Bab 15

"Pak," panggil Gisel kepada Rama yang saat ini tengah mengusap-usap kepala Gisel seperti anak kecil.

"Ya, kenapa?" jawab Rama dengan suara yang mulai serak.

"Bapak tidak tidur kan?" tanya Gisel yang takut jika Rama tidur lebih dulu dari dirinya.

"Tidak. Memang kenapa?" tanya Rama masih mengusap kepala Gisel.

"Apa bapak menyesal menikah dengan saya?" tanya Gisel membuat Rama diam sesaat.

***

Mendapat pertanyaan seperti itu dari Gisel, Rama sendiri tidak tau harus menjawabnya seperti apa.

Ia sendiri juga tidak tau, apakah dirinya menyesal menikah dengan Gisel atau tidak. Tapi yang jelas saat ini Rama tidak terganggu sama sekali dengan kehadiran Gisel yang masuk secara tiba-tiba ke dalam kehidupannya.

"Pak? Bapak kenapa diam? Bapak pasti menyesalkan karena telah menikahi saya?" tanya Gisel lalu mencoba menebaknya sendiri.

"Hhhhh.. Menurut mu, jika saya menyesal menikahi mu, apa alasan yang membuat saya menyesal menikahi mu?

Jika saya tidak menyesal, apa alasan yang membuat saya tidak menyesal menikahi mu?" tanya Rama kembali.

"Hmmmmmm, menurut saya, bapak pasti menyesal menikahi saya. Iya kan?" jawab Gisel membuat Rama memainkan sebelah alisnya.

"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Apa alasannya." tanya Rama lagi.

"Ya alasannya, saya tau, setiap pasangan yang menikah itu pasti mengharapkan adanya buah hati di dalam rumah tangganya. Dan saya juga yakin, bapak pasti menginginkan itu kan. Nah, disitulah penyesalan bapak, karena saya masih duduk di bangku sekolah, jadi saya tidak mungkin bisa hamil anak bapak. Dan yang paling penting adalah, kita ini terpaut usia yang cukup jauh. Usia bapak dua puluh sembilan tahun, sedangkan saya masih tujuh belas tahun. Saya tidak mencintai bapak, dan bapak pun juga tidak mencintai saya," jawab Gisel ada benarnya juga.

Mendengar penjelasan Gisel, Rama berpikir jika tidak ada harapan lagi untuk pernikahannya dengan Gisel. Tapi, di saat Rama hampir menyerah, ia pun teringat dengan pesan sang mama yang meminta dirinya untuk tetap menjaga dan mempertahankan pernikahan mereka.

"Gisel," panggil Rama beberapa saat kemudian.

"Ya, kenapa?" tanya Gisel memperbaiki posisi tidurnya.

"Jawaban kamu itu salah besar. Saya sama sekali tidak menyesal menikah dengan dirimu, karena kamu adalah jodoh pilihan mama saya. Ya meskipun saya sebenarnya memang menginginkan seorang anak, tapi saya mengerti jika hal itu tidak mungkin terwujud dalam waktu dekat ini. Saya tidak mempermasalahkannya. Saya yakin, pilihan almarhum mama saya adalah yang terbaik untuk saya. Dan saya juga yakin jika kamu adalah wanita yang pantas untuk saya," jawab Rama yang menatap Gisel lekat.

Mendengar jawaban dari Rama, hati Gisel rasanya menjadi hangat. Ada rasa yang sulit ia jelaskan dengan kata-kata.

Gisel juga membalas menatap Rama. Ia seakan mencari kebenaran dalam setiap kata yang di ucapkan oleh guru killer nya tadi.

"Makasih pak," ucap Gisel lalu memejamkan matanya.

Gisel yang hendak tidur tiba-tiba saja merasakan ada sesuatu yang menempel di bibirnya. Ia kemudian kembali membuka matanya, dan mendapati wajah Rama yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya.

Tatapan sayu Rama dan bibir yang masih menempel di bibirnya Gisel seolah memberikan isyarat jika ia menginginkan sesuatu malam ini.

Gisel yang sepertinya sudah mulai mengerti lalu memberikan sinyal dengan menutup matanya secara perlahan dan diiringi dengan anggukan kecil yang hanya mereka berdua saja yang tau.

