Bab 7

"Gisel," panggil Pak Rama lagi di saat Gisel sudah berada di pintu keluar kelas.

"Ya pak," jawab Gisel menghentikan langkahnya.

"Jangan lama-lama. Sebentar lagi ulangannya akan segera berakhir," ucap Rama memperingati Gisel.

"Siap pak," jawab Gisel lalu bergegas meninggalkan kelasnya.

"Bodo amat. Mau sebentar lagi kek, dua bentar lagi kek, gue nggak peduli. Yang jelas gue cabut dulu," gumam Gisel yang terus berjalan lalu masuk ke dalam kamar mandi sekolahnya.

***

Waktu ulangan pun berakhir. Namun, semenjak tadi gadis antik itu meminta izin ke toilet, ia belum juga kembali.

'Anak nakal itu pasti bolos lagi. Awas saja kamu Gisel. Dasar anak nakal,' batin Rama menatap meja Gisel yang kosong.

"Hmmmm Serly," panggil Rama kepada salah satu muridnya itu.

"Ya pak, kenapa?" tanya Serly senang saat bicara dengan guru tampannya itu.

"Tolong kamu bawakan lembar jawaban milik Gisel ke sini," perintah Rama yang langsung dilaksanakan oleh Serly.

Serly pun langsung memberikan kertas jawaban ulangan milik Gisel kepada Rama. Dan betapa terkejutnya guru tampan itu, karena kertas tersebut masih saja kosong dan belum berisi satu jawaban sama sekali.

"Serly," panggil Pak Guru Rama lagi.

"Ya Pak," jawab Serly menghentikan langkahnya yang hendak kembali ke meja nya.

"Katakan sama teman mu itu untuk menemui saya di ruang guru sekarang juga," perintah Pak Rama dengan image dinginnya.

"Hmmmm maaf pak. Maksud bapak teman saya yang mana ya?" tanya Serly kebingungan.

"Ya teman mu yang baru saja permisi ke toilet itu lah. Kamu pikir teman mu yang mana?" sewot Pak Rama membuat Serly langsung menganggukkan kepalanya dan pergi mencari Gisel ke toilet.

"Gisel," teriak Serly yang melihat Gisel tengah berjalan menuju kantin sekolahnya.

Mendengar namanya di panggil, Gisel pun menghentikan langkahnya dan melihat ke arah Serly.

"Apaan?" jawab Gisel santai.

"Sel, lo kok nggak masuk lagi sih habis dari toilet? Lo tau nggak, Pak Rama kayaknya marah banget deh," ucap Serly dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Bodo amat," balas Gisel yang akan melanjutkan langkahnya.

"Sel, lo di minta sama Pak Rama buat nemuinya di ruang guru sekarang juga," ucap Serly membuat Gisel menghentikan langkahnya.

"Lo bilang apa? Pak Rama minta gue nemuinya di ruang guru? Lo nggak becanda kan Ser?" tanya Gisel kepada sahabatnya itu.

"Nggak Sel. Gue serius. Udah sana buruan lo temuin Pak Rama. Kalo kelamaan, takutnya dia bakalan tambah marah," jawab Serly membuat Gisel merasa takut.

'Duh, gimana nih. Pak Rama benaran marah nggak ya sama gue?' batin Gisel cemas.

"Tapi dia kan suami gue? Masa marah sih?" gumam Gisel yang tidak sadar jika masih ada Serly di hadapannya.

"Lo bilang apa? Suami? Maksud lo apaan sih Sel?" tanya Serly yang mendengar gumaman Gisel meski tidak terlalu jelas.

"Ahhh suami? Suami apa? Siapa yang ngomong suami?" tanya Gisel pura-pura bodoh agar Serly tidak mencurigainya.

"Itu barusan lo ngomong suami," jawab Serly mengernyitkan keningnya.

"Lo gila ya. Budeg lo. Udah, gue mau nemuin Pak Rama dulu sebentar. Tunggu gue di kantin ya," balas Gisel lalu pergi meninggalkan Serly yang masih bingung.

Tok

Tok

Tok

"Masuk," jawab Rama singkat.

'Pasti itu si anak bandel,' batin Rama pura-pura sibuk.

"Se.. Se. Selamat siang pak. Bapak manggil saya?" tanya Gisel menundukkan kepalanya. Jujur saat ini Gisel benar-benar takut dan gugup sekali.

"Duduk," perintah Rama dengan tanpa melihat ke arah Gisel.

