Dinikahi Pak Guru

Dinikahi Pak Guru

Bab 1

"Mama mau apa? Katakan saja ma, aku janji akan menuruti semua keinginan mama," ucap Rama yang berprofesi sebagai guru matematika di sebuah sekolah menengah atas di ibu kota.

Usianya saat ini baru dua puluh sembilan tahun. Sebenarnya kedua orang tua Rama adalah seorang pengusaha sukses, namun Rama yang sama sekali tidak tertarik di bagian bisnis memilih untuk mengambil profesi menjadi tenaga pengajar.

Rama sendiri memiliki wajah yang tampan. Kulitnya tidak terlalu putih dan tidak terlalu hitam. Dua lesung pipi yang selalu menghiasi senyumannya membuat hampir semua murid perempuan yang ada di sekolah tempat dia mengajar tergila-gila.

"Rama, mama mau kamu menikah nak," jawab Yuli membuat Rama terkejut.

Jangankan untuk menikah, bahkan saat ini saja Rama tidak memiliki pacar sama sekali.

"Me.. Me.. Menikah? Aku mau menikah dengan siapa ma? Mama kan tau sendiri jika aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun," jawab Rama menolak permintaan mamanya secara halus.

"Kalau masalah dengan siapanya, kamu tidak perlu khawatir Rama. Mama sudah memiliki calon yang cantik untuk kamu," balas Ibu Yuli dengan suara yang lemah.

"Siapa ma?" tanya Rama lagi.

"Siapa pun itu, kamu tenang saja Rama. Yang terpenting dia cantik, baik dan juga berasal dari keluarga yang baik-baik," jawab Yuli semakin lemah.

"Hhhhhh, Baiklah. Asal mama bahagia, aku pun juga akan bahagia," ucap Rama yang tidak mau berdebat dengan mamanya itu.

Bagi Rama saat ini adalah kesembuhan sang mama.

"Terima kasih Rama. Mama tau kamu adalah anak yang penurut. Ya sudah, kalau begitu kalian akan menikah hari ini juga," balas Yuli membuat bola mata Rama terbelalak.

"Apa? Ha.. Hari ini juga? Tapi bagaimana caranya ma? Mama saat ini masih sakit dan masih di rawat di rumah sakit. Setidaknya tunggulah sampai mama keluar dari rumah sakit ini dulu," ucap Rama mencoba menunda pernikahannya.

"Tidak bisa nak. Umur mama ini tidak akan panjang lagi. Maka dari itu, mama mau kamu menikah hari ini juga," balas Yuli lemah.

"Tapi ma....," ucap Rama terputus.

"Sudah Rama sudah. Ikuti saja permintaan mama mu itu. Mama mu pasti tau mana yang terbaik untuk dirimu dan juga masa depan mu Rama," ucap Tyo yang merupakan suami dari Yuli dan papa dari Rama.

"Jangan bicara seperti itu pa. Kita harus yakin jika mama pasti akan sembuh," ujar Rama yang masih berharap banyak kepada mamanya itu.

"Rama, kamu tidak lihat kondisi mama mu seperti apa? Hmmmm? Lebih baik kamu turuti saja permintaan mama mu dari pada kamu menyesal nantinya," ucap Tyo terus membujuk putranya itu.

"Hhhhhhhh, baiklah pa, ma. Aku bersedia," jawab Rama pasrah.

"Alhamdulillah. Ya sudah, kalau begitu papa akan menghubungi kelurga calon istri mu itu dulu," ucap Tyo mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi keluarga yang sebentar lagi akan menjadi besannya.

Sementara itu, di sebuah rumah, Rahman baru saja mendapatkan kabar dari Tyo jika keadaan Yuli kembali memburuk.

Ia juga menyampaikan kepada Rahman agar membawa anaknya ke rumah sakit saat ini juga untuk dinikahkan dengan putranya Rama.

"Siapa pa?" tanya Lasmi kepada suaminya itu.

"Tyo ma, dia baru saja memberi tahukan jika keadaan Yuli kembali drop. Ia juga meminta agar kita segera membawa Gisel ke rumah sakit untuk dinikahkan dengan putranya Rama," jawab Rahman lalu meminum kopinya yang mulai dingin.

"Astaga, kasian sekali Yuli. Tapi pa, bagaimana jika Gisel menolak pernikahan ini?" tanya Lasmi bingung.

