" Apakah kau baik-baik saja selama ini?" Tanya John yang secara tiba-tiba kepadaku.
Aku lantas melihat ke arahnya dengan bingung. Satu menit yang lalu kami saling berteriak satu sama lain. Sekarang semua itu terlihat seperti tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami berdua.
"Aku baik-baik saja." Balasku dengan singkat.
"Apakah kau sudah mengetahui siapa ayah dari mereka?" Tanya John dengan wajah yang tampak penasaran.
Melihatnya seperti itu, aku pun tertawa mendengar pertanyaannya itu.
"Iya dan aku rasa dia akan menang melawanmu di kompetisi terbesar di dunia ini." Ucapku tertawa dan dia pun ikut tertawa.
"Hmm aku mungkin bisa menang melawannya." Ucap John.
"Ah, diam lah John." Balas ku dengan pipi yang terasa merona merah.
"Maaf." Balasnya seraya kembali tertawa lagi. "Tapi sebenarnya siapa dia itu? Apakah dia orang bodoh?" Tanya John lagi.
"Dia tidak mau menjadi seorang Papa. Dia pergi saat anak-anakku baru berusia 1 minggu dan itu tindakan yang sangat menyakitkan bagiku karena dia pergi begitu saja. Papa ki juga pergi meninggalkan kami semua." Balas ku.
"Papa mu! Kapan?" Tanya John dengan wajah yang tampak begitu serius.
"Sebelum Bulan, Berlian dan Bintang lahir. Kami semua sangat memalukan baginya. Bahkan aku mendengar kabar bahwa Papa sudah menikah lagi." Ucapku.
"Aku tidak pernah menyangka bahwa Papa mu akan melakukan hal seperti itu." Balas John.
"Tidak ada siapapun yang menyangka akan hal itu. Kami mendapati rumah ini dalam keadaan kosong dan barang-barang Papa sudah tidak ada dan Papa pergi tanpa mengatakan apapun. Dan hal itu....." Ucapan ku terhenti karena terdengar suara ketukan di pintu.
"Tunggu sebentar ya! Aku akan pergi melihat siapa yang datang itu." Ucpku kepada John.
Aku kemudian berjalan ke arah tempat bermain anak-anak untuk melihat ketiganya yang masih bermain dengan ceria. Aku lalu beranjak Pergi ke ruang tamu untuk membuka pintu depan rumah dan melihat bahwa ada Johan yang tengah berdiri di sana.
"Johan!" Ucapku terkejut.
"Hai Adel. Bisakah aku masuk?" Ucap Johan yang langsung berjalan masuk bahkan tanpa menunggu untuk aku merespon ucapannya.
Dia benar-benar tidak punya sopan santun.
"Wow mereka tumbuh dengan sangat cepat." Ucap Johan saat melihat ke arah anak-anak yang tampak melihat ke arah dirinya seperti melihat Johan itu adalah monster.
"Iya, mereka tumbuh dengan cepat dalam satu tahun ini. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan di sini?" Tanyaku dengan marah. "Aku butuh alasan darimu." Ucapku.
Tiba-tiba terdengar suara benda terjatuh dari arah dapur di mana John tengah berada. Hal itu membuat aku begitu terkejut. Aku begitu khawatir saat aku tidak mendengarkan hal apapun lagi setelah itu. Kemudian John masuk ke dalam ruangan bermain anak-anak di mana aku dan Johan berada, dengan wajahnya yang penuh dengan tepung terigu. Aku langsung tertawa melihat wajahnya yang seperti itu.
Dia tampak malu dan terkejut di saat yang bersamaan.
"Johan!" Ucapnya dengan bingung.
Aku melihat ke arah mereka berdua dan Johan melihat ke arah John dengan terdiam.
"Apa kalian berdua saling mengenal satu sama lain?" Tanyaku.
"Iya kami berteman sejak lama. Bagaimana kau bisa mengenalnya. Kenapa dia ada di sini?" Tanya John.
"Johan adalah Pap dari anak-anakku. Aku sudah ingin mengatakan hal ini kepadamu sebelumnya." Ucapku dan melihat ke arah mata John yang tampak memerah penuh kemarahan.
