Entah kenapa aku berpikir bahwa John datang untuk berkencan denganku.
'Tidak, itu tidak mungkin terjadi! Ingatlah Adel, kau itu tengah hamil. Tidak akan ada seorang pria yang mau berkencan dengan wanita hamil sepertimu.'
"Oh, aku hanya mampir untuk melihat bagaimana keadaanmu." Ucap John. "Aku pikir semua hal ini sedikit menyulitkan bagi dirimu sekarang." Lanjutnya.
Aku lalu duduk di ujung tempat tidurku dan John mengikuti aku untuk duduk di sampingku.
Aku lantas tertawa dan berkata, "iya, aku rasa kau benar. Wanita muda yang tengah hamil tidak bisa berjalan di taman dengan bebas." Ucap ku dengan menyedihkan.
"Mungkin semua itu tidak terlalu sulit. Kau tidak pernah tahu." Balas John.
"Yeah, pergi dan lihatlah apa yang sudah aku tulis di komputer dan kau boleh mengatakan hal itu lagi." Titah ku.
John lalu melakukannya. Dia berdiri dan berjalan ke arah mejaku dan dia duduk di depan komputer dan mulai membaca apa yang aku tulis disana.
Aku berpikir bahwa dia akan melewati setiap halamannya. Tapi sekali lagi, dia mengejutkan aku. Dia duduk dan membaca setiap list yang aku buat. Dia bahkan bertanya beberapa pertanyaan padaku.
Saat dia selesai, dia lantas mendekat dan duduk kembali di tempat tidur, kali ini lebih dekat dari yang terakhir kalinya. Tapi tetap dengan jarak yang aman dari diriku. Entah kenapa dia menaruh tangannya di pergelangan kaki ku dan tersenyum padaku.
"Wow..." Ucapnya sebelum melihat ke arahku.
Aku hanya menatapnya dengan penasaran.
"Kau tahu bahwa untuk seseorang yang aku tidak kenal, dimana aku bertemu dengannya sekitar 10 tahun yang lalu dan seseorang yang aku bahkan tidak tahu dimana dia tinggal, kau terlihat sangat menarik." Ucap John.
Aku terdiam. Dia hanya memandangku. Dia terlihat seolah tengah mencoba untuk mencari tahu tentang sesuatu, sesuatu yang sangat penting dariku. Dia lantas menempuk tempat tidur dimana dia tengah berbaring.
"Kemari lah dan istirahatlah dan aku akan mengatakan kepadamu pagi hari nanti." Ucap John yang tiba-tiba sudah menutup matanya.
Itu adalah suatu permintaan yang asing dari seseorang yang sepenuhnya asing bagiku. Andai saja jika orang lain yang melakukan hal ini padaku, aku pasti akan berteriak dengan sangat keras atau aku akan memukuli mereka dengan tongkat bisbol.
Entah kenapa saat John yang melakukannya, semuanya terlihat normal dan juga membuatku merasa aman.
"Aku tidak akan menyentuh mu jika itulah yang kau khawatirkan sekarang." Ucap John dalam tidurnya.
Aku mulai merasa lelah. Aku lantas memutuskan untuk ikut berbaring. Aku merasa begitu nyaman saat aku bersama John di sana dan mulai tertidur. Aku merasa benar-benar tidur dalam pelukan John dengan kepalaku yang ada di lengannya. Semuanya terasa begitu sempurna dan juga hangat.
...****************...
Pagi harinya.....
Aku mengalihkan kepalaku memandang kearah wajah John yang masih tertidur. Setelah itu aku melihat kearah pintu di mana aku melihat orang tuaku, kakakku, dan juga Olivia. Mereka semua berdiri di depan pintu.
Wajah mereka menunjukkan ekspresi yang sangat marah. Aku lalu mencubit perut John untuk membuatnya terbangun.
"Sial." Aku mendengar ucapan John yang mengumpat.
"Iya sial." Ucapku juga.
Hari ini akan menjadi hari yang menarik. Saat semua orang pergi dari kamarku aku menatap kearah John dan mulai tertawa, bukan tertawa yang terbahak. Tapi aku malah tertawa dengan begitu histeris.
"Oh ya Tuhan, lihat bagaimana kacau nya hidupku ini." Ucapku seraya tertawa keras.
John terus melihat ke arahku dengan serius. Aku tidak menyalahkan nya atas apa yang terjadi. Aku memang sudah kehilangan semuanya. Aku melihat ke arah jendela yang terbuka di sana lah dimana pikiranku sudah keluar dan pergi jauh.
"Hei tenanglah." Ucap John tapi aku tetap tertawa.
"Tenanglah, kau akan membuat dirimu sakit Adel." Ucap John lagi.
Tapi aku terus saja tertawa. Aku terus tertawa saat dia berjalan mendekat ke arahku dan mengguncang tubuhku. Aku terus tertawa saat dia menaruh tangannya di pundak ku. Aku tidak bisa tertawa lagi saat dia tiba-tiba mencium ku. Aku benar-benar tidak siap dan hanya berdiri saat bibirnya mulai mencium lembut bibirku.
Aku akhirnya kembali kepada kesadaran ku hanya saat dia menarik dirinya.