Gisel yang gugup pun hanya bisa menuruti perintah guru yang berstatus sebagai suaminya itu.

"A.. Ada apa ya Pak, bapak manggil saya?" tanya Gisel yang sebenarnya sudah tau apa maksud dan tujuan Rama memanggilnya ke ruangan guru.

"Kamu yakin tidak tau?" tanya Rama dingin.

Deg

'Mampus gue,' batin Gisel semakin gugup.

"Ya.. Ya.. Yakin pak," jawab Gisel berlagak bodoh.

Mendengar jawaban dari Gisel, Rama pun langsung berdiri dan menghampiri gadis yang berstatus sebagai istrinya itu.

Keringat dingin mulai bermunculan di wajah cantik Gisel. Ia tidak bisa melakukan apa-apa selain menundukkan kepalanya dan berdoa agar ada keajaiban yang datang menolongnya.

"Bapak.. Bapak.. Bapak mau ngapain?" tanya Gisel gugup menatap gurunya itu sekilas.

"Saya mau memberitahukan alasan kenapa kamu saya panggil ke ruangan saya ini," jawab Rama lalu mencium sekilas bibir Gisel.

Sontak mendapatkan serangan mendadak seperti itu, Gisel langsung kaget dan membelalakkan matanya.

Ia tidak menyangka jika Rama akan berani menciumnya di area sekolah.

"Ke.. Kenapa bapak mencium bibir saya? Bapak tau, bapak telah merusak kesucian bibir saya ini," protes Gisel dengan mata yang sudah sembab.

"Itu baru permulaan. Jika kamu masih bolos di jam pelajaran saya, maka tidak hanya kesucian bibir mu saja yang saya rusak, tetapi kesucian yang lainnya juga. Jika kamu mau itu terjadi, kamu bisa bolos setiap saat," jawab Rama tersenyum smirk, lalu meninggalkan Gisel yang masih duduk mematung di ruangan guru tersebut.

'Gila tuh guru. Berani-beraninya dia merebut kesucian bibir gue. Dasar guru mesum. Untung aja suami gue. Kalo nggak, udah bakalan gue laporin tuh dengan kasus pencabulan,' batin Gisel kesal lalu mengelap bibirnya.

Setibanya di toilet, Rama kembali mengingat adegan beberapa menit yang lalu. Ia menatap dirinya di kaca besar yang ada di toilet sekolah itu.

'Apa yang baru saja aku lakukan? Kenapa aku bisa seberani itu?' batin Rama terus menatap wajah tampannya itu.

'Ma, apa yang Rama lakuin sama murid nakal itu salah?' batin Rama seolah meminta pendapat mending mamanya.

"Gisel, sini," teriak Serly yang telah duduk bersama dengan Dewy dan dua teman lainnya.

Dengan wajah masamnya, Gisel pun berjalan ke arah Serly dan juga temannya itu.

"Sel, lo habis dimarahi ya sama Pak Rama karena tadi lo bolos lagi," tanya Dewi yang sangat-sangat penasaran dengan apa yabg baru saja di alami oleh sahabatnya itu.

"Iya. Kesel gue," jawab Gisel kesal karena ia tidak bisa melupakan kejadian tadi.

"Yang sabar ya Sel. Habis lo juga sih yang salah. Ngapain sih lo pake acara-acara cabut segala?" tanya Dewi juga menyalahkan sahabatnya itu.

"Ya mau gimana lagi. Lo sendiri kan tau bagaimana sulitnya pelajaran yang diberikan oleh guru killer itu," jawab Gisel masih membela dirinya.

Karena keadaan kantin yang cukup rame, Gisel pun sama sekali tidak menyadari jika percakapannya baru saja terdengar jelas oleh Rama.

'Beraninya dia ngataian aku guru killer, batin Rama sengaja melewati meja Gisel dan juga sahabat-sahabatnya itu.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lha emangnya Suami gak boleh marah Isteri? Kalo isteri nya bandel ya harus di hukum lah,Masa ia Suaminya Guru tapi Istri malah Bodoh..

2024-10-22

0

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

ma, apa aq hrus memberi hukuman lgi pda istri nakalq 🤭 berani2x dia mengataiq guru killer 😂🤣

2023-04-30

0

Sekar Rasi Karimah

Sekar Rasi Karimah

Ha...ha...guru killer sudah berani menciun istri nakalnya
Lanjut thor

2022-12-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!