"Hmmmmm, bagaimana kalau kita diam-diam saja. Kita bawa Gisel ke rumah sakit, lalu sementara aku menikahkannya di dalam ruang rawat Yuli. Setelah acara ijab kabulnya selesai, barulah kamu dan Gisel masuk ke dalam. Dengan begitu, Gisel tidak akan bisa berbuat apa-apa lagi," usul Rahman yang di balas dengan anggukan oleh Lasmi.

"Baiklah pa. Mama akan hubungi Gisel dan memintanya segera pulang ke rumah," balas Lasmi lalu menghubungi putrinya yang masih duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas itu.

"Halo.. Iya ma kenapa?" jawab Gisel yang tidak tau apa-apa.

"Gisel kamu dimana sayang? Mama sama papa mau kamu pulang sekarang juga," suruh Lasmi dalam panggilan telepon tersebut.

"Pulang? Yah ma, baru juga aku dan teman-teman ku baru nyampe cafe tempat biasa kita nongkrong, sekarang kok malah di suruh pulang sih ma," keluh Gisel merasa berat.

"Sudah, kamu nongkrongnya lain kali saja ya sayang. Ini sangat penting sekali soalnya," jawab Lasmi lagi.

"Tapi ma, ada apa sih sebenarnya?" tanya Gisel lagi.

"Nanti kamu juga bakalan tau. Sekarang tidak ada tapi-tapian lagi. Kamu pulang sekarang juga. Mama sama papa tunggu di rumah," jawab Lasmi lalu menutup panggilan teleponnya.

"Ada apa Sel?" tanya Serly, teman satu kelasnya.

"Ini, gue di suruh sama nyokap dan bokap gue pulang sekarang juga. Maaf ya, gue nggak bisa ikut nongkrong sama kalian semua," jawab Gisel memberitahukan permasalahannya.

"Yah, kok gitu sih Sel? Kita kan baru aja nyampe. Belum juga mesan makan, masak lo udah pulang gitu aja sih?" keluh Serly sahabat Gisel.

"Ya maaf ya. Lain kali gue janji sama kalian semua, kita bakalan nongkrong lagi. Dan gue janji, gue akan traktir kalian semua," ujar Gisel membujuk teman-temannya itu.

"Bener ya Sel. Awas, jangan bohong lo," ucap Dewi, salah satu temannya juga.

"Iya.. Iya.. Gue janji. Ya sudah, gue duluan ya," pamit Gisel lalu bergegas meninggalkan cafe tersebut.

"Gisel, lo mau kemana?" tanya Bryan yang kebetulan berpapasan dengan Gisel.

Bryan sendiri adalah teman satu kelasnya Gisel. Tak hanya itu, Bryan sudah lama sekali menaruh hati kepada gadis cantik yang sedikit bandel itu.

Di sekolah, Bryan juga merupakan seorang ketua osis dan juga ketua basket. Hal itu lantas membuatnya banyak di sukai oleh cewek-cewek yang ada di sekolahnya itu.

Namun, hal itu tak lantas membuat posisi Gisel di hati Bryan jadi bergeser.

"Gue mau pulang dulu. Gue duluan ya," jawab Gisel yang memang tergesa-gesa menuju mobilnya.

Meskipun Gisel tau jika Bryan sudah suka kepadanya sejak lama, namun Gisel sama sekali tidak mau membalas cinta dari ketua osis tersebut. Hal tersebut lantaran ia menyukai Xavier, sahabat Bryan sendiri.

Gisel pun melajukan mobilnya dengan kecepatan cukup tinggi. Untung saja jalanan ibu kota tidak terlalu padat menuju rumahnya saat ini. Maka dari itu, ia bisa sampai dengan sedikit cepat.

Tak butuh waktu lama, mobil Gisel pun sudah terparkir di depan rumahnya.

Ia kemudian bergegas masuk ke dalam rumah dan menemui mama dan juga papanya.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah ini dia cerita yg ku cari2 baru ketemu,Aku demen banget baca kisah guru dan muridnya married..👏🏻👏🏻
Mampir thor,Semoga seru 🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

2023-06-12

0

Mardisa lasa

Mardisa lasa

𝘔𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳 𝘺𝘢𝘩 𝘵𝘩𝘰𝘳....

𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘣𝘦𝘳𝘬𝘢𝘳𝘺𝘢 𝘵𝘩𝘰𝘳 💪💪
𝘚𝘶𝘬𝘴𝘦𝘴 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 🙏🙏

2023-02-05

2

Hsnahh

Hsnahh

Mampir ahh, lmyan seruu di awall😁🫠

2023-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!