Menghubungi Olivia Sahabatku

Ini semua terlalu sulit untuk aku lewati sendirian. Tapi sepertinya aku memang harus melakukan semua ini seorang diri. Orang tuaku pasti akan sangat marah terutama Papaku yang tidak akan pernah menerima hal ini. Papa memang orang yang sangat pemarah. Dia bahkan pernah memukuli aku. Sebenarnya bukan pukulan yang terlalu keras. Tapi aku mempunyai beberapa bekas luka yang aku dapatkan setiap kali Papa memukuli aku karena aku sudah mengecewakan Papa.

Sementara Mama adalah orang yang paling menyayangi aku. Mama adalah seorang ibu yang paling sempurna di dunia ini. Memikirkan tentang Mama yang pada akhirnya nanti mengetahui bagaimana aku harus begitu berjuang melewati yang terjadi dalam kehidupanku ini yang semuanya terasa sangat buruk. Aku benar-benar membutuhkan Mama.

Namun aku belum bisa memberitahukan semua ini kepada kedua orang tuaku. Jadi aku lebih memutuskan untuk menelpon sahabatku Olivia. Olivia sudah menjadi temanku selama 5 tahun. Sebenarnya tidak terlalu lama. Tapi dia adalah sahabat terbaik yang aku punya. Aku lantas menekan nomor Olivia dan mengunci pintu kamar kemudian menghidupkan musik agar orang tuaku tidak bisa mendengar apa yang kami bicarakan nantinya.

Aku mulai menunggu sampai Olivia menjawab panggilan telepon dariku. Tapi setelah sekali, dua kali dan ketiga kalinya terdengar nada 'beep', belum juga ada yang mengangkat sambungan telepon itu. Mungkin saja Olivia sedang sibuk, jadi dia tidak sempat mengangkat telepon dariku.

"Halo siapa ini? Ini aku John yang bicara." Ucap seseorang yang mengangkat telepon itu.

Aku mematung menyadari bahwa John ada di sana. Dia adalah kakak laki-laki Olivia dan dia tidak pernah tinggal di rumah itu selama 5 tahun belakangan.

Saat orang tua Olivia dan John bercerai, Olivia tinggal bersama Mama nya, sementara John tinggal bersama Papa mereka dan pergi dari kota ini. Saat aku berpikir kenapa John ada disana dan menjawab telepon itu, aku akhirnya menyadari bahwa aku tidak mengatakan apapun kepada John.

"Halo! Halo! Apakah ini panggilan saah sambung? Ah sangat bodoh sekali. Siapa ini sebenarnya? Sandra, jika ini kau, aku berdoa agar kau pergi ke neraka." Ucap John yang mulai marah setelah dia menyelesaikan bicaranya dan aku akhirnya menyadari bahwa aku harus mengatakan sesuatu.

"Mmmm.... Halo... Tidak, ini bukan Sandra." Balas ku dengan malu.

"Oh, kalau begitu siapa kau? Dan kenapa kau tidak menjawab aku sebelumnya?" Tanya John.

"Maaf, aku hanya bingung. Kau tidak perlu marah kepadaku seperti itu." Ucap ku dengan suara yang sedikit kesal. "Dengar ya, aku minta maaf aku adalah teman Olivia, namaku Adel. Apakah Olivia ada di rumah?" Tanyaku.

"Iya, dia ada di rumah. Aku akan memanggilnya untukmu. Dasar aneh..." Ucap John yang aku yakin kata terakhirnya itu dia tidak bermaksud untuk aku mendengarnya karena dia terdengar sedikit berbisik.

'Dasar orang aneh.' pikirku.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ponsel terdengar berisik sebelum Olivia menjawab panggilanku dengan suaranya itu.

"Hai Olivia, ini aku Adel." Ucapku.

"Oh hei sayangku. Apa kabar? Kau membuat kakakku kesal." Ucap Olivia tertawa. "Bagaimana rahasianya? Aku bahkan tidak pernah membuat dia marah seperti itu." Lanjut Olivia.

"Sial.... Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan hal itu." Ucap ku yang sebenarnya sangat kesal karena sikap kakak Olivia itu.

"Sudahlah, kau tidak usah memikirkannya. Jadi, ada apa?" Tanya Olivia kepadaku.

