Bab 13

Namun, saat Rama hendak melakukan itu, Rama sadar jika saat ini istrinya masih berstatus sebagai pelajar. Ia tidak mau merusak masa depan dan cita-cita sang istri hanya demi mengemukakan ego dan juga nafsunya.

Dengan nafas terengah-engah, Rama pun menghentikan permainan panasnya itu.

Ia menatap dalam sang istri yang masih duduk di bangku sekolah itu. Begitu juga dengan Gisel, di bawah guyuran shower dan deru nafas yang tidak beraturan, Gisel pun menatap Rama lekat. Ia seolah ingin Rama melakukannya lagi, namun ia terlalu malu untuk mengatakan hal tersebut.

***

"Apa kamu tidak marah sama saya?" tanya Rama dengan nafas yang masih tidak beraturan, sama seperti Gisel.

Gisel tidak menjawab pertanyaan Rama dengan suara, melainkan ia hanya menggelengkan kepalanya dengan posisi kepala yang di tundukkan.

Ia sama sekali tidak berani menatap Rama, walaupun hanya sebentar.

Rama pun tersenyum sekilas, lalu memeluk tubuh Gisel yang polos tanpa busana tersebut.

Lagi-lagi Gisel hanya pasrah, bahkan kini tangannya juga membalas pelukan Rama. Cukup lama mereka berpelukan satu sama lainnya tanpa berkata dan melakukan aktifitas apapun. Entah apa yang mereka berdua pikirkan, hingga di menit berikutnya Rama pun melepas pelukannya dan mulai memandikan sang istri pilihan almarhum mamanya.

"Selesai. Keluarlah, dan pasang semua pakaian mu. Sebentar lagi, kita akan makan di luar. Tidak usah pikirkan papa, karena tadi dia berpamitan untuk pergi ke. Bandung selama beberapa hari," ucap Rama yang telah memasangkan handuk kimono berwarna pink dan bermotif hello kitty ke tubuh Gisel.

"Ba.. Baik. Terima kasih Pak," jawab Gisel lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamar mandi tersebut.

Setibanya di ruang ganti pakaian, Gisel masih saja belum bisa melupakan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan juga guru killer yang kini telah menjadi suaminya itu.

"Kenapa gue membiarkannya begitu saja? Kenapa aku

gue tidak bisa menolaknya saat tangan-tangan besarnya itu menggerayangi semua tubuh gue sih?" umpat Gisel beberapa saat kemudian.

Sepuluh menit kemudian, Rama pun keluar dari kamar mandi, sedangkan Gisel tengah sibuk dengan skinecare-skinecare nya.

"Kamu sudah siap?" tanya Rama sembari mengibas-ngibas kan rambutnya.

"Sudah," singkat Gisel tanpa menoleh ke arah Rama.

"Baiklah, tunggu saya sebentar," balas Rama lalu masuk ke ruang ganti pakaiannya.

"Sudah, ayo kita ber.......," suara Rama seketika terhenti saat melihat Gisel yang sudah tertidur lelap di sofa kamar mereka.

"Yah, dia tidur. Kasihan juga kalau di bangunkan," ujar Rama lalu mendekati Gisel, dan mengangkat tubuh istri kecilnya itu ke atas ranjang.

Rama tampak memandangi wajah cantik yang tengah tertidur lelap itu seraya senyum-senyum sendiri. Adegan demi adegan panas di kamar mandi tadi kembali menari-nari di benaknya.

Ia tak menyangka jika gadis nakal yang selalu bolos di jam pelajarannya itu adalah istri pilihan almarhum mamanya.

Karena mengantuk, Rama pun akhirnya juga ikut tertidur tepat di sebelah Gisel dengan memeluk erat tubuh sang istri.

Beberapa saat kemudian, Gisel pun terbangun karena merasakan lapar yang teramat sangat.

Perlahan ia membuka matanya dan yang pertama ia lihat adalah wajah tampan guru killer nya, siapa lagi jika bukan Rama.

'Ternyata begini rasanya jadi seorang istri. Bangun tidur langsung disuguhi pemandangan yang mempesona seperti ini. Gue nggak nyangka jika Pak Rama adalah suami gue saat ini. Dia tampan sekali. Dan juga.......,' batin Gisel membayangkan kejadian beberapa waktu lalu di kamar mandi.