Aku tidak pernah melihat dia semarah itu sebelumnya.
"Kaulah orang yang sudah melakukan itu dengannya." Teriak John dengan tatapan yang sangat marah.
'Oh tidak!'
Aku bisa melihat bahwa hal ini tidak akan berakhir dengan baik. Johan tampak melangkah mundur mencari jalan untuk keluar. Iya, sudah jelas bahwa semua ini tidak akan berakhir dengan baik.
"Guys, jika kalian mau berbicara, bisakah kalian pergi ke ruangan lain dulu. Aku punya tiga anak-anak di sini." Ucapku menatap ke arah John dan Johan yang tengah saling melihat satu sama lain dan kemudian keduanya bergegas menuju dapur.
Aku bisa melihat semua ini tidak akan berakhir dengan baik dan juga berakhir dengan cepat. Jadi aku membawa semua anak-anak pergi ke kamar mereka dan membuat mereka tidur siang. Dan saat aku kembali ke dapur, aku bisa mendengar bahwa mereka tengah berteriak satu sama lain.
"Kau.... Dasar pria sialan! Aku mengatakan kepadamu untuk menjauh darinya. Dan kau malah membuat dia hamil. Seolah itu belum cukup buruk, kau malah meninggalkan dia sendirian. Padahal kau sudah mengetahui semua hal ini selama satu tahun, di mana aku sendiri selalu menunggu untuk mendengarkan kabar apapun darinya. Dan kau benar-benar pria gila Johan." Teriak John.
Aku merasa sedikit terkejut karena Johan tidak terdengar mengatakan apapun. Aku lalu berjalan masuk ke dapur dan semuanya menjadi begitu jelas, kenapa Johan tidak bisa mengatakan apapun karena ternyata John tengah mendorongnya ke tembok mencekik lehernya.
"John.... Turunkan dia." Ucapku dengan suara yang begitu tenang agar ketiga bayi kembar ku tidak terganggu dengan suaara bising dari dapur ini.
John melihat ke arah wajahku dan tampak kecewa. Aku menaikkan alisku menatapnya dengan tajam dan dia kemudian menurunkan Johan ke lantai.
"Sekarang katakan kepadaku, kenapa kalian berdua teriak seperti ini? Aku mengerti bahwa dunia ini sangat kecil." Ucapku yang mengingat fakta bahwa ternyata mereka berdua itu adalah teman baik. "Tapi kalian berdua adalah orang yang sudah dewasa. Apakah kalian berdua tidak bisa berpikir bahwa kalian itu seharusnya bisa bersikap lebih dewasa?" Ucapku lagi.
"Dia yang memulainya." Ucap Johan.
"John....!!!" Ucapku melihat ke arah John.
"Dia adalah pria bajingan."
Hanya itulah yang diucapkan oleh John searaya terus menatap ke arah Johan.
Aku menghela nafas.
"Baiklah, aku tahu itu sejak beberapa saat yang lalu. Sekarang kalian berdua, bersikaplah seperti pria dewasa dan katakan kepadaku. Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua jika kalian tidak seperti itu....."
Aku mengucapkan semuanya dengan jelas kepada mereka berdua. Sekarang aku menatap ke arah mereka berdua. Maksudku mereka adalah pria yang berusia 21 tahun. Mereka seharusnya berpikir bahwa mereka sudah menjadi pria yang dewasa. Tapi sekarang mereka bertingkah seperti anak-anakku yang sering berteriak satu sama lain.
"Dengar, aku akan pergi sekarang." Ucap Johan berbalik dan kemudian berlari ke arah pintu.
Aku benar-benar berharap bahwa anak-anakku tidak memiliki sikap seperti dirinya.
"Dan....." Teriak Johan. "Aku bukanlah Papa dari anak-anakmu itu. Aku mau berbicara dengan seseorang yang kau sebut sebagai sahabat baikmu itu. Dialah orang yang melindungi Papa kandung dari anak-anakmu yang sebenarnya."
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments