Bab 17

Mendengar perkataan Rama baru saja, Gisel terkejut dan seketika gugup. Ia ragu harus memberikan jawaban apa kepada Rama.

Di satu sisi, Gisel sangat takut sekali jika ia hamil dan menggangu sekolahnya, selain itu, Gisel belum mencintai Rama saat ini. Tapi di sisi lain, Gisel benar-benar menikmati permainan Rama. Jujur, ia bahkan sangat penasaran dengan rasa dan kelanjutannya. Intinya, Gisel benar-benar di buat terbuai dan ketagihan oleh permainan suaminya itu.

"Gisel? Panggil Rama membuyarkan lamunan Gisel.

"I..I..Iya pak?" jawab Gisel gugup.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya. Apa kita akan melakukannya malam ini?" tanya Rama lagi menatap Gisel dengan penuh pengharapan.

***

"Ba.. Bagaimana kalau saya hamil? Saya belum mau memiliki anak. Saya masih tujuh belas tahun, dan perjalanan saya masih panjang," jawab Gisel menampakkan wajah khawatir dan juga cemasnya.

"Bagaimana kalau kita pakai alat kontrasepsi saja. Untuk kali ini, aku tidak akan membuangnya di dalam," usul Rama masih berusaha memperjuangkan haknya sebagai seorang suami.

"Mem.. Membuang? Membuang apa maksud bapak?" tanya Gisel benar-benar tidak tau apa yang di maksud oleh suami gurunya itu.

"Maksud saya, saya akan mengeluarkan itu saya di luar. Bukan di rahimmu. Dengan begitu, kamu tidak akan hamil," jelas Rama mengisyaratkan tanda kutip menggunakan jarinya.

"Tapi kita tidak saling mencintai pak? Bapak tidak mencintai saya, dan saya tidak mencintai bapak. Bagaimana kita akan melakukannya?" tanya Gisel masih berusaha mencari alasan untuk mengatasi keraguan dan kegugupannya.

"Maka dari itu, kita mulai pupuk cinta di antara kita berdua. Siapa tau dengan kita melaksanakan kewajiban masing-masing, akan tumbuh rasa cinta diantara kita satu sama lainnya," jawab Rama masih berusaha meyakinkan Gisel.

Apa yang Rama katakan itu, benar-benar tulus dari hatinya.

Rama telah memutuskan jika ia akan mempertahankan pernikahannya dengan Gisel. Ia akan berusaha memupuk cintanya untuk Gisel, salah satunya adalah dengan memberikan nafkah lahir dan juga batin untuk Gisel.

'Apa yang dikatakan Pak Rama memang ada benarnya juga. Gue ini sudah menjadi seorang istri. Dan sudah sepatutnya gue ngelayani suami gue meskipun gue masih sekolah. Tapi, gimana nanti kalo gue hamil? Gue kan belum siap punya anak? Tapi, kalo gue menolak Pak Rama, kasian juga sih. Kayaknya dia benar-benar punya niatan buat berusaha untuk mencintai gue,' batin Gisel yang merasa bimbang dengan keputusan apa yang ia harus pilih.

"Gisel, gimana? Hmmm?" tanya Rama sekali lagi seraya mengelus pipi Gisel dengan lembut.

"Saya.. Saya.. Saya bersedia pak. Bapak.. Bapak boleh melakukannya sekarang," jawab Gisel dengan gugup.

Gadis cantik itu telah memutuskan jika dirinya akan memberikan apa yang seharusnya sudah menjadi hak dari suaminya itu.

Gisel juga sudah bertekad jika ia akan melanjutkan pernikahan ini. Mungkin Rama memanglah jodoh yang dikirimkan tuhan untuknya.

"Kamu yakin?" tanya Rama mencoba memastikan kembali isi hati Gisel.

"Saya.. Saya.. Saya yakin pak," jawab Gisel mulai menatap Rama.

Rama pun tersenyum sekilas, hingga pada akhirnya Rama pun membawa Gisel berlayar mengarungi indahnya malam pertama.

Tahap demi tahap telah di lalui oleh Rama dan juga Gisel. Keduanya kini tengah terbuai dengan indahnya surga dunia yang dikatakan oleh kebanyakan orang di luaran sana.

Di saat Rama hendak menyatukan miliknya, tiba-tiba saja Gisel meringis kesakitan. Ia benar-benar tidak bisa menahan pedih di bagian inti miliknya.

"Kamu kenapa?" tanya Rama menghentikannya sebentar.

"Sakit," lirih Gisel mulai meneteskan air mata.

"Astaga, maafkan aku Gisel. Apa kamu masih kuat? Jika tidak, kita lanjutkan saja besok," ucap Rama merasa sangat bersalah sekali kepada istrinya itu.

"Tapi bapak pasti akan kecewa kan?" tanya Gisel yang juga merasa tidak enak terhadap Rama.

"Kecewa? Haha.. Untuk apa saya kecewa. Bagi saya, yang penting saya sudah mendapatkan izin dari dirimu. Itu saja sudah cukup. Sekarang, apa masih sakit? Jika masih sakit, kita tunda saja dulu," ucap Rama mencoba untuk mengerti.

"Sakitnya nggak seberapa lagi sih pak. Tapi alu takut sakit lagi. Kita tunda saja boleh kan ya pak. Sepertinya saya masih sedikit trauma," jawab Gisel dengan terpaksa.

"Hhhhh, oke. Baiklah. Ya sudah. Kalau gitu mari kita tidur. Besok saya dan juga kamu harus ke sekolah," ajak Rama seraya memasang pakaiannya kembali. Begitu juga dengan Gisel.

Keesokan paginya, Gisel pun bangun lebih awal dari Rama. Meskipun sering bolos di beberapa mata pelajaran, tapi untuk masalah bangun pagi, Gisel sama sekali tidak susah. Gisel selalu bangun jam setengah enam. Ia mandi, lalu memasang skincare-skincare miliknya, lalu berganti pakaian.

Saat Gisel membuka matanya, Rama masih tertidur lelap di sebelahnya. Ini adalah kali pertamanya Rama tidur memeluk tubuhnya.

Gisel memandangi lekat wajah suami tampannya itu. Tak lama kemudian, Gisel pun tersenyum. Ia tak menyangka jika akan menjadi istri dari Rama, guru yang menjadi idola di sekolahnya. Entah bagaimana nasibnya jika ada yang mengetahui jika dirinya dan Rama telah menikah.

Perlahan Gisel lalu menyingkirkan tangan Rama dari tubuhnya. Ia bangun, lalu langsung ke kamar mandi.

Di saat Gisel sudah selesai mandi dan keluar menggunakan handuk kimono nya, Gisel sedikit terkejut saat ia tidak melihat Rama yang tadi ia tinggalkan sedang tertidur nyenyak.

"Mana dia?" gumam Gisel heran.

"Kamu mencari saya?" tanya Rama yang baru saja keluar dari ruangan ganti baju.

"Loh, bukannya bapak tadi masih tidur?" tanya Gisel heran.

"Saya sudah bangun semenjak kamu menatap dan mengusap-usap kepala saya," jawab Rama santai, namun berhasil membuat Gisel malu.

"Ih pede banget sih pak. Siapa juga yang ngusap kepala bapak. Bapak mimpi kali," ucap Gisel malu-malu.

"Udah, nggak usah malu-malu gitu. Saya ini suami mu. Jadi kamu tidak usah malu-malu seperti itu," balas Rama sembari memasang kaos kakinya.

Dengan pipi yang masih merona, Gisel kemudian berlalu masuk ke ruang ganti untuk berganti pakaian, dan tak lama kemudian mereka berdua sudah duduk di ruang makan untuk menikmati sarapan pagi yang telah di siapkan oleh asisten rumah tangga rumah itu.

"Kita berangkatnya barengan saja ya Sel," ucap Rama di sela-sela makannya.

"Tidak usah pak. Tadi saya sudah suruh supir buat anterin mobil saya ke sini. Lagian, tidak enak juga pak jika saya berangkat barengan sama bapak. Bagaimana jika nanti ada yang lihat," ucap Gisel menolak untuk berangkat dengan Rama.

"Kamu yakin mau berangkat sendirian?" tanya Rama lagi.

"Iya pak. Aku yakin. Lagi pula kan sebelumnya aku juga sudah biasa berangkat sendirian," jawab lalu menyuap roti bakarny

Terpopuler

Comments

Eva jamila

Eva jamila

lanjut thor

2022-12-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!