku hanya bisa berdiri di sana, merasa terluka dan dipermalukan, tapi juga dikhianati.

"Olivia diam lah. Apakah kau bisa melakukan itu?" Ucap John yang tiba-tiba terdengar dari belakangku.

Sedangkan aku masih berdiri mematung. Aku merasa begitu emosi. Aku merasa bahwa sebuah lengan memegang pundak ku dan aku menatap ternyata itu adalah John.

"Ya Tuhan, Oliv! Apakah kau suka jika seseorang atau temanmu mengatakan hal itu kepada seluruh dunia?" Ucap John yang tampak marah.

John mulai menarik aku masuk ke dalam rumahnya melewati pintu depan. Dia lalu membuat aku duduk di sofa dan berjalan ke arah ruangan lainnya. Aku masih sedikit terkejut. Tapi dengan cepat aku mengendalikan diriku.

Beberapa menit kemudian, John kembali dengan membawa sebuah gelas berisi es teh dan sandwich ditangannya. Dia menaruh nya di depanku dan duduk di sebuah kursi yang ada di hadapanku. Aku menatap kearah piring itu kemudian ke arahnya seolah berkata kepadanya apa yang dia lihat di wajahku? Kenapa dia bersikap begitu baik.

Aku mengharapkan dia akan mengejek ku dan mengatakan sesuatu yang buruk kepadaku. Tapi yang terjadi, dia hanya duduk disana dengan matanya yang terus menatapku.

"Kau harus makan." Ucapnya dengan suara yang tenang.

Aku lalu melihat kearah makanan itu lagi dan menatap kearah nya lagi

"Kenapa kau menjadi sangat baik?" Tanyaku.

John hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu saat Olivia masuk dan berlari kearah ruangan itu dan langsung duduk di sampingku memegang tanganku dan meminta maaf pada aku.

Aku menatap kembali ke arah John yang terlihat sudah pergi. Setelah itu Olivia menarik ku masuk kedalam kamarnya yang ternyata membuat aku takut masuk kedalam sana.

Aku sudah sering masuk kedalam kamarnya dulu. Namun saat dia membuka pintu kamarnya saat ini, mulutku begitu terbuka lebar. Rasanya aku hampir saja terjatuh ke lantai karena rasa terkejut ku yang begitu berlebihan. Olivia yang berjalan lebih dulu menyadari bahwa aku masih berdiri di pintu dan melihat ke arahku seolah aku bersikap terlalu berlebihan.

Tapi....

'Oh ya Tuhan, yang benar saja? Apakah Olivia memang begitu terobsesi dengan para pria seksi?' pikirku.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dewi Nurlela

Dewi Nurlela

apa Jhon yg menghamili adel

2023-03-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!