Merasa mendapat lampu hijau, Rama pun langsung melancarkan niatnya. Ia memulai memainkan tugas awalnya sebagai pemanasan seorang suami dalam hal batin.

Namun, di saat mereka berdua hanyut dalam hubungan tersebut, bisa-bisanya Gisel memberikan pertanda jika perutnya sudah mulai lapar kembali.

Karena mendengar bunyi perut Gisel, mereka yang sudah sama-sama tidak berpakaian itu pun sama-sama tergelak dan seketika itu juga mereka sudah sama-sama tidak memiliki niat untuk melanjutkannya ke hal yang lebih jauh lagi.

"Gisel, bisa-bisanya perutmu lapar di saat kita akan memulai malam pertama kita ini," ucap Rama membuat wajah Gisel memerah karena malu.

"Ya mau gimana lagi pak. Namanya juga lapar," balas Gisel sembari mengemas pakaiannya satu persatu.

"Kamu itu ya. Bukannya tadi sudah makan banyak sekali?" tanya Rama menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Saya kalau sedang nervous memang suka lapar pak. Hehe," jawab Gisel diiringi tawa kecil.

"Haha.. Aneh sekali. Ya sudah, bagaimana kalau kita cari makanan hangat di luaran sana. Kayak bakso atau apalah gitu," ajak Rama yang sebenarnya juga sedikit lapar.

"Beneran pak?" tanya Gisel senang.

"Iya. Ayo buruan pasang pakaian mu kembali. Saya mau ke kamar mandi sebentar," jawab Rama yang hendak ke kamar mandi dengan membawa semua pakaian yang baru saja ia lepas tadi.

"Yah pak. Jangan pergi. Ini masih mati lampu. Tunggu, saya pasang semua pakaian saya dulu. Saya akan temani bapak ke kamar mandi," ucap Gisel mencegat tangan Rama.

"Loh? Ini kan sudah ada lampu serapnya. Saya janji, saya cuma sebentar," balas Rama menggelengkan kepalanya.

Ia tidak menyangka jika sebegitu takutnya Gisel sama gelap dan juga petir.

"Iya saya tau. Nanti kalo ada petir lagi gimana?" tanya Gisel ketakutan.

"Hhhhhh, yasudah.. Ya sudah.. Buruan pasang pakaianmu. Kita langsung pergi saja," jawab Rama yang juga mulai memasang pakaiannya.

Tak lama kemudian, di saat lampu masih mati, Gisel dan Rama pun pergi meninggalkan rumah. Mereka memutuskan untuk makan bakso di tempat yang tak jauh dari rumah mereka.

"Gisel, itu kuah bakso mu merah sekali. Apa kamu tidak kepedasan?" tanya Rama terkejut melihat kuah bakso Gisel yang merah sekali.

"Nggak. Biasa aja," jawab Gisel santai sembari menyicipi kuah baksonya.

"Hmmmm, mantap," ucap Gisel di detik berikutnya.

Setelah Rama dan Gisel selesai makan bakso di tengah lebatnya hujan, mereka pun kemudian memutuskan untuk kembali pulang ke rumah.

"Gimana Gis? Kamu kenyang?" tanya Rama sembari fokus mengemudikan mobilnya.

Gisel pun tidak menjawab pertanyaan Rama. Hal itu lantas membuat Rama menoleh ke arahnya.

"Yah,alah tidur," gumam Rama tersenyum manis.

'Aku nggak nyangka ma, jika saat ini aku telah memiliki seorang istri,' batin Rama tersenyum kecil.

Beberapa saat kemudian, Rama dan Gisel pun tiba di rumah mereka kembali. Namun, sampai detik ini Gisel belum bangun juga. Hujan di luar juga masih deras. Hal itu membuat Rama berpikiran jika tidak mungkin menggendong tubuh Gisel keluar dari mobil di saat hujan seperti ini.

Ra juga tidak tega untuk membangunkan Gisel dari tidurnya. Alhasil, Rama pun memutuskan untuk menunggu hujan reda agar ia bisa menggendong Gisel masuk ke kamar mereka.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Setelah Gisel menyerahkan semuany ke Rama,Jangan oernah Rama menyakiti dan menyelingkuhin Gisel,Apapun itu alasannya..

2024-10-22

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Astaga gatot lg..😂

2023-06-13

0

abdan syakura

abdan syakura

Jgn menyesal, Rama....

2023-03-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!