Aku berdiri di sana, mematung melihat ke arahnya seperti aku seolah tengah merasakan sakit kepala yang amat sangat.
Dia mencium ku, John kakak dari sahabatku, dan bukan ayah dari bayi yang aku kandung, baru saja mencium ku.
'Oh ya Tuhan, itu adalah ciuman terbaik yang pernah aku alami.'
"Lihatlah." Ucap John yang tampak puas sekarang. "Kau akhirnya bisa berhenti tertawa."
Dia melihat ke arahku penuh percaya diri dan berjalan keluar dari dalam kamar di saat yang bersamaan dia pergi meninggalkan aku.
Mulutku masih terbuka mencoba untuk mencerna apa yang baru saja terjadi, dimana dia baru saja mencium ku.
'Ya Tuhan...'
Tiba-tiba....
"Adela Dwitara Lolata.... Cepat turun sekarang juga." Itu adalah suara Mama yang terdengar berteriak dari lantai bawah.
Aku menyeret kakiku turun ke lantai bawah. Aku tidak ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Mama.
'Oh ya Tuhan, aku akan mengatakan kepada kedua orang tuaku bahwa aku tengah hamil hari ini.'
Mungkin aku memang harus mengatakannya. Itu semua akan membuat semuanya tampak semakin runyam.
"Adela...." Ucap Mama yang baru saja aku dengar memanggil nama panjang ku itu.
Mama menunjuk ke arah sofa yang berada di samping John dan Olivia. Mama berdiri di dekatku menatapku dengan tatapan mata penuh kemarahan.
"Sekarang Mama tidak tahu apa yang harus Mama katakan dengan apa yang Mama lihat pagi ini. Ada beberapa hal yang Mama tidak senang tentang apa yang kau lakukan Adel.
Pertama, ayo kita mulai dengan fakta bahwa Mama pulang ke rumah dan menemukanmu bersama dengan seorang laki-laki yang usianya 3 tahun lebih tua dari mu di atas tempat tidur yang sama. Hal itu benar-benar tidak bisa diterima." Ucap Mama dengan suara yang lantang.
Aku mencoba untuk mengatakan sesuatu, tapi Mama langsung menyela ku agar aku tidak berbicara.
"Tidak Adel, biarkan Mama bicara. Yang kedua adalah, Mama mendengar dari orang-orang bahwa kau tidak pulang ke rumah lagi. Untuk hal itu, mulai sekarang kau harus pulang ke rumah jam lima setiap sore harinya. Keluar setelah jam itu, maka kau akan membuat Papa dan Mama marah. Kau baru berusia 17 tahun. Mama mengharapkan hal yang lebih baik darimu.
Bagaimanapun Mama sudah mendengar rumor buruk yang membuat Papa dan Mama begitu malu. Entah kenapa rumor itu mengatakan bahwa kau terlihat tengah membeli sebuah tes kehamilan dan kabar itu sudah sangat menyebar luas." Ucap Mama panjang lebar.
Saat itu juga aku mematung. Bagaimana seseorang bisa tahu tentang hal itu? Aku benar-benar sangat berhati-hati melakukannya.
Hanya ada dua orang yang tahu bahwa aku tengah hamil yaitu adalah Olivia dan John.
"Mama...." Ucapku.
"Apa Adel...??" Teriak Mama. "Apakah kau sudah puas dengan bagaimana banyaknya masalah yang kau buat?"
"Tidak, bukan begitu Ma. Aku minta maaf. Tolong percayalah kepadaku. Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepada Mama tentang..." Aku berhenti bicara, tidak yakin bagaimana untuk mengatakan hal selanjutnya.
Aku melihat kearah John dan Olivia untuk memberikan dukungan kepadaku. Olivia melihat ke arahku seolah dia tengah marah. Sementara John tampak tersenyum dengan aneh. Aku akan berbicara dengannya nanti. Semua yang terjadi di kamar tadi menjadi sedikit aneh di antara kami berdua.
"Apa itu? Mama tidak punya waktu sepanjang hari Mama sudah terlambat untuk meeting jadi bisakah kau mengatakan...."
"HAMIL....!!!" Teriak ku yang langsung membuat Mama terdiam.
Mama langsung menatap ke arahku kemudian tatapannya terlihat kearah perutku yang mulai membesar selama dua bulan setengah ini.
"Apa???" Ucap Mama dengan wajah yang terlihat begitu pucat.
Aku rasa, aku seharusnya tidak berteriak. Benar saja, itulah bagaimana caranya saat setiap kali aku selalu mengatakan tentang hal kehamilanku itu kepada semua orang. John tampak berdiri menuntun Mama menuju sofa dan membuat Mama terduduk. Sementara Olivia pergi untuk mengambil handuk basah dan secangkir teh untuk Mama.
"Sialan, bagaimana mungkin kau bisa hamil?" Bisik Mama dengan wajah yang kesal.
Semua ini terasa tidak baik. Mama tidak pernah mengumpat. Tidak pernah sama sekali. Sepertinya hari ini akan sangat panjang. Aku melihat ke sisi baiknya. Mama tidak menendang aku keluar dari rumah, sepertinya memang belum diingat oleh Mama.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments