Kebohongan Olivia

Setelah mengatakan hal itu Johan pergi begitu saja meninggalkan aku dengan wajahku yang tampak bingung. Aku tidak tahu harus mengatakan apapun dengan apa yang baru saja disampaikan oleh Johan.

'Tidak mungkin Olivia akan berbohong kepadaku bukan?'

Maksudku siapa orang yang begitu penting sehingga sampai harus di lindungi oleh Olivia dan dia sampai bisa berbohong kepadaku.

Aku merasa sebuah tangan memegang pundak ku dan aku berbalik untuk melihat bahwa itu adalah John yang berdiri tengah melihat ke arahku seolah bertanya apakah aku baik-baik saja. Tapi pada kenyataannya, aku merasa tidak baik saat ini.

"Maaf. Tunggu sebentar." Ucapku.

Aku lalu pergi ke ruang belajar ku untuk mengambil ponselku. Aku lalu menelpon Olivia. Aku tidak tahu kenapa aku menelponnya dengan tangan yang bergetar.

"Halo." Ucap Olivia dengan suaranya yang tiba-tiba terdengar menjengkelkan bagiku.

"Olivia, bisakah kau datang ke rumah?" Tanyaku dengan suara yang gemetar.

"Adel ada apa? Apakah anak-anak baik-baik saja?" Tanya Olivia dengan suara yang terdengar begitu khawatir.

"Iya, ini semua tentang mereka." Balas ku cepat.

"Baiklah, cobalah untuk tetap tenang. Aku akan ada disana beberapa saat lagi." Balas Olivia.

Aku hampir saja menutup sambungan telepon saat dia mulai bicara lagi.

"Hei Adel.... Apakah kau belum pernah mendengarkan kabar dari seseorang atau kau sudah mendengar kabar darinya?" Tanya Olivia.

"Siapa yang kau maksudkan itu?" Tanyaku dengan bingung.

"Mmmm.... Itu semua tidak terlalu penting." Balasnya dengan cepat.

Aku menjadi curiga. Olivia tidak pernah berbicara gugup, kecuali saat dia berada dalam masalah atau dia sudah melakukan suatu hal yang salah. Dia sudah sering melakukan hal itu seperti saat aku mendengar dia mengatakan tentang sesuatu kepadaku bahwa dia sudah keluar malam untuk mengunjungi kekasihnya dan dia merasa bersalah akan hal itu. Dulu aku memang percaya kepadanya, tapi sekarang sepertinya tidak lagi.

"Baiklah, aku akan bertemu dengan mu beberapa saat lagi." Ucapku.

"Iya." Balasnya dan itu adalah suara kebahagiaan yang palsu Dari dirinya.

Aku lantas menaruh ponsel kembali ke atas meja dan menatap ponsel itu. Aku akhirnya tahu apa yang dimaksudkan oleh Johan. Tidak peduli seberapa besar aku sangat membencinya, sekarang dia mengatakan kebenarannya. Olivia tengah berbohong kepadaku dan Johan bukanlah Papa dari anak-anakku seperti yang dia katakan.

'Sial! Lalu siapa pria itu?' pikirku.

"Adela!!!" Aku mendengar suara John mendekat.

Aku berbalik melihat ke arahnya yang berdiri di pintu menatapku dengan intens. Aku lantas membalas tatapannya. Sesaat aku akhirnya menyadari bahwa dia memiliki mata yang sama persis dengan mata yang dimiliki Olivia.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya John seraya berjalan mendekat ke arahku.

'Aku tidak baik-baik saja.' ucapku dalam hati.

Aku sebenarnya ingin semuanya baik-baik saja. Tapi sekarang tidak lagi. Teman baikku selama ini sudah berbohong kepadaku dan Papa dari anak-anakku bukanlah Papa mereka. Itu membuatku merasa bahwa aku ini seperti wanita murahan.

"Tidak, kau tidak seperti itu." Ucap John dengan wajah yang tampak sangat marah.

Aku melihat ke arah John dengan wajah yang bingung.

"Kau bukanlah wanita sembarangan ataupun wanita malam ataupun wanita murahan seperti yang kau katakan itu. Kau dengar aku,?" Ucap John.

Aku merasa malu saat aku menyadari bahwa ternyata aku mengatakan hal itu tadi dengan jelas dan aku lalu melihat ke arah John.

"Apakah kau ingin mengatakan kepadaku bahwa sahabat baikku itu tidak berbohong kepadaku?" Tanyaku dengan suara yang bergetar.