"Mmmm baiklah. Kau tahu bahwa sebenarnya kau adalah sahabat terbaikku di seluruh alam semesta bukan?" Ucap ku.

"Wow, kedengarannya sangat hebat. Kau sudah mempromosikan aku dari teman terbaikmu di seluruh dunia menjadi temanmu yang paling baik di seluruh alam semesta." Ucap Olivia tertawa.

"Iya, aku sungguh-sungguh kali ini. Aku... aku... Mmm...." Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepada Olivia.

"Wow Adel, apakah ada hal yang sangat buruk sampai kau tidak bisa mengatakannya kepadaku? Ayolah, aku bersumpah bahwa aku tidak akan mengatakan apapun hal yang buruk tentang dirimu." Ucap Olivia berusaha meyakinkan aku agar aku mengatakan sebenarnya apa yang ingin aku katakan kepadanya.

"HAMIL....!" Teriakku. " Aku hamil." Ucap ku sekali lagi dengan suara yang lebih tenang.

Olivia terdiam beberapa saat setelah mendengarkan ucapan ku itu.

"Ah, aku tidak menyangka dengan hal itu." Ucap Olivia ragu.

Aku mencoba tertawa seolah semuanya tidak ada yang terlalu serius yang terjadi kepadaku. Tapi kebisuan Olivia semakin membuatku tidak nyaman.

"Apakah kau mau datang kemari Del?" Tanya Olivia menggunakan nama pendek lamaku.

"Aku bisa yakin bahwa kau tidak mau keluargamu mendengarkan hal ini." Ucap ku.

"Hanya ada aku dan John di rumah dan dia kebetulan sedang keluar rumah. Aku bisa memintanya untuk menjemputmu." Ucap Olivia.

"Yeah, baiklah." Balasku dengan lega.

"Tapi ingat, kau harus mengatakan kepadaku tentang kehamilan ini sejak awal." Ucap Olivia. "Dan oh ya, pastikan bahwa kau tidak akan membuat kakakku itu kesal oke." Lanjutnya.

"Oke." Balasku.

Aku kemudian mulai bersiap-siap. Aku menghabiskan beberapa menit untuk berganti pakaian dan mengikat rambut ku. Aku baru saja menaruh sisir di atas meja saat aku mendengar suara klakson mobil dari luar rumah. Aku melihat ke arah jendela dan berpikir apakah aku hanya menghayal saja.

Namun apa yang aku lihat adalah seorang pria paling keren yang pernah aku lihat selama ini. Dia mempunyai rambut yang begitu trendy dan pakaiannya sangat cocok untuk digunakan di tubuhnya yang tampak maskulin itu.

"Oh ya Tuhan, dia sangat tampan."

Aku pikir kenapa dia memarkirkan mobilnya di depan rumahku. Mungkin saja dia adalah salah satu kekasih baru dari kakak ku. Aku rasa dia tengah berkencan dengan tiga laki-laki berbeda saat ini . Iya kakakku itu memang seorang playgirl. Tapi aku sangat menyayanginya.

Aku melihat pria itu untuk beberapa menit sebelum dia mengangkat tangannya ke udara dan mengatakan sesuatu. Pria itu kemudian tampak berjalan ke arah pintu depan rumah. Aku mendengar kakakku membuka suara pintu rumah dan kemudian tidak ada suara lagi sebelum sebuah ketukan terdengar di pintu kamarku.

Pintu kamarku terbuka dan sebelum aku bisa mengatakan apapun, di sana kakakku berdiri dengan wajah yang tampak penasaran dan matanya yang seolah tengah menyelidiki aku.

"Adela? Wah, John disini untuk menjemput mu." Ucap Gea, kakakku itu.

Kakakku tampak sedikit penasaran kenapa John ada disini untuk menjemput ku.

Aku lantas bergegas berjalan ke lantai bawah dan menuju pintu di mana John sudah menunggu aku. Aku menatapnya beberapa saat sebelum aku menyadari bahwa dia tengah mengatakan sesuatu dengan suaranya yang sangat pelan seolah dia tengah mengumpat kepadaku. Dia terlihat kesal akan sesuatu.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!