"Pak.. Pak Rama," gumam Gisel spontan.
"Gisel, ayo beri salam kepada semuanya," bisik Lasmi di telinga putrinya itu.
Bagaikan kerbau ditusuk hidungnya, Gisel pun menyalami Tyo, Rama dan yang terakhir wanita paruh paya yang terbaring pucat di atas ranjang rumah sakit.
"Ma, ada apa ini? Kenapa ada Pak Rama disini?" tanya Gisel penasaran.
***
"Gisel, kesini lah nak," panggil Yuli dengan lemah.
Gisel pun langsung menghampiri Yuli yang tengah terbaring itu.
Yuli pun meraih tangan Gisel lalu menggenggamnya. Tak hanya tangan Gisel, sesaat kemudian, Yuli juga meraih tangan putranya Rama, selanjutnya ia menyatukan tangan mereka berdua.
Sontak hal ini membuat Gisel terkejut, tetapi tidak dengan Rama yang telah mengetahui semuanya.
"Ma.. Maaf Tante, Tante ini siapa? Kenapa Tante menyatukan tangan saya dengan tangan Pak Rama?" tanya Gisel penasaran.
"Kenalkan, saya Yuli, mama mertua mu. Mulai hari ini, panggil saya dengan sebutan mama, karena beberapa saat yang lalu, kamu dan Rama, anak mama sudah resmi menikah," jawab Yuli dengan senyuman bahagianya.
Deg
Jantung Gisel seakan berhenti berdetak saat mendengarkan apa yang baru saja di ucapkan oleh wanita paruh baya itu.
Ia kemudian beralih menatap kedua orang tuanya bergantian, guna meminta jawaban atas semua yang dikatakan oleh ibu-ibu yang mengaku sebagai mama mertuanya.
Namun bukan jawaban yang Gisel dapatkan, kedua orang tuanya hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya. Mereka sendiri bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan kepada sang anak tercinta dengan apa yang baru saja terjadi.
"Mak.. Mak.. Maksud Tante, eh mama apa? Aku benar-benar sama sekali tidak mengerti," jawab Gisel heran.
"Gisel sayang, mama tau ini semua begitu dadakan. Tapi mama minta, jangan salahkan kedua orang tua mu nanti. Salahkan saja mama. Mama lah yang meminta kedua orang tua mu untuk menikahkan kamu dengan Rama, anak mama.
Mama tau, cuma kamu lah wanita yang terbaik dan yang pantas untuk Rama. Mama tau kamu masih duduk di bangku sekolah. Tapi, karena umur mama yang akan segera berakhir, mama memohon kepada kedua orang tuamu untuk segera menikahkan kalian. Rama adalah anak mama satu-satunya. Maka dari itu, mama sangat ingin sekali melihat Rama mengucapkan ijab kabul di hadapan mama sayang. Mama mohon, mulai saat ini, tolong terima Rama sebagai suami mu," ucap Yuli tersendat-sendat.
Gisel hanya bisa diam. Ia tidak tau harus berkata apalagi saat ini. Semua yang ingin ia tanyakan, sudah di jawab oleh wanita yang saat ini sudah menjadi ibu mertuanya.
"Dan buat kamu Rama, tolong jaga Gisel. Terima dia sebagai istrimu. Gisel adalah wanita yang tepat dan pantas untuk menjadi istrimu. Sekarang mama sudah tenang. Mama bisa pergi dengan bahagia," ucap Yuli yang akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Saat Yuli dinyatakan meninggal oleh dokter, tangis Rama pecah. Ia benar-benar kehilangan sosok wanita yang sangat berarti dalam hidupnya. Tak hanya Rama, Lasmi yang merupakan sahabat Yuli dari kecil juga merasakan luka kehilangan yang sangat mendalam. Ia tidak menyangka jika Yuli akan pergi lebih dulu dari dirinya.
Sementara Gisel, tanpa terasa air matanya juga menetes begitu saja. Meskipun baru saja bertemu den mengenal Yuli, tetapi Gisel juga merasakan kehilangan.
Dari ucapan-ucapan Yuli baru saja, Gisel bisa merasakan ketulusan dari perkataannya.
Beberapa jam kemudian, jenazah Yulia pun sudah selesai di kebumikan.
Kini kedua orang tua Gisel beserta dirinya tengah duduk di ruang tengah rumah Yuli.
