Bab 5

Rama kemudian berdiri dan berjalan ke arah Gisel.

Sekilas Rama menatap Gisel dalam, dan di detik berikutnya Rama pun merapikan rambut pirang Gisel yang berantakan menutupi wajahnya.

"Hhhhhh.. Aku tidak menyangka jika mama akan menjodohkan ku dengan murid nakal ini," gumam Rama membuat jantung Gisek berdetak sangat kencang.

'Sial nih guru. Dia malah ngatain gue murid nakal lagi. Awas aja ya.. Ntar gue kerjain tau rasa lo,' batin Gisel telah memikirkan sebuah rencana untuk mengerjai Rama.

Di detik berikutnya, Gisel pun terpekik saat Rama mulai mengangkat tubuhnya. Seketika, dengan reflek Rama langsung melepaskan tangannya dari tubuh Gisel, dan alhasil, tubuh Gisel yang telah terangkat sedikit itu pun langsung terhempas kembali ke sofa.

"Awwww," teriak Gisel kesal.

Rama yang sebenarnya juga terkejut, berusaha untuk bersikap setenang mungkin dan tetap cool di hadapan Gisel.

"Pak! Bapak mau ngapain? Bapak mau mesumin saya ya?" tanya Gisel menuduh Rama yang tidak-tidak.

Rama yang tidak terima dikatakan mesum oleh Gisel pun mulai menjahili murid yang kini berstatus sebagai istrinya itu.

Perlahan Rama mulai mendekatkan wajahnya ke arah Gisel dan menatapnya dengan tatapan dingin.

Hal tersebut sontak membuat jantung Gisel berdetak dua kali lebih cepat dan wajahnya seketika memerah karena grogi.

Tak hanya itu, saking dekatnya, Rama bisa merasakan deru nafas Gisel yang tidak karuan saat ini. Hal itu lantas membuat Rama semakin niat untuk menjahili istri kecilnya itu.

"Ba.. Ba.. Bapak mau ngapain? Ja.. Ja.. Jangan macam-macam ya pak. Sa.. Saya bisa teriak lo pak jika bapak berani mesumin saya," ucap Gisel gugup. Namun, kegugupan Gisel itu malah membuat ia semakin cantik dan Rama pun semakin gemas kepada istrinya itu.

"Kamu mau teriak? Silahkan saja. Saya sama sekali tidak takut. Lagi pula, tidak ada salahnya kan jika aku memesumi istriku sendiri," bisik Rama tepat di telinga Gisel.

Seketika bulu kuduk Gisel merinding mendengar bisikan dari pak guru yang terkenal killer itu.

'Huh..Huh..Huh.. Mati gue. Tolongin Gisel ma. Gisel nggak mau di mesumin sama guru killer ini,' batin Gisel memohon ada keajaiban yang datang untuknya.

"Am.. Am.. Ampun pak. Jangan mesumin saya pak. Ingat umur pak. Saya ini masih kecil pak. Saya janji sama bapak, saya tidak akan bolos lagi di jam pelajaran bapak. Tapi saya mohon pak, jangan apa-apain saya," mohon Gisel dengan mata terpejam dan telapak tangan yang ia satukan. Keringat dingin mulai mengucur di keningnya. Gisel benar-benar takut sekali jika suaminya itu benar-benar meminta haknya sebagai suami.

"Baik. Saya tidak akan memesumi mu. Tapi ingat, jangan pernah bolos lagi di jam pelajaran saya. Sekarang tidurlah di ranjang sana. Biar saya yang tidur di sofa ini," perintah Rama yang segera dilaksanakan oleh Gisel dengan cepat.

Melihat kelucuan dan keluguan istrinya itu, Rama pun hanya bisa tersenyum tipis. Ia tak menyangka di dalam keadaan yang tengah berduka ini, Gisel hadir sebagai pelipur lara nya.

'Udah killer, mesum lagi,' batin Gisel menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut.

Keesokan harinya, Gisel pun terbangun dari tidurnya berkat alarm yang ia pasang di ponsel pintarnya.

Ia kemudian menyiapkan pakaian sekolahnya dan meletakkannya di atas ranjang, persis seperti kebiasaannya sewaktu di rumah.