Aku merasa bahwa aku ingin menangis. John berjalan ke arahku dan membuat aku duduk di kursi dan dia tampak berjongkok di hadapanku.

John memegang wajahku dan aku hanya bisa menatap wajahnya. Dia melihatku dengan tatapan yang begitu terluka dan penuh kesedihan di matanya dan aku tiba-tiba langsung merasa bersalah melihatnya seperti itu.

Dia bukanlah orang yang sudah membuat semua masalah ini terjadi kepadaku dan merusak semua hidupku . Aku lantas meminta maaf kepadanya. Aku menyadari bahwa dia mencoba untuk mengusap air mataku saat aku merasakan sesuatu yang hangat menyentuh pipi dan bibirku. Aku ternyata mulai menangis.

Lengan John melingkar di punyaku ku dengan cepat. Sementara di saat yang bersamaan lenganku melingkar di pinggangnya.

Kami berdua terduduk di lantai. Aku tidak mengerti. Kapan aku berhenti menangis? Semua itu terasa seperti berjam-jam sudah berlalu. Aku bisa merasakan pakaian yang dikenakan John sudah basah aku melihat ke arahnya dan pipiku terasa merona. Pakaiannya benar-benar basah.

"Aku minta maaf." Ucapku.

"Sudahlah." Ucap John tersenyum. "Semuanya akan baik-baik saja." Lanjut John.

Aku merasa bahwa dia mencium keningku dan aku menyadari bagaimana aku sangat merindukan dia. Aku lantas memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahku di dadanya. Kami terduduk di lantai sampai kami mendengarkan suara seseorang terdengar batuk.

Aku membalikkan wajahku dari dada John dan melihat bahwa Olivia tengah menatap ke arah kami berdua dengan begitu marah.

'Apa masalahnya sebenarnya?'

"Apa yang kalian berdua lakukan?" Teriak Olivia.

Olivia benar-benar tampak begitu marah saat John dan aku berpegangan tangan satu sama lain dan aku menyadari bahwa itu pasti terlihat sangat baik. Tapi kenapa Olivia begitu marah. Dia selalu berpikir bahwa kami akan menikah jadi aku dan dia bisa menjadi saudara ipar.

" Ada apa denganmu Olive?" Tanya John.

"Ada apa??? Aku datang kemari karena ada sesuatu yang salah dengan kepona... Maksudku anak-anakku yang manis dan aku menemukan kalian berdua tengah bermesraan di lantai! Dan Itulah sebenarnya apa yang salah teriak Olivia.

Aku pun menyadari bahwa Olivia hendak mengatakan sesuatu tadi tapi dia langsung mengalihkan ucapannya.

"Apa yang hendak kau katakan tadi?" Tanyaku dengan perlahan, berharap bahwa kata anak-anakku yang dia ucapkan merubah menjadi seperti yang aku pikirkan.

"Olivia..... Apa yang sebenarnya yang ingin kau katakan?" Ucap John dengan nada suara yang sama seperti diriku, dia terdengar marah juga.

"Ti... Tidak ada." Balas Olivia.

" Oh ya Tuhan." Ucapku putus asa.

Aku tahu apa yang hendak dikatakan Olivia. Aku lantas menatap ke arah John.

"Olivia tolong katakan kepadaku sekarang." Ucapku dengan suara yang sama, masih tidak mempercayai apa yang dia ucapkan.

Aku menyadari bahwa John tampak membeku.

"Aku minta maaf." Ucap Olivia dengan air mata terjatuh ke wajahnya.

John sepertinya menyadari hal itu lebih dulu. Dia melihat ke arahku kemudian ke arah Olivia. Wajahnya tampak begitu marah, dia keluar dari dalam rumah dengan menutup pintu depan dengan sangat keras saat dia pergi.

Aku masih berdiri di sana melihat ke arah tempat di mana dia berdiri beberapa detik yang lalu.

"Adel aku minta maaf. Tolong katakan sesuatu Del..!" Ucap Olivia menangis.

Aku melihat kearah wajah Olivia merasa begitu menjijikkan dan pergi dari hadapannya menuju kamar anak-anak.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Ruzita Abdulrashid

Ruzita Abdulrashid

jalan ceritanya berantakan..semua main ikut rasa..buat keputusan tidak pasti .. betul atau Salah.. perbaiki LG ya

2023-01-22

0

Santi

Santi

makanya ga usah boong Neng Olive...

2022-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!