Semua pelayat sudah mulai kembali ke rumah mereka masing-masing.
"Tyo, sekali lagi saya dan istri saya turut berduka cita atas meninggalnya Yuli. Kami berdua benar-benar merasakan kehilangan yang teramat sangat," ucap Rahman memeluk sahabatnya itu.
"Terima kasih Rahman. Terima kasih sekali. Saya sudah ikhlas melepaskan kepergian Yuli. Dengan begini, Yuli tidak lagi merasakan kesakitan lagi," jawab Tyo di dalam pelukan teman masa kecilnya itu.
"Amin, semoga saja. Ya sudah, kalau begitu, saya dan istri pulang dulu ya. Kamu jaga diri baik-baik," pamit Rahman mewakili istrinya.
"Baik.. Baik.. Hati-hati di jalan Rahman, Lasmi," balas Tyo menyempatkan untuk tersenyum.
"Rama, papa sama mama mau pulang dulu. Kamu yang kuat ya nak," ucap Rahman kepada menantunya itu.
"Baik Pa. Terima kasih," jawab Rama menyalami tangan Rahman dan juga Lasmi bergantian.
"Ayo pa, kita pulang sekarang," ucap Gisel kepada papanya.
"Gisel sayang, kamu lupa ya jika saat ini kamu sudah menjadi istrinya Rama. Dengan begitu, mulai saat ini kamu tinggal disini, di rumah suami mu," ucap Lasmi mengusap kepala putrinya itu.
"Apa ma? Aku tinggal di rumah Pak Rama? Aku nggak mau ma. Aku takut," jawab Gisel segera memeluk mamanya.
"Loh? Kenapa takut sayang? Rama itu adalah suami mu saat ini. Jadi kamu tidak perlu takut," jawab Lasmi lagi mencoba menangkan putrinya.
"Apa yang dikatakan oleh mamamu itu benar Gisel. Rama adalah suami mu. Ini adalah rumah mu saat ini. Kamu jangan takut. Ada Rama dan juga papa yang akan menjagamu," jawab Tyo meyakinkan menantunya itu.
"Tapi, bagaimana dengan pakaianku? Bagaimana dengan sekolah dan pakaian sekolah ku? Aku tidak mau putus sekolah Pa, ma," tanya Gisel khawatir.
"Kamu tenang saja. Semua pakaian mu sudah dibawa oleh supir tadi sore. Termasuk pakaian sekolah mu. Papa sudah menaruhnya di kamar Rama.
Untuk masalah sekolah, kamu tenang. Kamu akan tetap bersekolah seperti biasa. Di sekolah, anggap saja hubungan kamu dan Rama itu hanya sebatas guru dan murid," jawab Tyo membuat Gisel merasa sedikit lega. Ya, hanya sedikit, pasalnya tadi Tyo bilang jika ia telah menaruh semua pakaiannya di kamar Rama.
"Tunggu, pakaian ku, kenapa harus di kamar Pak Rama? Apa tidak ada kamar lain lagi?" tanya Gisel keberatan.
"Kamar disini masih banyak yang kosong. Tapi masalahnya, saat ini kamu adalah istrinya Rama, jadi kalian harus tidur satu kamar," jawab Tyi tersenyum.
"Tapi pa," ucap Gisel yang hendak protes lagi.
"Sudah.. Sudah.. Kasihan mertuamu jika kamu selalu saja memprotesnya. Papa sama mama mau pulang dulu. Kamu jaga diri baik-baik ya nak," sela Rahman lalu berdiri dan meninggalkan rumah besannya tersebut.
Sebenarnya ingin sekali Gisel ikut dengan kedua orang tuanya. Ia benar-benar canggung sekali saat ini. Apalagi ia harus berhadapan dengan Rama, guru killer yang selalu memarahinya.
"Ya sudah, Gisel, kamu boleh istirahat sekarang. Besok kamu bisa masuk sekolah seperti biasa. Itu di lantai dua sebelah kiri adalah kamarnya Rama dan juga kamarmu. Papa juga mau istirahat sebentar," ucap Tyo lalu meninggalkan Bagas dan juga Gisel berdua saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Siapa Bagas??
2023-06-12
0
Qaisaa Nazarudin
Jduuaaarrr..⚡️⚡️⚡️
2023-06-12
0
abdan syakura
Bagas?
Rama??
yg mana nih Thor???
2023-03-27
0