Gggrrrrggggghhhhh

Ggggrrrrrgggghhhhh

'Duh, mana lapar banget lagi. Padahal gue kan masih betah berlama-lama kayak gini, mandangin wajah tampan Pak Rama,' batin Gisel yang sebenarnya enggan untuk beranjak walaupun hanya sedikit.

Dengan perlahan, Gisel pun melepaskan dirinya dari pelukan tangan Rama. Ia kemudian bangkit perlahan dan meninggalkan kamarnya turun ke lantai satu.

Gisel kemudian membuka kulkas, ia berharap ada makanan yang bisa di makan di sana. Tapi sayang, yang ada hanyalah makanan mentah yang ia sendiri tidak bisa mengolahnya menjadi masakan.

"Apa gue pasan online aja ya," gumam Gisel lalu kembali ke kamarnya dan mengambil ponsel miliknya.

Setelah mengambil ponselnya, Gisel pun kemudian kembali ke lantai satu dan duduk bersantai di depan TV sembari menunggu pesanannya tiba.

Tak lama kemudian, pesanan Gisel pun datang. Ia memesan banyak sekali makanan dan minuman siap saji kesukaannya. Setelah membayarnya, Gisel lalu mulai menyantapnya seraya di temani oleh film kartun kesukaannya.

Sementara itu di kamar, Rama baru saja membuka matanya perlahan. Matanya langsung nyalang saat menyadari bahwa Gisel tidak ada di sebelahnya.

Dengan cepat Rama langsung bangun dan mengetuk pintu kamar mandi. Tapi ia tidak menemukan keberadaan Gisel di dalamnya. Rama kemudian turun ke bawah, dan baru menemukan Gisel yang tengah sibuk dengan makanan-makanan yang ada di depannya.

"Gisel," panggil Rama seraya berjalan menghampiri Gisel.

Karena mulut Gisel yang penuh dengan makanan, jadi Gisel pun tidak menjawab panggilan dari Rama. Alhasil Rama mengira jika Gisel marah kepada dirinya karena tidak jadi makan di luar.

"Gisel saya tau kamu marah sama saya. Tapi maafkan saya. Waktu saya telah selesai berganti pakaian, saya melihat kamu tertidur di atas sofa. Saya lalu membawa mu ke ranjang dan pada akhirnya, saya juga ketiduran. Gisel maafkan saya, saya berani bersumpah jika saya tidak nyolong start sama sekali. Saya berani sumpah," ujar Rama merasa sangat bersalah sekali.

"Hhhh'hhmmm, bapak ngomong apaan sih? Siapa yang marah? Bapak nggak liat apa mulut saya penuh dengan makanan," balas Gisel lalu meminum minuman bersoda nya.

"Oh ya. Syukurlah kalau begitu. Oh ya, kamu membeli makanan sebanyak ini, apa kamu sanggup menghabiskan semuanya?" tanya Rama penasaran.

"Ya sanggup lah pak. Jika nggak sanggup, mana mungkin saya membeli makanan sebanyak ini," sewot Gisel lalu kembali melanjutkannya.

"Bapak mau?" tawar Gisel beberapa saat kemudian.

"Hmmm boleh, kalau kamu ikhlas memberikannya buat saya," jawab Rama tidak basa-basi.

"Ya ikhlas lah pak," balas Gisel lalu menyodorkan nasi dengan lauknya kepada Rama.

"Makasih," ucap Rama lalu ikut bergabung bersama dengan Gisel.

"Gisel," panggil Rama di sela-sela makannya.

"Hmmmm," jawab Gisel juga melakukan hal yang sama.

"Ada satu hal yang mau saya tanyakan sama kamu," ucap Rama kemudian menarik nafasnya kasar.

"Apa pak?" tanya Gisel seraya meminum minumannya.

"Menurutmu, bagaimana nasib hubungan pernikahan kita untuk kedepannya?" tanya Rama yang sudah siap mendengarkan apapun jawaban dari Gisel.

"Hhhuuuuhhh, entah pak. Saya sendiri juga tidak tau," jawab Gisel lalu menyudahi makannya.

Terpopuler

Comments

Desmeri hepy Elpy

Desmeri hepy Elpy

lanjut thor cerita nya seru grazi up dong thor

2022-12-06

1

Hablu Harim

Hablu Harim

Semangat Othor....💪💪💪

2022-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!