Gisel lalu masuk ke kamar mandi dan beberapa saat kemudian...

Aaaaaaaaaaaaaaaa

Pekik Gisel menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"Bapak ngapain di sana? Bapak sengaja ya ngintipin saya mandi?" tanya Gisel masih dengan mata yang ia tutupi.

"Apa? Kamu bilang saya mau ngintipin kamu? Kamu nggak lihat saya ini lagi mandi. Ini kamar mandi saya. Kamu yang ngapain di sana? Main-main masuk kamar mandi orang saja," jawab Rama tidak terima jika ia dituduh mengintip oleh Gisel.

"Saya tau ini kamar mandi bapak. Tapi bapak kan tau ada saya di kamar bapak. Jadi bapak harusnya ngalah dong. Saya ini mau sekolah pak. Jika saya telat, yang ada saya malah kena hukum sama pacar bapak," ucap Gisel kesal.

"Pacar kamu bilang? Siapa pacar saya? Saya tidak memiliki pacar," jawab Rama yang sudah melilitkan handuk putih di pinggangnya.

"Alah pak. Bapak tidak usah ngelak. Satu sekolahan juga sudah tau kali pak, jika bapak dengan Ibu Celine itu pacaran. Udah pak. Ngapain juga saya membahas itu. Bapak buruan keluar, saya mau mandi," balas Gisel menarik tubuh Rama dan mendorongnya keluar dari kamar mandi.

"Hai.. Kamu mau ngapain? Saya masih belum selesai," protes Rama yang tidak terima di usir begitu saja dari kamar mandi.

"Bodo amat," jawab Gisel lalu menutup dan mengunci pintu kamar mandinya.

Beberapa saat kemudian, Gisel pun selesai mandi. Ia kemudian membuka pintu kamar mandi dan melenggang menggunakan handuk kimono dan rambut yang terurai basah.

Hal itu seketika membuat mata Rama tidak bisa berkedip saat melihat sosok Gisel yang sangat menggoda dimatanya.

'Ma, cobaan apa lagi ini? Kenapa mama harus mengirim wanita yang tidak ada malu ini masuk kedalam kehidupan ku?' batin Rama lagi-lagi protes kepada mendiang mamanya.

Gisel yang masa bodo kemudian mengambil pakaiannya dan membawanya ke walk in closet yang ada di kamar itu.

Setelah berganti pakaian, barulah Gisel menghampiri Rama yang tengah berdiri di depan kaca yang menjadi satu dengan meja rias.

"Kamu mau ngapain?" tanya Rama kepada Gisel yang mulai menghidupkan mesin pengering rambutnya.

"Bapak liatnya aku lagi ngapain?" tanya Gisel balik.

"Lagi ngeringin rambut," jawab Rama polos.

"Nah pinter," balas Gisel lalu menyalakan mesin pengering rambutnya.

"Dasar bocah," gumam Rama kesal lalu keluar meninggalkan kamarnya itu.

Beberapa saat kemudian, Gisel pun juga telah selesai. Ia kemudian turun ke lantai satu untuk berpamitan kepada Tyo, laki-laki paruh baya yang kini telah menjadi papa mertuanya itu.

"Gisel kamu sudah siap?" tanya Tyo yang sedang duduk di meja makan.

"Sudah Om, eh pa. Papa nggak kenapa sarapannya nggak di makan?" jawab Gisel lalu melontarkan pertanyaannya kepada Tyo.

"Papa tidak lapar Gisel. Kamu duduk sini, sarapan dulu," ucap Tyo masih dengan raut wajah kehilangan.

"Oh ya, Pak Rama mana pa?" tanya Gisel mengedarkan pandangannya ke sekitar ruang makan tersebut.

"Rama lagi manasin mobilnya di bagasi. Kamu sarapan duluan saja," jawab Tyo lesu.

"Nggak ah pa. Aku nggak mau sarapan," jawab Gisel membuat Tyo mengernyitkan keningnya.

"Loh? Kenapa? Apa kamu menunggu Rama?" tanya Tyo mencoba menebaknya.

"Nggak," jawab Gisel singkat.

"Lalu?" tanya Tyo lagi

"Kalo papa nggak mau sarapan, aku juga nggak mau sarapan," jawab Gisel santai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!